Dunia serasa akan runtuh saat saya mendengar kabar kepergian Pak Ipul untuk selama-lamanya. Ada banyak orang yang kehilangan sosok Afiful Chamim, paman yang saya panggil Pak Ipul, termasuk saya. Saya masih ingat saat itu Jumat (24/8/2018) saya minta tanda tangan beliau untuk laporan program pendidikan Sanggar Genius Yatim Mandiri. Usai sholat Jumat itu beliau masih terlihat bugar. Bahkan Jumat jam setengah sembilan malam saya masih sempat nonton pertandingan sepakbola dengan beliau lewat layar televisi di rumahnya. Pertandingan bola Indonesia lawan UEA berakhir dengan kekalahan untuk tim Indonesia. Beliau tampak emosi melihat wasit tidak berlaku adil.
Menjelang jam sembilan malam saya pamit pulang karena tidak kuat menahan kantuk. Sebelum saya keluar dari rumahnya, beliau menitipkan HPnya yang bermasalah karena tidak bisa menerima pesan WA. HP saya bawa pulang untuk saya update aplikasi lewat koneksi wifi langganan. Setelah itu saya tertidur pulas dengan membiarkan hape melakukan update otomatis terhadap semua puluhan aplikasi out of date. Sabtu jam setengah lima pagi saya terbangun dan mendapati hape sudah kembali ke keluarga pemilik. Hanya saja yang mengambil bukan Pak Ipul, tapi putrinya.
Saya buka WA grup Bani Karso dan mendapat kabar Pak Ipul dilarikan ke rumah sakit karena serangan jantung. Sabtu malam saya sempat menjenguk ke rumah sakit meski tidak diperbolehkan masuk ruang ICU. Minggu dini hari (26/8/2018) beliau menghembuskan nafas untuk terakhir kali. Saya mengumumkan lewat pengeras suara masjid Baitussalam mengenai kabar duka ini. Ini menjadi penyiaran paling berat untuk saya lakukan. Saya kuatkan untuk berkata lantang di depan mikrofon meski batin ini tidak kuat untuk melakukannya. Saya tidak tahu mengapa merasa kehilangan beliau walau saya sering berseberangan jalan berpikir.
Warga berdatangan ke rumah duka. Saya pun hanya bisa memandang dengan tatapan hampir tidak bisa dipercaya. Secepat ini Pak Ipul pergi. Sebagian besar pelayat pun banyak yang menyayangkan kepergiannya. Apapun yang terjadi, inilah takdir Allah yang berkuasa terhadap setiap manusia. Manusia ingin hidup selamanya sementara ajal telah menanti giliran untuk menjemput. Pak Ipul telah meninggalkan warisan tugas mendampingi anak-anak yatim di Dusun Guwo, terutama Sanggar Genius. Semoga Allah menerima segala amal baik Pak Ipul dan mengampuni segala dosanya. Aamiin.
Tinggalkan Balasan