Cerita Rakyat Philipina Tentang Moniko Melawan Raksasa Pemakan Manusia

Cerita Rakyat Jawa Tengah Dongeng Timun Emas dan Mbok Rondo Dadapan
Cerita Rakyat Jawa Tengah Dongeng Timun Emas dan Mbok Rondo Dadapan

Keberanian membela kebenaran mampu menjadikan seorang biasa bertindak luar biasa. Melalui artikel The Jombang Taste ini penulis mengajak Anda menyimak salah satu cerita rakyat Philipina. Pada zaman dahulu kala di negara Philipina ada seorang raksasa yang sangat kejam. Ia tinggal di sebuah gua di kaki sebuah gunung. Sebagai makanannya, setiap minggu sekali raksasa itu mengambil salah seorang penduduk desa yang tinggal di sekitar gunung itu. Tentu saja penduduk desa di sekitar tempat itu menjadi sangat ketakutan. Mereka berfikir, pada suatu saat mereka tentu menjadi korban santapan raksasa yang buas itu.

Di salah satu desa tak jauh dari gunung itu, tinggal pula seorang anak laki-laki. Moniko namanya. Ketika didengarnya perihal kerakusan Raksasa itu, jiwanya yang muda tak bisa menerima perlakuan sewenang-wenang itu. Hati kecilnya berkata, alangkah kejamnya Raksasa itu. Ia pun bertekad untuk mengakhiri riwayat sang durjana itu. Moniko lantas berpikir bagaimana caranya agar rakyat dapat hidup tenang tanpa gangguan raksasa. Selama beberapa jam ia terdiam memikirkan caranya.

Pada suatu hari yang telah ia rencanakan, Moniko pergi menuju gua tempat tinggal Raksasa itu. Ia telah mendapat suatu akal mengenai bagaimana sebaiknya membunuh sang Raksasa. Dalam perjalanannya, mula-mula Moniko menemui seorang pemain musik di desa itu. Dipinjamnya sebuah genderang dan sejenis terompet dari pemain musik itu sambil melanjutkan perjalanan, Moniko menyandang alat-alat musik itu di punggungnya.

Kemudian dikumpulkannya akar pohon beringin yang ia dapatkan di tengah perjalanan. Hari menjelang senja tatkala ia tiba di tempat kediaman sang Raksasa. Dengan cermat dipandanginya sekeliling tempat itu. Di dalam gua, raksasa itu tak tampak. Kisah legenda keberanian Moniko menaklukkan raksasa dimulai.

Dengan hati-hati Moniko masuk ke dalam gua itu, lalu dicarinya sudut yang gelap dan tersembunyi dari pandangan mata. Di sudut itulah ia bersembunyi sambil memegangi genderang dan terompet, menantikan kedatangan sang Raksasa. Cuaca telah gelap dan pekat ketika Raksasa itu pulang. Ia sangat terkejut tatkala dijumpainya pintu gua terbuka.

Walaupun tak dapat melihat apa-apa pun karena gelapnya, namun tercium juga olehnya bau manusia. “Siapa yang berani membuka pintu rumahku!” teriaknya menggelegar.

“Aku, Moniko, Raksasa yang lebih besar daripada kau! Aku datang kemari untuk menghukum perbuatanmu!” kata Moniko dengan berani, suaranya dibesarkannya sekuat tenaga.

“Ha-ha-ha! Tak ada yang lebih besar daripada aku Kebetulan perutku lapar sekali. Akan kumakan kau sebagai santapan malam!” teriak Raksasa itu kemudian.

“Jangan sombong, Bedebah! Rupanya kau belum tahu dengan siapa kau bicara!” jawab Moniko dengan suara yang diusahakan menyamai suara sang Raksasa. Raksasa itu menepuk dada dengan tangannya. Terdengar getar suaranya yang dahsyat.

Moniko segera menabuh genderangnya dengan sekuat tenaga. “Masih lebih keras tepukan dadaku!” ujar Moniko tak mau kalah. Sang Raksasa marah sekali. Kemudian berteriak, “Kalau kau memang lebih besar daripada aku, perlihatkan rambutmu! “

Moniko segera melemparkan segumpal akar pohon beringin yang dibawanya, sambil berseru, “Lihatlah rambutku! Lebih panjang dan jauh lebih besar daripada rambutmu! “

“Betapa pun kau tetap kumakan!” sahut sang Raksasa.

Pada saat itulah Moniko berteriak, ia akan menyanyi untuk membuktikan bahwa dirinya Raksasa yang paling besar. Maka ditiupnya terompet dengan sekuat tenaga. Ternyata suara terompet yang menggema dalam gua itu telah membuat sang Raksasa sangat ketakutan. Ia berlari tunggang-langgang, menghambur ke luar gua. Karena cuaca yang sangat gelap, raksasa itu kehilangan arah, lalu menabrak sebatang pohon yang sangat besar.

Sementara itu Moniko menunggu dengan sabar di dalam gua. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Moniko pergi meninggalkan gua. Didapatinya raksasa itu telah tergeletak di lembah yang curam, dengan kepala retak karena menabrak pohon besar. Dengan hati riang Moniko kembali ke desanya. Ia disambut sebagai pahlawan penyelamat desanya. Pesta yang meriah segera dilangsungkan merayakan kemenangan itu. Moniko kemudian dikenal masyarakat sebagai salah satu pahlawan rakyat yang melegenda.

Pesan moral kisah legenda Asia Moniko mengalahkan raksasa adalah agar kita selalu membela kebenaran dimanapun kita berada. Amanat cerita dongeng Moniko ini juga mengajarkan agar kita jangan berkecil hati dalam menjalankan kebaikan meski kita memiliki beragam kekurangan dalam hidup. Demikian The Jombang Taste membagikan artikel cerita rakyat Philipina untuk Anda. Semoga kisah dongeng Moniko menaklukkan raksasa dari Philipina ini bermanfaat untuk Anda.

Daftar Pustaka:

Rukingking, Puci. 2008. Kisah-kisah dari Asia. Balai Pustaka: Jakarta.


Comments

3 tanggapan untuk “Cerita Rakyat Philipina Tentang Moniko Melawan Raksasa Pemakan Manusia”

  1. Jgn pernah remehkan rakyat kecil. Siapa saja bisa jadi pahlawan kehidupan.

  2. […] keselamatan. Bersama artikel The Jombang Taste ini penulis mengajak Anda menyimak salah satu kumpulan dongeng Asia, yaitu cerita rakyat Jepang mengenai Kyusuke. Kyusuke dikenal oleh masyarakat Jepang sebagai anak […]

  3. Moniko hebat. Bisa jadi contoh bagi anak muda jaman now.

Tinggalkan Balasan ke Edgell Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *