Kisah Fabel Penyu dan Kera Membagi Pohon Pisang

Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara: Dongeng Persahabatan Kera dan Ayam
Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara: Dongeng Persahabatan Kera dan Ayam

Apa kabar kawan blogger Indonesia? The Jombang Taste hadir menyapa Anda kembali melalui artikel dongeng dunia binatang. Cerita kehidupan dunia binatang yang digambarkan seolah-olah mampu berbicara seperti manusia dikenal sebagai cerita fabel. Fabel kali ini mengenai kisah penyu dan kera yang berbagi pohon pisang. Cerita dongeng kura-kura dan kera berasal dari negara Phillipina. Dalam bahasa setempat, hewan penyu disamakan dengan kura-kura karena kemiripan mereka.

Kisah kera dan kura-kura dalam artikel ini bersumber dari buku Ride With The Sun. Cerita dongeng klasik Filipina ini berawal dari kejadian pada suatu hari penyu menjemur diri di tepi sungai. Sekonyong-konyong ia melihat sebuah benda mengapung menuju ke arahnya. Ketika sudah dekat ternyata benda itu sebatang pohon pisang. Kura-kura bertubuh kecil itu ingin mengambil pohon pisang yang tampak segar.

Segera ia melompat ke dalam air mendekati batang pisang itu, lalu ditariknya ke tepi. Akan tetapi ia kurang kuat untuk menariknya ke darat. Maka ia mencari si Kera dan diajaknya ke kali melihat hasiI jerih payahnya.

“Itulah batang pisang yang kudapatkan dari sungai tadi.” Kata kura-kura sambil menunjuk ke batang pisang itu. “Tolonglah aku ingin menyeretnya ke kebunku. Aku mau menanamnya.”

Akan tetapi, kera memikirkan keuntungan dirinya sendiri. Monyet licik itu ingin mengambil keuntungan dari kelemahan kura-kura. “Baik,” jawabnya. “Apakah upahku? Aku minta setengah dari pohon itu.”

“Tolonglah. Aku berjanji akan membaginya denganmu.” Kera setuju. Mereka bersama-sama menyeret pohon pisang itu ke kebun si Penyu.

“Sekarang, marilah kita gali lobang untuk menanamnya,” kata penyu. Kera tidak setuju.

“Bukankah kita sudah berjanji untuk membaginya?”

“Benar,” sahut penyu. “Kita tanam pohon ini dan jika sudah berbuah, pisangnya kita bagi berdua!”

“Bukan begitu membaginya,” ujar kera. “Sebaiknya kita bagi batang pisang itu sekarang juga. Engkau mengambil setengah dan aku pun mengambil setengah.”

“Itu cara membagi yang bodoh sekali,” ujar penyu kesal. Kura-kura tidak menyangka bahwa monyet di hadapannya itu selain licik juga bodoh.

“Meskipun begitu, aku menghendaki bagianku sekarang,” imbuh kera.

Dengan perasaan enggan penyu memotong batang pisang itu menjadi dua. Kura-kura itu masih dongkol atas kebodohan sikap monyet. Sementara itu kera memperhatikan bagian atas dengan daun-daunnya yang hijau. Dikiranya bagian itulah yang terbaik, lalu segera ia berkata, “Inilah bagianku.”

Langsung saja dibawanya bagian atas batang pisang itu dan ditanamnya di kebunnya sendiri. Penyu pun menanam bagiannya. Masing-masing dari mereka ingin membudidayakan pohon pisang dan berharap pohon itu dapat berbuah.

Beberapa hari kemudian kura-kura dan monyet itu sibuk merawat bagian pohon pisang yang mereka tanam. Akan tetapi tidak lama kemudian daun batang pisang milik kera menjadi layu, akhirnya mati sama sekali. Tetapi batang pisang penyu yang ada akarnya, tumbuh subur dan tak lama kemudian berbuah.

Ketika pisangnya masak kura-kura mau memetiknya. Akan tetapi bagaimana caranya? la tidak bisa memanjat. la memanggil si Kera lagi dan minta tolong supaya ia memanjat dan memetik pisangnya.

“Sebagai upahnya, engkau akan kuberi beberapa buah,” janjinya. Kera setuju, lalu memanjat.

Cerita fabel dari negara Filipina ini berlanjut. Begitu berada di atas dengan segera ia mulai makan buah pisang yang ada. Penyu menunggu, akan tetapi tidak sebuah pisang pun yang dilemparkan ke bawah. Kera tetap duduk di atas sambil memakan sendiri pisang-pisang yang masak.

“Lemparkan beberapa buah,” teriak penyu sambil melihat ke atas.

“Tidak,” jawab kera. “Engkau dahulu telah menipuku dengan memberikan batang pisang yang mati. Sekarang pisang ini akan kuhabiskan sendiri.”

“Minta sedikit saja,” penyu meminta lagi.

“Nah, ini kulitnya,” kata kera sambil melemparkan kulit pisang ke bawah.

Penyu menjadi marah. la mencari dan mengumpulkan segala macam duri dan tulang dari semak belukar, lalu disebarkannya di sekeliling pohon pisang. Kemudian ia bersembunyi. Cerita fabel dari Philipina berlanjut lebih menarik.

Ketika semua buah pisang habis, si Kera segera meloncat ke bawah, dan kakinya langsung menginjak tulang-tulang dan duri-duri yang ada di situ. la kesakitan, sambil menjerit-jerit. Di mana saja ia berpijak kakinya selalu menginjak duri dan tulang yang tajam.

Penyu tidak dapat menahan ketawanya. Begitu kera mendengar suara penyu, langsung ia melompat dan dipegangnya penyu itu. Penyu tidak dapat bergerak lagi. “Engkau harus dihukum,” kata kera dengan sengitnya.

“Apa yang engkau pilih? Akan kupukul engkau dengan tongkat? Ataukah akan kugiling engkau di lesung? Atau lebih baik kau kulemparkan dari puncak gunung?” Banyak lagi ancaman-ancaman lain yang diucapkan kera.

Akhirnya penyu berkata, “Berbuatlah sesukamu. Boleh kau hantarn aku dengan tongkat. Boleh kau giling aku dalam lesung. Atau kau lemparkan aku dari puncak gunung yang tinggi. Asal jangan kau lemparkan aku ke dalam air!”

Begitu mendengar permintaan penyu, kera merasa senang sekali. “Ah, air! Mengapa aku tidak teringat pada air? Tentu engkau akan kulemparkan ke dalam air,” teriaknya dengan perasaan puas.

Secepatnya diangkatnya penyu dengan kedua kakinya, kemudian dilemparkannya ke dalam sungai yang dalam. Terdengar suara “byur”. Lalu kura-kura itu tidak nampak lagi. la tenggelam dan hilang dari pemandangan.

Kera puas sekali. Akan tetapi tidak lama kemudian kepala penyu menyembul dari permukaan air. Sambil ketawa ia berkata, “Terima kasih, kawan. Terima kasih. Tidakkah engkau tahu bahwa air adalah tempat tinggalku?”

Kura-kura itu tampak berenang dengan bahagia di air sungai. Ia bisa bertemu lagi dengan keluarga yang ditinggalkannya saat ia tersesat beberapa lamanya di daratan. Sementara itu kera hanya bisa meratapi nasibnya. Ia bukan hanya tidak mendapatkan makanan lagi. Kera itu juga kehilangan salah satu teman bertanam pisang.

Demikian cerita fabel kehidupan kura-kura dan kera dari negara Filipina berakhir. Amanat cerita ini adalah pelaku kejahatan akan menerima balasan yang buruk sedangkan pelaku kebaikan akan mendapatkan kebahagiaan di akhir hidupnya. Semoga cerita dongeng penyu dan kera dari Philipina ini bisa menambah wawasan Anda. Sampai jumpa di artikel The Jombang Taste berikutnya.

Daftar Pustaka:

Courlander, Harold. 1955. Ride With The Sun. New York: McGraw-Hill Book Company.


Comments

8 tanggapan untuk “Kisah Fabel Penyu dan Kera Membagi Pohon Pisang”

  1. Avatar thomas pendongeng anak
    thomas pendongeng anak

    Kera licik pasti kalah oleh kebaikan hati. Ini yg harus diajarkan pada anak anak.

  2. Avatar dewi layla
    dewi layla

    kera adalah lambang kecerdasan akal. orang pintar bisa ngapain saja sesukanya.

  3. Avatar Naning Okta Puja Ningrum
    Naning Okta Puja Ningrum

    Dongeng yang bagus dan membantu saya mengerjakan tugas sekolah. Terima kasih.

  4. Avatar Yayat Sudrajat
    Yayat Sudrajat

    Kisah yang inspiratif dalam hidup. Menyadarkan kita supaya tidak sombong dalam hidup.

  5. Avatar Allysa Maccena
    Allysa Maccena

    Sama seperti negara Asia lainnya, Filipina kaya dongeng lokal yang unik. Terima kasih sudah berbagi cerita.

  6. Avatar Dongeng Anak Nusantara
    Dongeng Anak Nusantara

    kera adalah lambang kedewasaan, kecerdasan dan kepercayaan diri dalam hidup. artikel yang bagus untuk bahan mendongeng berikutnya. thanks.

  7. Avatar Dian Sonata
    Dian Sonata

    dasar monyet tukang tipu. ke laut aje ye…

  8. Kisah ini sangat inspiratif mas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *