Cerita Fabel Kepandaian Burung Gelatik Mengalahkan Kesombongan Gajah

Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur: Dongeng Suri Ikun dan Dua Ekor Burung
Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur: Dongeng Suri Ikun dan Dua Ekor Burung

Apa kabar kawan-kawan blogger Jombang? The Jombang Taste kembali menyapa Anda melalui seri cerita rakyat dari Hindustan atau kita mengenalnya sebagai Negara India. Cerita kali ini seputar fabel, yaitu jenis cerita yang mengkisahkan binatang-binatang yang seolah-olah dapat berbicara layaknya manusia. Cerita fabel burung gelatik dan gajah ini merupakan bagian pembuka Hikayat Kalilah dan Dimnah sebagaimana telah saya ulas dalam beberapa artikel The Jombang Taste lalu.

Hikayat Kalilah dan Dimah ditulis oleh Baidaba dengan latar belakang budaya Hindustan. Saat itu raja yang memerintah Hindustan bernama Raja Dabsyalim. Ia adalah pemimpin yang berperilaku kejam dan suka menganiaya rakyatnya. Baidaba lantas mengumpulkan para muridnya di suatu aula untuk membahas cara terbaik dalam menasehati raja lalim tersebut. Baidaba tidak lantas menggurui muridnya. Ia justru menceritakan sebuah cerita fabel antara gelatik kecil yang mampu mengalahkan gajah besar.

Berikut ini ceritanya….

Ibarat burung gelatik yang diceritakan orang bertelur di tengah jalan yang biasa dilalui seekor gajah kalau hendak pergi ke tempat minumnya. Pada suatu hari pula gajah itu berjalan dengan pongah dan terpijak olehnya sarang gelatik, habis telurnya dan binasa anak-anaknya. Demi burung melihat sarangnya demikian tahulah burung itu, bahwa bencana itu disebabakan oleh perbuatan gajah.

Burung itu pun terbang hinggap pada kepala gajah dan dengan tangisnya berkata, “Aduhai Tuanku, mengapa tuanku pecahkan telur hamba dan tuanku bunuh anak-anak hamba, bukankah hamba tetangga tuanku? Apakah tuan berbuat demikian karena menghina hamba yang lemah ini?”

“Memang demikian maksudku,” jawab gajah dengan nada sombong dan berlalu dari hadapan burung gelatik.

Amat sakit hati burung gelatik mendengar jawab itu. Maka pergilah ia kepada kawanan burung mengadukan halnya “Apa daya, kita burung, apakah dapat melawan gajah?” kata burung yang banyak itu setelah mendengarkan ceritanya.

Kata burung gelatik pula, “Yang ku minta hanyalah supaya kamu sekalian suka pergi bersama-sama dengan aku mematuk mata gajah itu. Apabila telah buta matanya, kucoba pula daya yang lain, hingga berhasil maksudku.” Burung gelatik merencanakan sebuah aksi pembalasan kepada tingkah laku sombong gajah.

Permintaan itu dikabulkan burung yang banyak itu, dan pada suatu ketika berkerumunlah segala burung mematuki mata gajah, hingga buta kedua belahnya. Sejak itu gajah tidak dapat berjalan lagi keluar dari tempatnya, hingga ia tidak memperoleh makanan lebih daripada yang dapat diraba-dirabanya dengan belalainya dari tempatnya berdiri. Maka sangatlah sengsara hidupnya jadinya, menanggung kelaparan lebih-lebih kehausan karena sudah lama tidak beroleh air.

Setelah burung gelatik melihat gajah demikian sengsara keadaannya, ia pergi kepada sebuah kolam tempat kediarnan raja katak dengan rakyatnya. Ia pun mengadukan halnya kepada katak, dan katak menjawab, “Apa daya kami hendak melawan gajah, padahal kami katak?”

Kata burung gelatik, “Saya minta supaya kamu pergi bersama-sarna dengan hamba kepada sebuah jurang tidak jauh dari tempat gajah itu, dan di situ kamu bersuara beramai-ramai. Apabila didengarnya suaramu tak dapat tidak ia akan menyangka di situ ada air. Tentu ia pergi ke sana, dan terjauhlah ia ke dalam jurang itu.”

Permintaan itu pun dituruti oleh katak. Saat gajah yang kehausan itu mendengar bunyi katak. Raja katak memerintahkan katak-katak lainnya terus bernyanyi untuk menarik perhatian gajah yang sedang kehausan dan mencari sumber air. Gajah lalu datang hendak minum. Ia terus berjalan mengikuti sumber suara katak yang berbaris rapi di pinggir jurang. Hingga terjatuhlah gajah itu ke dalam jurang terjal dan tidak dapat keluar lagi.

Ketika itu datanglah burung gelatik bertengger ke atas kepala gajah. “Hai orang yang sombong karena kekuatannya, yang merendahkan orang lemah, sudahkah kau rasakan sekarang bagaimana besar akalku meski badanku kecil, dan bagaimana pula kecil akalmu walapun badanmu besar?”

Demikian cerita fabel yang mengkisahkan kepandaian burung gelatik dalam mengalahkan gajah yang berperilaku sombong. Amanat cerita fabel ini adalah akal lebih kuat daripada otot. Walaupun memiliki tubuh besar, namun gajah dapat dikalahkan oleh burung gelatik yang bertubuh kecil dan mungil. Amanat berikutnya adalah kebenaran akan selalu menang melawan kejahatan. Selanjutnya, amanat ketiga adalah kerjasama dan tolong-menolong terhadap sesama akan dapat menciptakan perdamaian dalam kehidupan.

Semoga cerita ini dapat menginspirasi Anda untuk dapat hidup welas-asih dengan sesama.


Comments

2 tanggapan untuk “Cerita Fabel Kepandaian Burung Gelatik Mengalahkan Kesombongan Gajah”

  1. Avatar Yayat Sudrajat
    Yayat Sudrajat

    Habis baca tulisan ini membuat saya makin cinta Indonesia.

  2. Avatar Geoffani
    Geoffani

    Makanya jgn sombong sama orang kecil.

Tinggalkan Balasan ke Yayat Sudrajat Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *