Bebasan: Gajah Tumbuk, Kancil Mati Tengah

Kerjasama tim

Artine bebasan iki yaiku wong gedhe padha padudon, wong cilik sing sengsara. Artinya, jika para pemimpin negeri selalu berebut kekuasaan maka rakyat yang akan menjadi korbannya. Ini sudah sering terjadi di negara kita. Siklusnya berulang setiap lima tahun sekali manakala pemilihan umum berlangsung. Para pemimpin berlomba adu pengaruh di menjelang pemungutan suara. Rakyat kecil yang terdampak perang itu.

Perilaku rebutan posisi atau jabatan bukan hanya terjadi di lingkungan pejabat negara, tetapi juga dalam lingkungan desa atau kelurahan. Bahkan rebutan pengaruh di desa lebih kejam daripada di kota. Kalau ada seorang warga yang tidak mendukung salah satu calon padahal warga tersebut sudah menerima bantuan dari si calon, bisa-bisa bantuan tersebut diminta balik. Duh, nggak punya muka banget itu calon pejabat.

Ada nih cerita dari tetangga sebelah desa. Karena dia gagal terpilih sebagai anggota DPR RI, maka bantuan lantai keramik yang sudah terlanjur dipasang di musholla dimintanya untuk dibongkar lagi dan dikirim ke rumah orang yang gagal nyalon tadi. Gila! Sampai segitu parahnya mental para pemimpin pemburu jabatan. Semoga cukup sampai disitu saja dan jangan ada lagi tindaka memalukan akibat rebutan jabatan.


Comments

3 tanggapan untuk “Bebasan: Gajah Tumbuk, Kancil Mati Tengah”

  1. Avatar Nanang Suharna
    Nanang Suharna

    Tulisan inspiratif sekali.

  2. […] Artine saloka iki yaiku wong duwe kapinteran nanging ora digunakake. Ibaratnya nih, punya kain batik yang bagus tapi hanya digantung di lemari pakaian. Artinya, ada orang memiliki kepandaian namun tidak manfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Dia hanya menyimpan kepintaran tersebut sebagai koleksi ilmu dalam otak dan tidak dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Atau ada juga yang terlibat dalam kegiatan masyarakat namun dia tidak berbuat lebih untuk warga. […]

  3. Menjelang pemilihan umum serentak 2019 ini memang banyak politik kotor dilakukan di tengah masyarakat. akhirnya masyarakat kecil yang menjadi korban para penguasa di atas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *