Cerita Rakyat Sulawesi Tengah: Legenda Asal Mula Ikan Duyung

Cerita Rakyat Sulawesi Tengah Legenda Asal Mula Ikan Duyung
Cerita Rakyat Sulawesi Tengah Legenda Asal Mula Ikan Duyung

Kehidupana masyarakat Nusantara telah menginspirasi jutaan penduduk Indonesia melalui cerita rakyat yang berbentuk dongeng, legenda, fabel, mitos maupun saga. Pada artikel sebelumnya The Jombang Taste sudah menyajikan Legenda Putri Tandampalik dan Legenda Si Kembar Sawerigading dan We Tenriyabeng. Sekarang blog ini menampilkan cerita rakyat Sulawesi Tengah yang berkisah tentang asal-usul ikan duyung. Selamat membaca.

Di jaman dulu hidup sepasang suami istri yang memiliki tiga anak yang masih kecil. Mereka tinggal di rumah yang sederhana di pinggir pantai di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Kehidupan keluarga itu tampak bahagia. Sebagai seorang nelayan, sang suami setiap hari pekerjaannya mencari ikan di laut. Sedangkan istrinya sibuk merawat ketiga anak-anak mereka yang masih kecil.

Pagi itu mereka sekeluarga makan nasi dengan lauk ikan masing-masing anggota keluarga memperoleh bagiannya. Ikan yang dihidangkan si isteri pagi itu rupanya terlalu banyak jumlahnya dan tidak habis dimakan sekali. Setelah makan pagi bersama, lauk ikan masih tersisa beberapa ekor ikan utuh.

Bahaya Menuruti Keinginan Sendiri

Sebelum berangkat ke pasar ikan, si suami berpesan kepada istrinya agar menyimpan sisa ikan untuk dijadikan lauk makan siangnya. Ia rupanya suka makan ikan masakan hari ini. Ia berencana makan malam dengan lauk ikan itu lagi.

“Bu, tolong simpan ikan yang tersisa pagi ini untuk makan nanti sore,” kata sang suami.

“Baik, Pak! Ibu akan menyimpannya,” jawab si istri dengan patuh.

Kemudian pada siang harinya, si istri dan ketiga anaknya makan siang bersama. Tiba-tiba si bungsu menangis merengek-rengek. Ia ingin makan ikan yang disimpan ibunya di dalam lemari. Dengan sabar, si ibu mencoba memberi pengertian kepada anaknya bahwa ikan itu akan dimakan ayahnya nanti sore.

“Nak, kamu tidak boleh makan ikan itu. Ikan itu untuk makan ayah nanti sore,” kata si ibu dengan lembut.

Tidak tahu apa sebabnya, setelah mendengar jawaban ibunya si bungsu malah menangis sekeras-kerasnya. Akhirnya, si ibu kasihan melihat tangis anak bungsunya. Sisa ikan itu diberikan kepada si bungsu. Seketika itu juga, tangisannya tak terdengar lagi. Kiranya si anak itu sangat suka makan ikan dengan nasi. Dengan lahapnya dia menghabiskan sepiring nasi dengan lauk ikan.

Setelah bekerja seharian, sang ayah merasa lapar dan lelah. Ia bergegas pulang ke rumah. Dalam pikirannya sudah terbayang sore itu ia akan makan dengan lauk ikan sisa sarapan tadi pagi. Sang ayah mengetuk pintu dan segera duduk di depan meja makan. Ia tak sabar ingin segera makan.

Dengan cekatan, si ibu menghidangkan makanan. Ada nasi dan beberapa lauk lainnya. Sang ayah mencari-cari lauk ikan tadi pagi. Namun si ayah tidak melihat sisa ikan yang ia cari. Raut mukanya langsung berubah masam.

“Bu, mana sisa ikan tadi pagi?” tanya si ayah dengan nada kesal.

“Maaf, Yah. Si bungsu ketika makan siang menangis karen ingin makan dengan ikan. Jadi, ikan itu ibu berikan padanya,” kata sang ibu dengan pelan.

Amarah Penyebab Datangnya Bencana

Mendengar jawaban istrinya itu bukan membuatnya mengerti dengan watak anak bungsunya, ia malah terlihat begitu marah. Sang suami memarahi isterinya yang dianggap tidak bisa mengatur rumah tangga. Saat itu juga, istrinya dipaksa mencari ikan di laut.

“Carilah ikan ke laut! Ibu tidak boleh pulang ke rumah sampai mendapat ikan yang banyak sebagai pengganti ikan yang dimakan si bungsu,” kata suaminya tanpa belas kasihan.

“Hari sudah mulai malam, Ayah! Apa tidak sebaiknya melaut besok saja?” kata si isteri.

“Aku katakan pergi sekarang!” ucap suami dengan nada tinggi.

Si ibu pergi dengan rasa sedih dan sakit hati. Ia begitu berat meninggalkan ketiga anaknya, khususnya si bungsu yang masih menyusui. Ia tidak tahu harus mencari ikan kemana malam-malam hari begini. Kalau siang hari, tentu ia dapat membeli ikan di pasar. Belum lagi ketiga anak-anaknya masih sangat tergantung padanya. Ia menangis sambil terus melangkahkan kaki menuju pantai.

Sudah lama si ibu tidak kembali ke rumah. Sehari, dua hari, tiga hari, bahkan sampai seminggu si ibu belum juga kembali. Ketiga anaknya yang masih kecil itu begitu merindukan ibunya. Mereka mencari ibunya ke pinggir laut. Mereka terus memanggil-manggil ibunya.

“Ibu! Ibuuuuu…!” ucap si bungsu diikuti kedua kakak-kakaknya.

Proses pencarian itu hampir pasti tidak berhasil karena tidak seorang pun ada di situ. Namun ketiganya masih saja memanggil-manggil nama ibunya. Sungguh ajaib, si ibu tiba-tiba muncul dari laut. Dihampirinya si bungsu dan segera disusuinya. Si ibu berpesan agar ketiga anaknya kembali ke rumah. Kata si ibu, tidak lama lagi ia akan pulang ke rumah. Mereka patuhi perintah ibunya dan segera pulang.

Selama semalam suntuk mereka menunggu si ibu pulang ke rumah. Namun, si ibu tak juga kunjung datang. Kecemasan terhadap nasib si ibu membuat mereka bertiga kembali ke laut keesokan harinya. Mereka kembali berteriak-teriak memanggil ibunya.

“Ibu! Pulanglah ke rumah! Si Bungsu ingin menyusu,” ujar si sulung ketika tiba di pinggir laut.

Tak lama kemudian ibu mereka pun muncul dari laut. Lalu, si ibu menyusui si Bungsu. Karena hari sudah terang, maka terlihatlah seluruh permukaan tubuh si ibu. Terlihat ada sesuatu yang berubah dengan tubuh si Ibu. Ada sisik di sekujur tubuhnya. Rasa suka cita sirna di hati ketiga anaknya dan berganti dengan rasa ragu dan takut.

“Sini bungsu, ibu akan menyusuimu,” bujuk si ibu.

“Tidak! Kau bukan ibuku!” kata si bungsu dengan takut.

“Aku adalah ibu kalian, anak-anakku!” jawab si ibu.

“Bukan! Kau bukan ibu kami!” jawab si sulung sambil menarik adik-adiknya meninggalkan tepi laut.

Mereka pun terus menyusuri pantai tanpa tujuan yang jelas. Tiap kali mereka memanggil ibunya maka muncul si Ibu dengan tubuhnya yang disesaki sisik ikan. Rupanya ibu mereka telah menjadi ikan duyung. Separuh tubuhnya berwujud manusia dan separuhnya lagi berwujud ikan. Itulah asal-usul putri duyung yang merupakan cerita dongeng dari Sulawesi Tengah.

Amanat cerita rakyat asal mula putri duyung adalah seorang suami tidak boleh memperlakukan isterinya dengan kejam. Suami-isteri harus saling pengertian satu sama lain dan tidak boleh mementingkan kemauannya sendiri. Demikian kisah dongeng asal-usul Putri Duyung. Semoga cerita rakyat Sulawesi Tengah ini bisa bermanfaat untuk Anda.

Daftar Pustaka:

Rahimsyah, MB. 2007. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara Lengkap dari 33 Provinsi. Bintang Usaha Jaya, Surabaya.


Comments

2 tanggapan untuk “Cerita Rakyat Sulawesi Tengah: Legenda Asal Mula Ikan Duyung”

  1. […] sebelumnya kita sudah membaca cerita dongeng Sigarlaki dan Limbat dari Sulawesi Utara serta dongeng asal-usul Puteri Duyung dari Sulawesi Tengah. Artikel kali ini menampilkan cerita rakyat dari Sulawesi Tenggara yang […]

  2. […] Waktu SD dulu saya pernah membaca buku dongeng tentang cerita asal usul putri duyung versi Indonesia. Namun ceritanya berbeda dengan dongeng asal usul duyung versi Sulawesi Tengah. […]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *