Java, the world’s most populous island, is a marvel of diversity and culture. With a population that was recorded at 156.4 million in mid-2023, Java represents a significant portion of Indonesia’s populace. This figure is a testament to the island’s central role in the country’s social, cultural, and economic spheres.
The island of Java, part of the Greater Sunda Islands, is not just a geographical entity but a tapestry woven with the threads of human history and natural beauty. It is home to Indonesia’s capital, Jakarta, and is a powerhouse of activity, innovation, and tradition. Java’s landscape is marked by a string of volcanic mountains that form an east-west spine across the island, contributing to its fertile lands and the rich biodiversity that thrives here.
Java’s demographic significance is even more striking when considering the global context. As of August 2024, the world population stands at approximately 8.2 billion. Java’s population alone makes up nearly 2% of this figure, highlighting its dense and dynamic human presence.
The island’s history is as layered as its terrain, having been the center of powerful Hindu-Buddhist empires, Islamic sultanates, and the colonial Dutch East Indies. It was also pivotal in Indonesia’s struggle for independence during the 1930s and 1940s. Today, Java continues to influence the nation’s trajectory, with four of Indonesia’s eight UNESCO World Heritage sites located within its bounds, including the famous Borobudur and Prambanan temples.
Java’s cultural fabric is rich and diverse, with the Javanese, Sundanese, Madurese, and Betawi ethnic groups contributing to a vibrant mosaic of traditions and languages. Despite the modern advancements and urban sprawl, Java remains deeply connected to its roots, with traditional arts like Wayang (shadow puppetry) and Batik (textile art) still thriving amidst the island’s bustling cities and towns.
The island’s economy is as robust as its culture, with Java being the epicenter of Indonesian commerce and industry. Its fertile soil supports a thriving agricultural sector, while its cities are hubs for manufacturing, services, and technology. Java’s strategic location and economic vitality make it a linchpin in both national and Southeast Asian trade networks.
Java’s story is one of resilience and adaptability. Its people have navigated the challenges of natural disasters, such as volcanic eruptions and earthquakes, with fortitude. The island’s dense population and environmental pressures have also spurred innovative approaches to urban planning and sustainability.
As Java continues to grow and evolve, it remains a microcosm of Indonesia’s spirit—a place where tradition and modernity coexist, where nature’s grandeur meets human ingenuity, and where every corner has a story waiting to be discovered. Java is not just an island; it is the heartbeat of an archipelago, pulsating with the lives of millions who call it home.
The cultural heritage of Java is a rich tapestry that reflects the island’s long and diverse history. At the heart of Javanese culture is a profound respect for tradition, evident in the preservation of their art forms, belief systems, and way of life.
One of the most iconic aspects of Javanese culture is its traditional performing arts, such as the Wayang kulit, a shadow puppet theater that is not only a form of entertainment but also a medium for imparting moral and philosophical lessons. The stories told through Wayang kulit are often derived from ancient Hindu epics like the Ramayana and Mahabharata, adapted to local context and infused with Javanese wisdom.
Another cornerstone of Javanese culture is the Gamelan, an ensemble of percussive instruments that produces a distinctive, ethereal sound central to many Javanese ceremonies and dances. The music of the Gamelan is complex and requires a high degree of skill and coordination, reflecting the community’s emphasis on harmony and social cohesion.
Javanese dance is another expression of the island’s cultural wealth. Intricate and expressive, these dances often depict stories from Javanese history and mythology. The movements are subtle yet powerful, with a fluidity that captures the essence of the Javanese spirit.
The art of Batik, recognized by UNESCO as a Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity, is another proud tradition of Java. This textile art involves wax-resist dyeing to create intricate patterns and designs. Each region in Java has its unique Batik patterns, which are often symbolic and can denote one’s social status.
The Javanese are also known for their literature, which is among the oldest in Indonesia. Works like the Kakawin Sutasoma, written during the Majapahit Empire, are still celebrated today. This particular work is the source of Indonesia’s national motto, “Bhinneka Tunggal Ika,” which translates to “Unity in Diversity” and underscores the country’s commitment to pluralism.
Spirituality plays a significant role in Javanese culture, with a syncretic blend of Hinduism, Buddhism, and Islam shaping the island’s religious landscape. This fusion is reflected in the Majapahit Empire’s philosophy, which promoted religious tolerance and unity in diversity.
The cultural heritage of Java is not just preserved in performances and artifacts but is also lived daily by the Javanese people. It is a heritage that has withstood the test of time, adapting to modern influences while retaining its unique identity. As Java continues to evolve, its cultural legacy remains a source of pride and inspiration, not only for Indonesians but for the world at large.
Permukaan bumi yang kita lihat sekarang ini adalah hasil dari proses geologi yang berlangsung selama miliaran tahun. Proses ini melibatkan interaksi antara lapisan-lapisan bumi, seperti kerak, mantel, dan inti, serta faktor-faktor eksternal, seperti gravitasi, panas, dan gaya tektonik. Berikut adalah beberapa tahapan penting dalam pembentukan permukaan bumi:
Sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu, bumi terbentuk dari akumulasi debu dan gas yang tersisa dari ledakan bintang supernova. Pada saat itu, bumi masih sangat panas dan tidak memiliki atmosfer atau lautan. Permukaannya terdiri dari magma cair yang terus-menerus mengalami vulkanisme dan tabrakan dengan meteorit.
Sekitar 4,4 miliar tahun yang lalu, bumi mulai mendingin dan magma cair mulai mengeras membentuk kerak bumi. Kerak bumi ini masih sangat tipis dan rapuh, sehingga sering pecah dan bergeser akibat gaya tektonik. Gaya tektonik ini disebabkan oleh pergerakan mantel bumi yang bersifat plastis di bawah kerak. Kerak bumi juga terbagi menjadi beberapa lempeng yang saling berinteraksi membentuk pegunungan, lembah, dan palung laut.
Sekitar 4 miliar tahun yang lalu, bumi mulai memiliki atmosfer dan lautan akibat pelepasan gas-gas dari vulkanisme dan tabrakan dengan komet. Atmosfer dan lautan ini membantu menstabilkan suhu permukaan bumi dan memungkinkan terjadinya siklus hidrologi. Siklus hidrologi ini meliputi proses evaporasi, kondensasi, presipitasi, dan aliran air yang membentuk sungai, danau, danau, dan es.
Sekitar 3,8 miliar tahun yang lalu, bumi mulai memiliki kehidupan mikroba yang mampu melakukan fotosintesis. Fotosintesis ini mengubah karbon dioksida menjadi oksigen yang kemudian terakumulasi di atmosfer. Oksigen ini juga membentuk lapisan ozon yang melindungi bumi dari radiasi ultraviolet. Kehidupan mikroba ini juga mempengaruhi siklus karbon dan nitrogen yang berperan dalam kesuburan tanah dan iklim.
Sekitar 2,5 miliar tahun yang lalu, bumi mengalami periode es global atau disebut juga bola salju bumi. Pada saat itu, permukaan bumi tertutup oleh es tebal yang mencerminkan sinar matahari kembali ke ruang angkasa. Hal ini menyebabkan suhu permukaan bumi menurun drastis dan menghambat kehidupan. Periode es global ini berakhir ketika vulkanisme meningkatkan kadar karbon dioksida di atmosfer dan menimbulkan efek rumah kaca.
Sekitar 1,8 miliar tahun yang lalu, bumi mulai memiliki kehidupan multiseluler yang lebih kompleks dan beragam. Kehidupan multiseluler ini meliputi tumbuhan, hewan, jamur, protista, dan bakteri. Kehidupan multiseluler ini juga mempengaruhi siklus oksigen dan fosfor yang berperan dalam pembentukan batuan sedimen dan fosil.
Sekitar 750 juta tahun yang lalu, bumi mengalami periode es global kedua yang lebih parah dari sebelumnya. Pada saat itu, permukaan bumi hampir sepenuhnya tertutup oleh es tebal yang disebut juga bola salju sempurna. Hal ini menyebabkan suhu permukaan bumi turun hingga -50°C dan mengancam kehidupan. Periode es global kedua ini berakhir ketika vulkanisme meningkatkan kadar karbon dioksida di atmosfer hingga 350 kali lipat dari saat ini dan menimbulkan efek rumah kaca ekstrem.
Sekitar 540 juta tahun yang lalu, bumi mengalami ledakan kehidupan atau disebut juga periode Kambrium. Pada saat itu, kehidupan multiseluler berevolusi dengan cepat dan menghasilkan berbagai bentuk dan jenis baru. Kehidupan multiseluler ini juga mulai menyebar ke daratan dan udara. Ledakan kehidupan ini didorong oleh peningkatan oksigen di atmosfer dan lautan, perubahan iklim, dan variasi genetik.
Sekitar 250 juta tahun yang lalu, bumi mengalami kepunahan massal terbesar dalam sejarah atau disebut juga peristiwa Perm-Trias. Pada saat itu, sekitar 95% spesies kehidupan di bumi punah akibat perubahan iklim, vulkanisme, dan tabrakan dengan asteroid. Kepunahan massal ini membuka peluang bagi kelompok-kelompok kehidupan baru untuk berkembang, seperti reptil, amfibi, dan mamalia.
Sekitar 65 juta tahun yang lalu, bumi mengalami kepunahan massal kedua terbesar dalam sejarah atau disebut juga peristiwa K-T. Pada saat itu, sekitar 75% spesies kehidupan di bumi punah akibat tabrakan dengan asteroid besar yang menimbulkan debu dan asap yang menghalangi sinar matahari. Kepunahan massal ini menyebabkan kepunahan dinosaurus dan memungkinkan mamalia untuk mendominasi bumi.
Sekitar 2,6 juta tahun yang lalu, bumi memasuki periode es Pleistosen atau disebut juga zaman es. Pada saat itu, permukaan bumi berfluktuasi antara periode glasial dan interglasial yang ditandai oleh naik turunnya suhu dan permukaan air laut. Periode es Pleistosen ini juga menyaksikan munculnya manusia modern dan peradaban awal. Periode es Pleistosen ini berakhir sekitar 12 ribu tahun yang lalu ketika iklim menjadi lebih hangat dan stabil.
Sekitar 10 ribu tahun yang lalu, bumi memasuki periode Holosen atau disebut juga zaman sekarang. Pada saat ini, permukaan bumi dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang semakin meningkat, seperti pertanian, industri, urbanisasi, dan polusi. Aktivitas manusia ini juga menyebabkan perubahan iklim global yang berdampak pada biodiversitas dan sumber daya alam.
Demikianlah beberapa tahapan penting dalam pembentukan permukaan bumi. Permukaan bumi adalah warisan dari masa lalu yang harus kita jaga untuk masa depan.
Desa-desa di Indonesia biasanya terbentuk melalui berbagai faktor, antara lain adat istiadat, kepercayaan, sistem pengelolaan lahan, serta interaksi sosial dan politik antara masyarakat yang tinggal di suatu wilayah. Beberapa desa mungkin sudah ada sejak zaman pra sejarah, sementara yang lain dibangun oleh kerajaan-kerajaan kuno, seperti zaman Hindu-Buddha dan zaman Islam.
Di masa kolonial, desa-desa di Indonesia dipengaruhi oleh tradisi Barat yang diperkenalkan oleh Belanda. Desa-desa yang secara tradisional dimiliki secara kolektif menjadi properti milik pemerintah atau perorangan. Setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia mencoba mengembalikan kepemilikan desa kepada masyarakat dengan sistem pemerintahan yang otonom.
Pada masa kini, desa-desa di Indonesia masih memegang peranan penting dalam pengelolaan sumber daya alam dan kehidupan sosial masyarakat. Mereka juga menjadi objek perhatian dalam pembangunan infrastruktur dan ekonomi. Upaya pencapaian tujuan pembangunan desa dilakukan melalui berbagai program pemerintah, seperti dana desa dan pembangunan desa.
Desa sebagai suatu kesatuan wilayah geografis tentu memiliki ciri-ciri khas yang dapat dibedakan dengan daerah-daerah lain di sekitarnya. Ciri khas tersebut dapat berupa kondisi alamiah ataupun kondisi penduduknya.
Secara umum, ciri-ciri desa di Indonesia adalah sebagai berikut :
Desa dan masyarakatnya sangat erat hubungannya dengan lingkungan alam.
Iklim sangat berpengaruh terhadap kehidupan petani. Artinya, warga desa banyak yang tergantung pada irama musim (seasonal rythm).
Keluarga yang hidup di desa umumnya merupakan satu unit sosial dan unit kerja. Sifat gotong-royong masih tertanam kuat pada warga masyarakat karena mereka tidak lagi memikirkan masalah untung rugi, tetapi lebih mengutamakan unsur kekeluargaan dan kebersamaan.
Jumlah penduduk tidak terlalu banyak dan luas daerah tidak terlalu besar.
Struktur ekonominya bersifat agraris. Cara bertani yang dilakukan oleh sebagian besar penduduk umumnya masih bersifat tradisional sehingga hasilnya rata-rata hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsistence farming).
Masyarakat desa merupakan suatu paguyuban (gemeinschaft) dengan cara hidup berdasarkan ikatan kekeluargaan yang kuat.
Penduduk pedesaan berasal dari satu keturunan sehingga kekerabatannya kuat. Penduduk desa bersifat face to face group, artinya penduduk yang satu dengan yang lain saling mengenal.
Proses sosial umumnya berjalan lambat.
Social control ditentukan oleh moral dan hukum-hukum informal.
Masyarakat desa umumnya masih memegang norma-norma agama secara kuat (religious trend).
Pendidikan penduduk umumnya rendah.
Masih banyak ciri-ciri desa yang dapat dijumpai. Selain ciri-ciri desa secara umum seperti di atas, ada ciri-ciri menurut pemerintah atau ciri yang dikemukakan para ahli.
Referensi: Materi Pendamping Kegiatan Belajar Peserta Didik (MPKBPD) MGMP Geografi SMA Kabupaten Jombang (2018)
Secara etimologis, istilah desa berasal dari bahasa Sansekerta, dhesi, yang berarti tanah kelahiran atau tanah tumpah darah. Istilah desa umumnya dikenal pada etnis Madura dan Jawa. Di wilayah lain di Indonesia, desa mempunyai sebutan atau istilah yang berbeda-beda misalnya kampung pada masyarakat Sunda dan nagari pada masyarakat Minangkabau. Batak menyebutnya huta dan lain-lain.
Awalnya, desa berkembang dari beberapa rumah tempat tinggal yang membentuk dusun atau dukuh. Gabungan dari beberapa dusun atau dukuh kemudian disebut desa. Penduduk yang menghuni desa tersebut membentuk suatu masyarakat yang mempunyai aturan atau adat-istiadat yang berbeda dengan masyarakat lain. Menurut R. Bintarto ada tiga unsur yang membentuk desa, yaitu daerah, penduduk dan tata kehidupan.
Dalam kehidupan sehari-hari istilah desa sering diartikan sebagai suatu wilayah yang jauh dari keramaian kota dan dihuni oleh sekelompok masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian di sektor pertanian. Ada kalanya wilayah pedesaan digambarkan sebagai daerah yang masih alami dan sebagian besar arealnya dimanfaatkan untuk persawahan, ladang, perumahan dan kebun penduduk. Pengertian-pengertian tersebut ada benarnya, sebab didasarkan pada apa yang dilihat. Namun untuk mendapatkan pengertian desa secara lengkap perlu memperhatikan definisi desa yang dikemukakan para ahli atau menurut undang-undang sebab definisi tersebut umumnya telah teruji secara ilmiah.
Di dalam memahami pengertian desa perlu diperhatikan beberapa karakteristik desa yang meliputi aspek morfologi, aspek penduduk, aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan aspek hukum. Ditinjau dari aspek morfologi, desa merupakan wilayah dengan pemanfaatan lahan oleh penduduk yang bersifat agraris dengan rumah tempat tinggal yang terpencar. Dari aspek penduduk, desa umumnya didiami penduduk yang sedikit jumlahnya dengan kepadatan rendah.
Dari aspek ekonomi melihat desa dari mata pencaharian utama penduduk dari sektor pertanian (bercocok tanam) atau nelayan. Aspek sosial budaya melihat desa dari hubungan sosial antar penduduk yang bersifat khas, yaitu hubungan kekeluargaan bersifat pribadi, homogen dan rasa kegotongroyongan masih kuat. Sedangkan dari aspek hukum memandang bahwa desa merupakan kesatuan wilayah hukum tersendiri, yang mempunyai wewenang mengatur urusan rumah tangganya sendiri.
Perkembangan desa-desa di Indonesia dalam aspek ekonomi menunjukkan peningkatan yang signifikan. Melalui program desa mandiri, pemerintah memberikan dukungan untuk mengembangkan potensi desa yang ada. Beberapa desa sukses mengembangkan agrowisata atau usaha kreasi dan kerajinan yang dikelola oleh warga desa. Namun, masih banyak desa yang mengalami ketergantungan pada sektor pertanian atau sumber daya alam lainnya, tanpa peningkatan signifikan pada nilai tambah dan pemanfaatan teknologi.
Sementara itu, aspek politik di desa masih memperlihatkan pengaruh yang kuat dari politisi atau orang kaya setempat dalam pengambilan keputusan. Hal ini menyebabkan banyaknya desa yang tidak memiliki kebijakan yang berpihak pada kepentingan masyarakat, atau bahkan justru membawa dampak buruk bagi masyarakat desa.
Aspek sosial budaya juga berpengaruh terhadap perkembangan desa. Meskipun banyak desa yang masih mempertahankan tradisi dan budaya, namun ada juga desa yang mulai mengalami perubahan budaya dan penurunan moralitas. Beberapa desa juga telah mengalami urbanisasi, di mana banyak warga desa yang pindah ke kota untuk mencari pekerjaan atau mencari pendidikan yang lebih baik. Hal ini mengakibatkan desa kehilangan potensi dan manusia yang bisa berkembang lebih baik di desanya sendiri.
Untuk meningkatkan perkembangan desa di Indonesia, perlu dilakukan upaya integrasi yang ketat antara aspek ekonomi, politik, dan sosial budaya. Pemerintah dan komunitas desa bisa bekerja sama untuk menciptakan program pembangunan yang selaras dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan. Selain itu, perlu juga adanya peningkatan kualitas SDM dan pelayanan pendidikan serta kesehatan bagi warga desa agar tercipta kondisi lingkungan desa yang tangguh dan mandiri.
Referensi: Materi Pendamping Kegiatan Belajar Peserta Didik (MPKBPD) MGMP Geografi SMA Kabupaten Jombang (2018)
1.   Penggolongan wilayah yang didasarkan pada kenampakan tunggal, seperti kenampakan iklim, vegetasi, atau hewan disebut kenampakan …
A.   single feature                                         D. social region
B.   complete feature                                   E. cultural region
C.  natural region
2.   Di bawah ini merupakan unsur-unsur suatu wilayah, kecuali ….
A.   mempunyai ciri-ciri dan luas tertentu
B.   dapat dibedakan dengan daerah lain
C.  mempunyai jumlah penduduk tertentu
D.  mempunyai batas dan sistem tertentu
E.   dapat dibedakan berdasarkan aspek administratif atau fungsional.
3.   Wilayah fungsional didasarkan atas konsep….
A.   uniform region                                        D. heterogenitas
B.   kekhasan                                                E. homogenitas
C.  formal
4.   Suatu wilayah dengan ciri adanya obyek tertentu baik secara fisik, sosial maupun budaya disebut….
A.   wilayah nodal                                          D. wilayah region
B.   wilayah fungsional                                  E. wilayah terpadu
C.  wilayah formal
5.   Contoh keseragaman dalam mengkaji wilayah formal adalah di bawah ini, kecuali….
A.   keseragaman bentang alam
B.   keseragaman pemerintahan
C.  keseragaman jenis tanah
D.  keseragaman penggunaan tanah
E.   keseragaman mata pencaharian di desa
6.   Konsep pewilayahan yang banyak digunakan saat ini adalah ….
A.   jenis dan kekhususan
B.   administratif
C.  alamiah dan ketampakan tunggal
D.  regional dan klasifikasi
E.   administrasi dan teknis
7.   Klasifikasi wilayah yang didasarkan atas keseragaman sosial ekonomi, kecuali …
A.   wilayah pertanian                                    D. wilayah industri
B.   wilayah suku bangsa                              E. wilayah hutan
C.  wilayah perkebunan
8.   Klasifikasi wilayah yang didasarkan pada keseragaman atau kesamaan tertentu disebut wilayah ….
A.   tunggal                                                   D. fungsional
B.   formal                                                    E. nodal
C.  khusus
9.   Suatu wilayah yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga dijadikan pusat pertumbuhan yang dapat mempengaruhi kawasan lain di sekitarnya disebut ….
A.   pusat kegiatan                                        D. wilayah pusat pertumbuhan
B.   pusat pembangunan                              E. pusat pengembangan pembangunan
C.  pusat pertumbuhan
10. Pernyataan:
(1)Â Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan;
(2)Â Pengangguran tinggi akibat meningkatnya urbanisasi;
(3)Â Konsentrasi geografik dari berbagai sektor/fasilitas; dan
(4)Â Tingkat kebutuhan masyarakat semakin tinggi
Karakteristik suatu wilayah sebagai pusat pertumbuhan adalah nomor…
A.   (1) dan (2)                                              D. (2) dan (4)
B.   (1) dan (3)                                              E. (1) dan (4)
C.  (3) dan (4)
11. Peranan pusat pertumbuhan bagi suatu wilayah adalah ….
A.   mengendalikan sistem pemerintahan
B.   menjadi pusat pelayanan bagi daerah sekitar
C.  menyediakan bahan pangan bagi penduduk desa
D.  menampung kelebihan penduduk dari daerah sekitar
E.   merangsang pertumbuhan ekonomi bagi daerah sekitar
12. Di bawah ini tertera beberapa faktor yang mempengaruhi suatu wilayah hingga menjadi pusat pertumbuhan, kecuali ….
A.   faktor alam                                              D. faktor industri
B.   faktor ekonomi                                        E. faktor sosial
C.  faktor kebudayaan                                          (K.Wardiyatmoko, Geografi III, Erlangga)
13. Peranan pusat pertumbuhan wilayah dalam pembangunan pada suatu wilayah adalah ….
A.   mengendalikan sistem pemerintahan
B.   menjadi pusat pelayanan daerah sekitar
C.  menyediakan bahan pangan seluruh penduduk desa
D.  menampung kelebihan penduduk sekitar
E.   merangsang pertumbuhan perekonomian bagi daerah sekitar
14. Pernyataan:
(1)Â Pendapatan penduduk meningkat;
(2)Â Adanya asimilasi budaya masyarakat;
(3)Â Kesejahteraan penduduk meningkat;
(4)Â Teknologi dan transportasi berkembang pesat; dan
(5)Â Anggaran pendapatan daerah meningkat
Faktor-faktor yang memengaruhi pusat pertumbuhan terhadap ekonomi masyarakat adalah nomor…
A.   (1), (2), dan (3)                                       D. (2), (4), dan (5)
B.   (1), (2), dan (4)                                       E. (3), (4), dan (5)
C.  (1), (3), dan (5)
15. Pusat pertumbuhan penduduk Indonesia paling banyak didukung oleh ….
A.   kondisi fisik alam dan infrastruktur
B.   sosail budaya dan infrastruktur
C.  kondisi alam dan budaya
D.  kondisi iklim dan tanah
E.   jawaban a dan b benar
16. Menurut teori kutub pertumbuhan yang dikemukakan oleh Perroux, proses pembangunan terjadi secara ….
A.   serentak di berbagai tempat dengan intensitas yang seimbang
B.   serentak di kota-kota tertentu dengan kekuatan yang tidak sama
C.  serentak tetapi tidak merata di berbagai wilayah atau kota
D.  merata di berbagai kota besar
E.   tidak serentak, tetapi muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda
17. Pernyataan:
1)Â Â Â Memotivasi penduduk untuk memiliki pengetahuan dan ketrampilan
2)Â Â Â Menimbulkan permasalahan sosial dimasyarakat
3)Â Â Â Gaya konsumerisme penduduk meningkat
4)Â Â Â Arus informasi dan komunikasi makin terbuka
5)Â Â Â Terbukanya lapangan kerja yang makin luas
Pengaruh kemajuan pusat pertumbuhan bagi daerah sekitar adalah nomor….
A.   (1), (2), dan (3)                                      D. (1), (4), dan (5)
B.   (2), (3), dan (4)                                      E. (1), (3), dan (5)
C.  (3), (4), dan (5)
18. Tempat sentral berhierarkhi 7 menurut Walter Christaller disebut ….
A.   kasus pasar optimal
B.   kasus lalu lintas optimal
C.  kasus koneektivitas optimal
D.  kasus administrasi optimal
E.   kasus ambang optimal.
19. Jarak yang harus ditempuh seseorang atau konsumen untuk mendapatkan barang kebutuhannya disebut …
A.   spread effect                                          D. range
B.   tempat sentral                                         E. ambang
C.  threshold
20. Teori tempat yang sentral Walter Christaller untuk menjawab pertanyaan tentang kota, yaitu..
A.   jangkauan, range dan ambang
B.   banyak kota, range dan persebaran kota
C.  banyak kota, besar kota, dan persebaran
D.  besar kota, ambang dan jangkauan
E.   jangkauan, threshold dan range
21. Prinsip dasar teori lokasi yang dikemukakan oleh Alfred Weber adalah….
A.   kegiatan industri pada dasarnya merupakan kebutuhan dasar manusia
B.   perlunya penetapan upah minimum regional
C.  perlunya pengkajian terhadap rasio susut
D.  pekerja sebagai aset paling dinamis
E.   penentuan lokasi industri di tempat dengan biaya paling minimal
22. Walter Cristaller mengemukakan teori tempat sentral berdasarkan pada….
A.   Pusat pertumbuhan memiliki daya tarik terhadap tenaga kerja disekitarnya
B.   Pengelompokan jenis industri
C.  Lokasi dan pola persebaran pemukiman
D.  Pusat pertumbuhan merupakan titik simpul suatu bentuk heksagonal
E.   Ongkos transportasi paling murah
23. Trickle down effect yang dirasakan oleh wilayah pinggiran dalam interaksinya dengan wilayah pusat pertumbuhan antara lain ….
A.   lahan pertanian di pedesaan tidak terurus
B.   terciptanya peluang usaha dan kerja
C.  berkurangnya tenaga kerja usia muda di pedesaan
D.  mengalami kelangkaan sumber daya dan potensi desa
E.   lahan pertanian semakin sempit/habis.
24. Gambar di bawah ini menunjukkan
tempat yang sentral berhierarkhi ….
A.   K-3
B.   K-4
C.   K-5
D.   K-6
E.   K-7
25. Tempat sentral berhirarki 3 (k=3) disebut juga dengan….
A.   situasi administrasi yang optimum
B.   situasi lalu lintas yang optimum
C.  situasi pasar optimum
D.  pusat pemerintahan dan pendidikan
E.   industri yang tumbuh subur
26. Jabodetabek dan Gerbangkertosusilo merupakan pusat pertumbuhan yang sifatnya …
A.   regional                                                  D. keruangan
B.   nasional                                                  E. kewilayahan
C.  internasional
27. Bagian tengah wilayah kabupaten Jombang berupa dataran rendah, lembah sungai Brantas yang subur. Pernyataan tersebut menunjukkan ….
A.   wilayah fungsional                                  D. wilayah dataran rendah
B.   wilayah formal                                         E. wilayah pedesaan
C.  kewilayahan
28. Mengusahakan pedesaan untuk lebih terbuka dalam pembangunan sehingga diharapkan terjadi beberapa ‘kota’ di pedesaan atau daerah pertanian merupakan konsep ….
A.   agropolis                                                 D. polis
B.   metropolis                                               E. potensi desa
C.  pembangunan desa
29. Kota yang bukan merupakan pusat pertumbuhan nasional adalah …
A.   Medan, Padang, Semarang
B.   Lampung, Jakarta, Denpasar
C.  Semarang, Padang, Denpasar
D.  Medan, Jakarta, Surabaya
E.   Surabaya, Gorontalo, Makassar
30. Jawa Timur dan Bali masuk dalam wilayah pembangunan …
A.    I                                          C. III                                       E. V
B.   II                                          D. IV
31. JOGLOSEMAR merupakan pusat pertumbuhan wilayah …
A.   Riau                                                        D. Jawa Timur
B.   Jawa Tengah                                          E. Banten
C.  DI Yogyakarta.
32. Munculnya pusat pertumbuhan wilayah pada suatu negara bermanfaat dalam hal ….
A.   ukuran keberhasilan pembangunan wilayah terpencil dan pedalaman
B.   mendorong wilayah lain ikut berkembang dan memudahkan koordinasi
C.  mengarahkan  pembangunan bertumpu potensi sumber daya alam dan budaya
D.  menetapkan model pendekatan pembangunan dan wilayah pembangunan utama
E.   memberikan kemakmuran di desa dan kota dengan sumber daya melimpah
(UN 2009/2010)
33. Pengaruh pusat pertumbuhan terhadap sosial budaya masyarakat adalah….
A.   perubahan sistem mata pencaharian masyarakat
B.   tercipta lapangan pekerjaan baru
C.  munculnya lembaga perbankan
D.  perkembangan ekonomi
E.   perkembangan sektor industri
34. Perhatikan gambar berikut !
Rural urban fringe menurut R. Bintarto
ditunjukkan dengan nomor ….
A.   1
B.   3
C.   5
D.   2
E.   4
35. Zona penggunaan lahan kota pada
nomor 2 (dua) ditandai dengan ….
A.   pusat perbelanjaan, kantor pemerintah
dan pusat perdagangan
B.   gudang, tempat tinggal kaum buruh
dan lahan pertanian sempit
C.   gedung pemerintah, perumahan sederhana
dan pasar tradisional
D.   pemukiman elit, bangunan pabrik dan slum area
E.   kaum komuter, lahan pertanian dan sarana rekreasi kota
36. Peranan pusat pewilayahan dalam pembangunan pada suatu wilayah adalah …
A.   mengendalikan sistim pemerintahan
B.   menjadi pusat pelayanan bagi daerah sekitar
C.  menyediakan pangan bagi seluruh penduduk desa.
D.  menampung kelebihan penduduk dari daerah sekitar.
E.   merangsang pusat pertumbuhan perekonomian bagi daerah sekitar.
(UN 2010/2011)
37. Pernyataan:
1)Â Â Â pendapatan penduduk meningkat
2)Â Â Â adanya asimilasi budaya masyarakat
3)Â Â Â kesejahteraan penduduk meningkat
4)Â Â Â teknologi dan transportasi berkembang pesat
5)Â Â Â anggaran pendapatan daerah meningkat
Faktor-faktor yang mempengaruhi pusat pertumbuhan terhadap ekonomi masyarakat adalah nomor ….
A.   (1), (2), dan (3)                                      D. (3), (4), dan (5)
B.   (2), (4), dan (5)                                      E. (1), (3), dan (5)
C.  (1), (2), dan (4)                                                                                  (UN 2010/2011)
38. Pusat Wilayah Pembangunan Utama
(WPU) di Indonesia terletak pada nomor….
A.   1 – 2 – 3 – 4
B.   1 – 3 – 4 – 5
C.   2 – 3 – 4 – 5
D.   2 – 4 – 5 – 6
E.   3 – 4 – 5 – 6
39. Nusa Tenggara Barat, NTT, Sulawesi Selatan, dan sulawesi tenggara adalah wilayah pembangunan yang brpusat di….
A.   Manado                                                  D. Ujung Pandang
B.   Surabaya                                                E. Jakarta
C.  Banda Aceh
40. Kota-kota yang dijadikan pusat pertumbuhan utama di Indonesia adalah ….
A.   Jakarta, Surabaya , Medan dan Makassar
B.   Jakarta, Semarang, Surabaya dan Manado
C.  Jakarta, Surabaya , Medan dan Denpasar
D.  Jakarta, Surabaya , Bandung dan Makassar
E.   Jakarta, Surabaya , Medan dan Manado                                 (UN 2009/2010)
41. Munculnya beberapa kota besar di Indonesia sebagai pusat pertumbuhan, seperti Medan, Surabaya, dan Ujung Pandang (Makassar) sebagian besar dilatarbelakangi oleh adanya …
A.   pemusatan kegiatan pasar
B.   pemusatan kegiatan pemerintahan
C.  persebaran penduduk
D.  persebaran sda di daerah tersebut
E.   persebaran dan kekayaan sda daerah terbut
42. Provinsi NAD, Sumut, Sumbar, Riau dan Kepri dalam pembagian wilayah pembangunan utama termasuk dalam wilayah….
A.   WPU A                                                   D. WPU D
B.   WPU B                                                   E. WPU E
C.  WPU C
43. Nama-nama kota:
(1)Â Medan;
(2)Â Palembang;
(3)Â Jambi;
(4)Â Surabaya, dan
(5)Â Pontianak
Kota yang dijadikan sebagai pusat pertumbuhan/pembangunan di Pulau Sumatera adalah nomor…
A.   (1), (2), dan (3)
B.   (1), (3), dan (5)
C.  (3), (4), dan (5)
D.  (2), (4), dan (5)
E.   (3), (4), dan (5)
44. WPPI Sumatra bagian utara, berlandaskan pada potensi ….
A.   sumber daya alam
B.   ekonomi batubara
C.  sarana prasarana
D.  gas dan batubara
E.   hasil laut
45. Pengaruh pengembangan pusat pertumbuhan terhadap perubahan sosial budaya yang menyimpang dari kepribadian bangsa adalah …
A.   perkembangan agama-agama
B.   sikap berorentasi masa depan
C.  menghargai karya orang lain
D.  hidup hemat dan sederhana
E.   lemahnya solidaritas sosial
46. Yogyakarta dijadikan sebagai pusat pertumbuhan (pembangunan) karena memiliki potensi sebagai…
A.   pusat pertambangan
B.   pusat pemerintahan
C.  daerah perdagangan
D.  daerah perkebunan
E.   kota pahlawan
47. Salah satu indikator yang menunjukkan adanya pengaruh pusat pertumbuhan terhadap perkembangan ekonomi adalah ….
A.   menurunnya tingkat pertumbuhan penduduk
B.   meningkatnya angka harapan hidup
C.  terpenuhinya kabutuhan penduduk
D.  meningkatnya kerjasama antar negara
E.   munculnya pusat-pusat perdagangan dan perbankan
(K.Wardiyatmoko, Geografi III, Erlangga)
48. Kawasan Indonesia barat lebih cepat berkembang daripada kawasan Indonesia timur. Faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah …..
A.   potensi sumber daya alam wilayah barat sangat melimpah
B.   adat istiadat masyarakat di wilayah barat sudah longgar
C.  wilayahnya berupa pulau yang lebih luas
D.  letak geografis wilayah barat lebih dekat benua Asia
E.   kapasitas kelembagaan pemerintah dan publik sudah kuat
49. Terbentuknya pusat pertumbuhan memberikan pengaruh pada perkembangan daerah sekitarnya terutama dipengaruhi oleh faktor…
A.   lokasi daerah yang strategis
B.   kegiatan ekonomi yang menonjol
C.  potensi sumber daya alam
D.  dukungan masyarakat dalam pembangunan
E.   kebijakan pemerintah daerah
50. Salah satu contoh pengaruh pusat pertumbuhan terhadap perubahan sosial budaya masyarakat adalah ….
A.   munculnya lembaga-lembaga pendidikan
B.   munculnya lembaga-lembaga sosial
C.  munculnya lembaga-lembaga keagamaan
D.  terbukanya pola pikir masyarakat terhadap hal-hal yang baru
E.   meningkatnya pendapatan per kapita penduduk
(K.Wardiyatmoko, Geografi III, Erlangga)
Referensi: Materi Pendamping Kegiatan Belajar Peserta Didik (MPKBPD) MGMP Geografi SMA Kabupaten Jombang (2018)
Permasalahan makro yang dihadapi oleh perencana wilayah adalah murni permasalahan pemerintah untuk melihat kaitan proyek dengan program pemerintah secara keseluruhan. Seandainya proyek itu murni swasta dan ditujukan untuk kegiatan bisnis, barangkali pemerintah tidak perlu terlalu pusing dengan permasalahn mikro yang ada, karena biasanya hal itu sudah dipersiapkan oleh pihak swasta sebagai penggagas proyek.
Tugas pemerintah adalah memeriksa atau mengawasi kebenaran dari gagasan terutama yang berkaitan dengan analisis ekonomi, dampak lingkungan, dan sikap sosial masyarakat. Permasalahan makro dari penggunaan lahan untuk suatu kegiatan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Kesesuaian lokasi
Lokasi proyek itu harus disesuaikan dengan daya dukung dan kesesuaian lahan secara makro regional. Kalau sudah ada rencana penggunaan lahan maka penentuan lokasi dapat mengacu pada rencana tersebut. Akan tetapi, seandainya belum ada rencana penggunaan penggunaan lahan yang dimaksudkan atau kalaupun ada tidak cukup rinci maka perencana kota harus mengkaitkan lokasi proyek dengan kebijakan penggunaan lahan yang baik.
Berbagai kebijakan yang terkait dengan hal ini, misalnya lokasi perumahan Developer atau industri selayaknya menghindari penggunaan lahan yang sangat subur untuk pertanian, lahan dengan kemiringan pertanian, lahan dengan kemiringan tertentu atau lahan resapan air tanah. Untuk sektor pertanian, komoditi yang dikembangkan adalah sesuai dengan jenis tanah atau kesuburan tanah.
Strategi pengembangan ekonomi wilayah
Apabila pemerintah ingin membangun suatu proyek terutama proyek berskala besar, hal itu harus terkait dengan strategi pengembangan wilayah tersebut. Jadi, perlu dilihat apakah proyek yang diusulkan cukup strategis dan singkron dengan rencana umum pengembangan wilayah dan menuju tercapainya visi wilayah.
Misalnya apakah proyek yang dibangun itu bersifat basis dan memiliki forward lingkage dan backward lingkage yang tinggi. Apabila iya, maka proyek itu harus di prioritaskan. Akan tetapi apabila proyek itu hanya bersifat pelayanan (non basis) maka perlu dikaji bahwa proyek itu memang sudah dibutuhkan. Jangan sampai proyek itu justru mematikan pelayanan proyek sejenis yang telah ada sebelumnya.
Sistem transportasi / penyediaan prasarana
Harus dilihat apakah penetapan lokasi dapat mengakibatkan sistem transportasi yang tidak efisien. Misalnya, lokasi perumahan yang jauh dari tempat kerjaakan mempercepat terciptanya kepadatan lalu lintas yang tinggi dan mendorong terciptanya high cost economy. Lokasi perumahan yang dibuat berseberangan dengan lokasi tempat kerja atau pasar, padahal jalan yang memisahkan adalah jalan arteri. Hal itu akan mengakibatkan kemacetan lalu lintas dan meningkatkan terjadinya kecelakaan karena seringnya terjadi penyeberangan.
Jangan terlalu banyak menumpukkan kegiatan pada satu lokasi dimana angkutan seluruh kegiatan itu akan tumpah pada satu jalan penghubung (arteri), kecuali kapasitas jalan penghubung tersebut masih idle. Hal ini akan memacetkan lalu lintas pada jalan penghubung tersebut.
Sistem pembiayaan pembangunan di daerah
Setelah memperhatikan sasaran pengembangan wilayah, pada akhirnya perencana wilayah sampai kepada program atau proyek yang diperkirakan akan menunjang tercapainya sasaran pengembangan wilayah. Program atau proyek jelas memerlukan biaya yang seringkali melampaui kemampuan dana pemerintah yang tersedia. Oleh sebab itu, program atau proyek perlu diberi skala prioritas.
Namun jika belum sampai pada keputusan akhir, perencana wilayah harus mengetahui tentang sistem pembiayaan pembangunan di daerah. Hal ini disebabkan jenis proyek yang diusulkan harus disesuaikan dengan sumber dana yang akan membiayai proyek tersebut. Misalnya sumber dana yang berasal dari APBN dan APBD.
Terdapat beberapa permasalahan makro dalam penerapan tata ruang wilayah, di antaranya adalah:
Pembangunan yang tidak terkoordinasi dengan tata ruang wilayah yang telah ditetapkan. Pembangunan yang tidak terkoordinasi bisa mengakibatkan pembangunan yang berlebihan di wilayah tertentu, atau sebaliknya wilayah yang kekurangan pembangunan.
Adanya konflik penggunaan lahan antara sektor ekonomi, sosial, dan lingkungan. Contohnya adalah konflik antara kepentingan pengembangan kawasan industri dengan area pertanian atau pemukiman.
Kurangnya peran masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah. Keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan akan memperkuat legitimasi kebijakan dan mencegah terjadinya konflik sosial.
Kebijakan tata ruang wilayah yang tidak memperhitungkan faktor ketersediaan sumber daya alam dan lingkungan, serta dampak perubahan iklim.
Kurangnya koordinasi antar sektor dalam pelaksanaan tata ruang wilayah, seperti antara sektor transportasi, lingkungan hidup, pariwisata, dan sebagainya.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, diperlukan upaya untuk meningkatkan koordinasi dan keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah, serta memperhitungkan faktor lingkungan dan keberlanjutan dalam pembangunan.
FREE
44
You still have 44 queries left!
Referensi: Materi Pendamping Kegiatan Belajar Peserta Didik (MPKBPD) MGMP Geografi SMA Kabupaten Jombang (2018)
Masalah yang dihadapi perencana wilayah kegiatan yang tercakup dalam perencanaan wilayah bisa dalam ruang lingkup yang luas maupun ruang lingkup yang sempit. Perencanaan wilayah dapat berupa perencanaan makro regional, yaitu menyangkut keseluruhan aktivitas pada wilayah tersebut.
Akan tetapi terkadang bisa juga hanya menyangkut suatu aktivitas tertentu pada suatu lokasi tertentu, misalnya perencanaan dimana lokasi puskesmas di wilayah yang dimaksud. Perencanaan makro regional, antara lain berupa pembuatan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk ruang lingkup kabupaten atau kota, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dalam ruang lingkup provinsi maupun kabupaten / kota.
Apa saja yang bisa menjadi permasalahan dalam menjawab pertanyaan diatas? Yang sekaligus berarti keahlianapa saja yang perlu terlibat dalam menangani perencanaan wilayah itu agar dapat diselesaikan dengan baik. Proses penyelesaiannya pun akan berbeda apabila proyek itu murni swasta atau proyek yang seluruhnya atau sebagian melibatkan keuangan pemerintah.
Permasalahan yang terkandung dalam perencanaan wilayah utamanya penentuan kegiatan apa dan dimana lokasinya, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Permasalahan mikro
Permasalahn mikro yang dihadapi perencana wilayah adalah permasalahan yang berkaitan dengan pembangunan dalam proyek tersebut, yang dapat dilihat menurut sudut pandang pengelola maupun pemberi izin proyek. Permasalahan mikro proyek dikelompokkan sebagai berikut :
Permasalahan teknis
Antara lain di dalamnya termasuk peraturan pemerintah tentang penggunaan lahan, yaitu bahwa kegiatan seperti itu memang dibenarkan pada lokasi tersebut, kondisi lahan sesuai, bahan/peralatan yang dibutuhkan untuk membangun proyek cukup tersedia dan adanya tenaga terampil sehingga proyek benar-benar dapat dibangun sesuai rencana.
Permasalahan manajerial (pengelolaan)
Setelah proyek selesai apakah dapat dioperasikan sebagaimana yang diharapkan. artinya tenaga kerja, bahan penolong, bahan baku serta fasilitas pendukung cukup tersedia sehingga tidak menjadi permasalahan dalam pengoperasian proyek.
Permasalahan finansial (keuangan)
Apakah terdapat dana yang cukup untuk menyelesaikan proyek dan ada dana operasional untuk krlak mengoperasikan proyek. Apakah lokasi itu cukup efisien ditinjau dari pengeluaran biya, baik semasa pembangunannya maupun setelah pengoperasiannya. Apabila proyek itu ditujukanuntuk menghasilkan laba, apakah akan diperoleh laba atau pendapatan dari pengoperasian proyek sehingga proyek itu menguntungkan dari sudut pandang bisnis.
Permasalahan ekonomi
Apakah sumber daya yang dikorbankan untuk proyek tersebut akan memberikan manfaat yang lebih besar dibanding dengan biaya yang dikorbankan ditinjau dari sudut ekonomi nasional secara keseluruhan.
Permasalahan dampak lingkungan
Apakah proyek tersebut tidak akan menciptakan dampak lingkungan yang berlebihan, baik sewaktu pembangunannya ataupun sewaktu pengoperasiannya.
Sikap sosial masyarakat
Apakah manusia dapat menerima proyek tersebut. Seandainya proyek itu terpaksa menggusur masyarakat yang sebelumnya telah bermukim / berusaha pada lokasi itu, apakah masalah penggusuran ini akan dapat diselesaikan dengan baik, yaitu dengan cara yang tidak menimbulkan gejolak sosial bagi masyarakat di kemudian hari, apakah partisipasi masyarakat akan diperoleh pada saat yang dibutuhkan.
Permasalahan keamanan
Apakah kondisi wilayah cukup aman termasuk pada lokasi proyek, keamanan harus terjamin, baik dalam masa pembangunannya maupun dalam masa pengoperasiannya.
Masalah-masalah mikro dalam penerapan tata ruang wilayah dapat meliputi beberapa hal seperti:
Keterbatasan ruang yang tersedia untuk digunakan atau dibangun.
Konflik antara kepentingan ekonomi dan lingkungan hidup, misalnya dalam hal penggunaan lahan.
Peningkatan permintaan akan lahan dan bangunan yang memicu tumbuhnya urbanisasi dan pembangunan kota secara vertikal yang tidak sesuai dengan peraturan.
Pembagian lahan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan wilayah, sehingga menimbulkan ketidakadilan sosial dan ketidaknyamanan dalam penggunaan lahan.
Kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penetapan peraturan dan pelaksanaan tata ruang wilayah.
Referensi: Materi Pendamping Kegiatan Belajar Peserta Didik (MPKBPD) MGMP Geografi SMA Kabupaten Jombang (2018)
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi. Dalam penyusunannya harus mengacu pada RTRWN, pedoman bidang penataan ruang, dan rencana pembangunan jangka panjang daerah.
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten, yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten, penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Perencanaan tata ruang wilayah provinsi Indonesia adalah proses perencanaan penggunaan lahan dalam wilayah suatu provinsi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam membangun dan mengembangkan wilayah tersebut. Proses ini melibatkan analisis kondisi wilayah, pengumpulan data, identifikasi masalah, identifikasi peluang, pengembangan skenario perencanaan, dan penetapan kebijakan serta program aksi untuk mencapai tujuan perencanaan.
Dalam perencanaan tata ruang wilayah provinsi, penting untuk mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, lingkungan, dan politik untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan dan memenuhi kebutuhan masyarakat secara adil dan merata.
Beberapa hambatan perencanaan tata ruang wilayah provinsi yang dapat terjadi antara lain:
Keterbatasan sumber daya: terkadang penentuan tata ruang wilayah provinsi dapat terhambat oleh keterbatasan sumber daya manusia, keuangan, infrastruktur, dan lain sebagainya.
Keterbatasan data dan informasi: pemerintah provinsi juga memerlukan data dan informasi yang akurat dan lengkap dalam menentukan tata ruang wilayahnya, namun seringkali data dan informasi yang tersedia masih kurang memadai.
Konflik kepentingan: penentuan tata ruang wilayah dapat menimbulkan konflik kepentingan di antara berbagai pihak, seperti antara pemerintah, pengembang, masyarakat, dan lingkungan.
Perbedaan pandangan dan pemahaman: selain konflik kepentingan, perbedaan pandangan dan pemahaman antara berbagai pihak juga dapat menghambat perencanaan tata ruang wilayah provinsi.
Teknologi dan infrastruktur: penggunaan teknologi dan infrastruktur yang kurang memadai juga dapat menghambat perencanaan tata ruang wilayah provinsi, terutama dalam hal pemetaan dan penyajian data.
Referensi: Materi Pendamping Kegiatan Belajar Peserta Didik (MPKBPD) MGMP Geografi SMA Kabupaten Jombang (2018)