Dar Der Dor Bertaruh Nyawa

Pada suatu hari di sebuah desa kecil, hiduplah seorang anak kecil bernama Budi. Budi sangat ingin mencoba bermain petasan seperti teman-temannya, meskipun ia tahu bahwa itu sangat berbahaya. Namun, rasa penasarannya begitu bes ar, hingga ia nekat mencuri petasan dari gudang kepala desa.

Suatu hari, Budi mengajak adiknya, Rani, untuk bermain petasan di lapangan belakang rumah mereka. Karena semangat dan tidak memiliki pengalaman sebelumnya, Budi tidak memperhatikan cara penggunaan yang tepat seperti melempar petasan dengan jarak yang aman. Pembicaraan tentang kebahayaan petasan yang pernah diberitahu oleh orang tuanya pun terlupakan begitu saja.

Sesampainya di lapangan, Budi segera mengajak Rani untuk bermain petasan bersama. Rani yang masih kecil dan belum mengerti apa itu petasan, menuruti dan mengambil bebrapa petasan. Budi dan Rani lalu mencoba bermain petasan dengan melempar petasannya ke udara dan menonton ledakannya yang indah.

Namun, tiba-tiba terjadi kecelakaan. Salah satu petasan yang dilempar oleh Rani meledak lebih cepat dari yang diperkirakan, tepat di dekat tangan Budi. Ledakan yang keras tersebut menyebabkan Budi mengalami luka serius dan harus segera dibawa ke rumah sakit.

Selama beberapa minggu, Budi harus dirawat intensif di rumah sakit. Pekerjaan orang tuanya sebagai petani menjadi terbengkalai karena mereka harus sibuk merawat Budi sekaligus menyampaikan ucapan terima kasih kepada para tetangga yang membantu dengan biaya perawatan dan perobatan Budi.

Budi sangat menyesali perbuatannya. Ia mulai menyadari betapa bahayanya petasan dan akan lebih waspada terhadap keamanan dirinya dan orang di sekitarnya. Begitu ia pulih, Budi mengambil kesempatan untuk memberi tahu teman-temannya tentang bahaya bermain petasan dan berbicara pada mereka tentang pengalamannya yang mengerikan.

Setelah Budi dinyatakan pulih, ia membuat janji pada adiknya, Rani, dan orang tuanya bahwa ia tidak akan pernah bermain petasan lagi. Semakin berjalannya waktu, Budi semakin takut pada petasan dan setiap kali ada ledakan, ia akan menutup telinganya dengan erat.

Dari kejadian ini, Budi belajar bahwa bermain petasan sangat berbahaya, terutama bagi anak-anak kecil. Pengalaman yang dialaminya menjadi pembelajaran penting bagi dirinya dan orang-orang di sekitarnya untuk selalu mengutamakan keselamatan dan menghindari hal-hal yang berpotensi membahayakan.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *