Bacaan doa tahlil terdengar menggema di ruang tamu. Sebanyak 57 anak yatim dan bunda yatim berkumpul bersama untuk mendoakan mendiang Afiful Chamim, biasa saya panggil Pak Ipul. Almarhum semasa hidupnya telah banyak melakukan aksi sosial untuk anak yatim. Maka hari ini Jumat, 31 Agustus 2018, tepat pada tujuh hari wafatnya beliau mereka berkumpul atas undangan saya. Saya sudah menyiapkan segala sesuatunya sejak beberapa hari lalu. Mulai dari konsumsi anak-anak, undangan, lokasi kegiatan, hingga berkoordinasi dengan sanggar genius dari Bajang dan Kedawung.
Alhamdulillah kegiatan doa bersama ini berlangsung lancar. Anak-anak peserta didik sanggar genius, baik yang masih aktif belajar maupun sudah lulus, hadir untuk berdoa. Anak-anak yatim itu berasal dari Guwo, Bajang dan Kedawung. Saya memimpin sesi doa bersama dengan bacaan tahlil melalui bantuan pengeras suara mini yang biasa saya pakai. Mereka mengikuti dengan sabar rangkaian acara di siang hari yang panas tadi. Tidak tampak kenakalan dan suara berisik anak-anak sebagaimana terlihat pada kegiatan belajar di sanggar genius pada umumnya. Mereka menjadi anak-anak yang patuh pada hari ini.
Pak Ipul bukanlah orang asing bagi anak-anak yatim yang tinggal di Kecamatan Mojowarno. Sejumlah desa tempat tinggal anak yatim sudah beliau datangi. Mulai dari Guwo, Bajang, Kedawung, Menganto, Wringinpitu, Ngenden, Ngoro, serta sejumlah dusun kecil yang saya pun tidak pernah menginjakkan kaki kesana. Pak Ipul juga menjadi orang yang super sibuk pada saat bulan Ramadhan karena acara buka puasa berulangkali dilaksanakan bersama dengan anak-anak yatim dari sejumlah desa. Semoga segala amal baik almarhum untuk anak yatim diterima Allah.
Saya mendapatkan tugas yang tidak mudah dalam mendampingi anak-anak yatim selepas beliau pergi. Tantangan menyantuni anak yatim jaman now adalah bagaimana menghilangkan sifat matre dalam diri keluarga anak yatim. Masyarakat modern sudah banyak yang dijangkiti penyakit konsumerisme sehingga segala bentuk bantuan untuk anak yatim harus dirupakan uang. Ini tidak benar. Menyantuni anak yatim juga bisa berupa dukungan moral dan pendidikan yang berkelanjutan. Ingatlah bahwa kebutuhan manusia tidak melulu soal isi perut dan pakaian yang melekat di badan mereka. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi Anda untuk lebih menyayangi keluarga di rumah.
Tinggalkan Balasan ke Nauval Batalkan balasan