Bagaimana Rasanya Mendidik Anak Yatim di Desa?

Inspirasi Buka Puasa Bersama Anak Yatim Sengon Jombang Tahun 2017
Inspirasi Buka Puasa Bersama Anak Yatim Sengon Jombang Tahun 2017

Ada pertanyaan menarik dari orang-orang di desa terkait aktivitas penulis dalam merawat dan mendidik anak-anak yatim di desa tempat tinggal penulis. Mereka bertanya bagaimana rasanya pengalaman mendidik anak-anak yatim yang terkenal dengan perilakunya yang sulit diatur? Sebenarnya pertanyaan itu hampir sama jawabannya dengan pertanyaan bagaimana rasanya mendidik anak-anak mereka sendiri di rumah mereka.

Anak-anak yatim adalah anak-anak yang sama wajarnya dengan anak-anak keluarga yang normal pada umumnya. Mereka memiliki keinginan untuk mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Anak-anak yatim itu juga ingin menikmati waktu liburan. Serta yang tidak kalah penting adalah setiap anak yatim ingin merasakan waktu bermain sama halnya seperti anak-anak yang memiliki keluarga lengkap.

Jangan lupakan juga satu fakta bahwa setiap anak yatim memiliki kesamaan dengan anak-anak dari keluarga yang normal lainnya dalam hal kebutuhan berekspresi sesuai dengan minat dan bakat mereka. Setiap anak yatim sama seperti halnya anak-anak dari keluarga yang wajar lainnya. Mereka memiliki minat dan bakat tertentu yang jika ditekuni dan diberikan wadah maka bisa menghasilkan kreativitas yang bermanfaat.

Mendidik anak yatim di desa merupakan tantangan tersendiri bagi penulis. Bukan saja karena penulis saat ini belum menikah dan belum memiliki anak biologis, tetapi juga karena pandangan masyarakat desa yang sedikit membuat merah telinga. Bukan rahasia lagi bahwa banyak kalangan yang ingin menyantuni anak yatim. Berbagai kegiatan santunan anak yatim dilakukan secara berkala di desa-desa. Terlebih lagi pada bulan Ramadhan atau bulan puasa, kegiatan santunan anak yatim bertambah banyak bersamaan dengan acara buka puasa bersama anak yatim.

Kegiatan Belajar Matematika Anak Yatim Piatu di Sanggar Genius Yatim Mandiri Jombang
Kegiatan Belajar Menulis dan Mengerjakan Soal Matematika Anak Yatim Piatu di Sanggar Genius Yatim Mandiri Jombang

Tuntutan Amanah dan Profesional

Ada selentingan berita tidak menyenangkan bahwa sebagian oknum melakukan tindakan pemanfaatan anak yatim untuk memperkaya diri mereka sendiri. Terdapat organisasi atau yayasan yang mengelola keberadaan anak yatim itu untuk mendapatkan sebanyak mungkin keuntungan material dari santunan orang-orang kaya maupun para pembayar zakat infaq dan shodaqoh untuk anak yatim. Namun sejatinya tidak semua yayasan atau pribadi memiliki kepentingan tertentu untuk memanfaatkan anak yatim dalam memperkaya diri sendiri. Masih banyak orang-orang yang memiliki niat tulus untuk menyantuni anak yatim.

Menghadapi berbagai pro dan kontra terhadap keberadaan kegiatan santunan anak yatim, penulis pun tidak pernah mengambil pusing komentar orang lain. Selama ini penulis telah aktif melakukan kegiatan mendidik anak-anak yatim di desa sejak tahun 2012 hingga tahun 2020 ini. Dan sejauh ini mereka semuanya tidak pernah komplain atau merasa dirugikan atas kegiatan yang penulis lakukan melalui berbagai wadah, misalnya Sanggar Genius Yatim Mandiri.

Sejatinya para Bunda Yatim dan Pemerintah Desa setempat sangat diuntungkan oleh adanya kegiatan santunan dan pendidikan khusus untuk anak-anak yatim. Sejumlah yayasan peduli anak yatim dan lembaga amil zakat pun tak ragu untuk menggelontorkan dana jutaan untuk mendukung program pendidikan anak yatim dan pemberdayaan Bunda Yatim di desa-desa. Semoga kegiatan tersebut bisa memberikan kemanfaatan untuk peningkatan kesejahteraan anak-anak yatim di Indonesia.

Walaupun penulis belum mampu banyak berkontribusi terhadap kegiatan santunan anak yatim, namun langkah sederhana menghidupkan sanggar genius adalah sebuah tekad pribadi. Kegiatan ini ditujukan untuk anak-anak yatim dan merupakan bukti nyata bahwa penulis berusaha untuk berkontribusi dalam pendidikan anak yatim. Semoga kegiatan ini bisa terus berlanjut dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk masa depan anak-anak yatim di tempat tinggal penulis. Aamiin.


Comments

5 tanggapan untuk “Bagaimana Rasanya Mendidik Anak Yatim di Desa?”

  1. Masyarakat zaman sekarang makin kritis terhadap segala bentuk pengelolaan keuangan. Hal ini harus kita Jawab dengan bekerja secara profesional dan amanah dalam melaksanakan tugas sehari-hari.

  2. Keep being a wise person. Walau ada komen negatif tdk udah dipedulikan. Kebaikan tdk butuh pujian.

  3. Avatar Deniawan Wahyu
    Deniawan Wahyu

    Jangan pernah mengharapkan orang lain berpikir sama dengan anda. Setiap orang bebas nilai perilaku kita. Yang penting kita selalu berperilaku positif dan tidak merugikan orang lain.

  4. Avatar Endang Kusman
    Endang Kusman

    Suka dan duka hidup di desa itu ada enaknya. Disana semua orang di desa saling mengingatkan kesalahannya sehingga kita tidak boleh buru-buru sakit hati kalau diingatkan.

  5. Apakah kegiatan taman belajar untuk anak yatim masih berlanjut di masa wabah virus Corona seperti saat ini?

Tinggalkan Balasan ke Naroko Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *