Derita Orang Tua Dibalik Tawa Anak-anak

Cerita Rakyat Kalimantan Barat: Dongeng Mak Dasah dan Asal Usul Batu Menangis
Cerita Rakyat Kalimantan Barat: Dongeng Mak Dasah dan Asal Usul Batu Menangis

Apa kabar sobat pembaca blog The Jombang Taste? Lebaran Idul Fitri sudah usai, sepertinya isi kantong juga ikutan lebar alias kosong. Demikian kawan-kawan saya membuat guyonan dalam forum diskusi. Momen Lebaran seolah menjadi pertaruhan gengsi dan prestis para pekerja yang mengadu nasib ke kota. Begitu pulang kampung saat Lebaran, beragam aksesoris tidak penting dipamerkan, entah dengan sengaja maupun tidak sengaja. Seolah penampilan fisik menjadi standard baru bagi status sosial masyarakat desa.

Memang saat ini ada kebiasaan yang salah kaprah diantara umat muslim di Indonesia. Budaya orang Indonesia yang suka memanjakan anak pada waktu datangnya hari raya Idul Fitri berpengaruh terhadap cashflow rumah tangga. Banyak pengeluaran yang harus dilakukan selama Ramadhan dan Lebaran. Padahal tidak semua pengeluaran itu berlabel ‘kebutuhan’. Kebanyakan pengeluaran adalah bertujuan memenuhi ‘keinginan’. Kebutuhan dan keinginan berbeda makna.

Pengeluaran selama Lebaran bermacam-macam mulai dari yang penting sampai yang tidak penting. Beli baju baru, renovasi ruang tamu, beli jajan Lebaran, berbagi amplop untuk keponakan, beli mercon, beli kembang api, dan masih banyak lagi. Anehnya, meski sudah tahu banyak biaya tambahan selama Ramadhan dan Lebaran, para orang tua masih menganggapnya wajar. Nggak apa-apalah, kan cuma sekali dalam setahun. Tidak masalah jika mereka sudah menyiapkan anggaran Lebaran sejak setahun lalu. Tapi tidak bagi yang lain.

Dalam sudut pandang seorang anak, kebanyakan anak tidak mau tahu kondisi orang tua mereka. Pokoknya tiga harus sebelum Lebaran harus sudah ada baju baru, celana baru, kerudung baru, sandal baru, dan semua aksesoris yang baru. Ini cara berpikir yang salah. Lebaran bukan dinilai dari hal-hal baru yang tampak dalam pandangan mata. Islam pun mengajarkan kesederhanaan dan melarang berlebih-lebihan dalam segala hal. Jadi, sudah seharusnya para orang tahu berkomunikasi dengan anak lebih intens tentang esensi Lebaran Idul Fitri.

Jangan sampai orang tua menanggung hutang yang bertumpuk demi menyenangkan anak-anaknya. Orang tua menangis dalam beban hidup, sementara anak-anak mereka tertawa dalam kehidupan yang berfoya-foya. Mendidik yang tepat bukan dilakukan dengan cara memanjakan. Bahkan memberi sedikit penderitaan bisa memberi mereka pelajaran yang lebih bermakna. Apalah arti kesenangan selama beberapa hari dibanding tugas berat yang menumpuk di beberapa bulan berikutnya. Semoga tulisan ini bisa menjadikan bahan renungan bagi Anda.


Comments

4 tanggapan untuk “Derita Orang Tua Dibalik Tawa Anak-anak”

  1. Didiklah anakmu sebaik mungkin agar engkau tak sesal di kemudian hari.

  2. Kendalikan diri. Jgn suka belanja klo tdk perlu.

  3. Avatar Hari Setya
    Hari Setya

    Ortu jgn memanjakan anak.

  4. Ortu hrs bisa kendalikan tingkah laku anak.

Tinggalkan Balasan ke Febri Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *