Orang yang lebih mengutamakan hidup ke duniaannya daripada yang sedikit, yang sehari dapat, sehari tidak olehnya itu mempunyai nikmat yang kekal, samalah ia dengan seorang saudagar sebuah intan yang mahal harganya, tetapi belum berasah. Maka dipanggilnya tukang asah permata, dan ia berjanji akan membayar upah seratus dinar sehari.
Setelah tukang itu datang ke rumahnya, tiba-tiba saudagar itu teringat akan rebabnya. Maka bertanya ia kepada tukang itu. Pandaikah dia menggesek rebab? Oleh karena tukang itu mengaku pandai, disuruhnya rnembunyikan lagu sebuah dua. Mendengar bagus bunyinya itu terbitlah gembira di hati saudagar. Disuruhnya tukang itu terus bermain. Hampir magrib bangunlah tukang itu bermohon hendak pulang ke rumahnya sambil meminta upahnya.
Ketika itu terkejutlah saudagar. “Apa yang sudah engkau kerjakan,” katanya, “maka engkau meminta upah.”
Tukang itu menjawab, “Bukanlah hamba orang gajian tuan buat sehari ini? Kewajiban hamba mengerjakan apa yang tuan hamba perintahkan, dan segala perintah Tuan telah hamba kerjakan. Sebab itu Tuan bayarlah upah hamba yang telah Tuan janjikan itu.”
Barulah saudagar ingat akan kesalahannya, dan mau tak mau dibayarnyalah upah tukang itu. Intannya tingallah belum berasah seperti dahulu juga.
Semoga cerita rakyat ini bisa memberi inspirasi bagi Anda. Sampai ketemu lagi di artikel motivasi bersama The Jombang Taste berikutnya.
Tinggalkan Balasan