5 Kemampuan Yang Harus Dimiliki Pendongeng Anak Islami

Inspirasi dongeng anak Islami
Inspirasi dongeng anak Islami

Syiar Islami bisa dilakukan melalui beragam media yang tersedia. Saat ini dongeng anak Islami telah menjadi pilihan dakwah yang menarik untuk audiens dari kalangan kanak-kanak sampai remaja. Dongeng anak Islami terdengar lebih menarik di telinga anak-anak daripada tausiyah agama yang disampaikan dengan cara konvensional. Mengapa itu bisa terjadi? Karena sifat dasar anak-anak adalah mudah bosan. Oleh karena itu, para guru harus bisa menyiasati kebosanan tersebut dengan cara yang lebih kreatif.

Dongeng anak Islami bisa diterapkan kepada anak-anak mulai dari jenjang pendidikan playgroup (kelompok bermain), taman kanak-kanak atau RA, sekolah dasar permulaan atau madrasah ibtidaiyah sampai dengan pendidikan menengah SMP atau madrasah tsanawiyah. Anak-anak SMA atau madrasah aliyah mungkin saja tertarik dengan dongeng anak Islami, namun itu bisa terjadi jika tema dongeng sesuai dengan kebutuhan pola pikir mereka. Misalnya topik yang membahasa boleh atau tidaknya pacaran di kalangan remaja Islam.

Sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa audiens dongeng anak Islami memiliki rentang usia dari 2 tahun sampai dengan 17 tahun. Keterlibatan orang tua pendamping anak selama anak mengikuti acara dongeng anak massal juga perlu diperhatikan. Terutama dalam memilih topik cerita yang bisa menggabungkan antara dunia anak-anak dan dunia orang dewasa. Lalu, apa saja kemampuan yang harus dimiliki seorang pendongeng anak Islami? Berikut ini beberapa hal yang perlu Anda kuasai untuk bisa melakukan dongeng anak Islami.

  1. Menciptakan tokoh cerita dongeng menarik

Cerita dongeng adalah fiktif atau buatan si pendongeng itu sendiri. Seorang pendongeng anak Islami dapat memilih tokoh cerita dongeng yang menginspirasi sekaligus tidak bertentangan dengan hukum Islam. Ingat, tidak semua tokoh cerita dongeng populer sesuai dengan karater Islam. Tokoh cerita yang paling aman untuk dipakai dongeng anak adalah hewan-hewan yang tertulis dalam kitab suci Al-Quran, misalnya: lebah, laba-laba, sapi betina, dan unta.

Saya sering menggunakan boneka lebah sebagai perwakilan karakter lebah madu dalam dongeng anak Islami. Salah satunya adalah dongeng anak Islami yang saya bawakan pada saat acara buka puasa bersama anak yatim di Bank Jombang. Lebah madu dijelaskan sebagai hewan yang memiliki banyak kegunaan. Dan hal itu yang patut dijelaskan kepada anak-anak selama dongeng anak Islami berlangsung.

Jumlah tokoh dalam dongeng jangan banyak-banyak. Saya membiasakan diri untuk membawakan dongeng anak dengan dua atau tiga tokoh saja. Kalau Anda membawakan dongeng anak lebih dari tiga tokoh, Anda akan kesulitan memecah suara tokoh dongeng. Bukan itu saja, anak-anak juga akan kebingungan menangkap isi cerita dari empat tokoh dongeng yang bersuara nyaris sama.

  1. Memilih alat peraga dongeng yang unik

Sebenarnya ada pilihan untuk menggunakan ataupun tidak menggunakan alat peraga mendongeng selama dongeng anak Islami. Jika Anda sebagai pendongeng sudah merasa percaya diri mendongeng dengan tangan kosong, itu bisa dilakukan. Namun untuk kebanyakan pendongeng anak, mereka butuh alat peraga yang mampu memvisualisasikan cerita dengan tepat. Bagaimanapun, kata-kata saja tidak cukup untuk menarik perhatian anak-anak.

Alat peraga mendongeng anak Islami dapat berupa boneka replika hewan atau tokoh dalam cerita. Menurut pengalaman saya, boneka mendongeng dengan warna-warna cerah cenderung menarik perhatian anak-anak daripada yang berwarna gelap. Jangan lupa memberi nama kepada boneka tersebut. Misalnya, saya memberi nama Si Alim kepada boneka lebah saya. Alim sendiri berasal dari singkatan Anak Lebah Imut dan Menyenangkan.

Satu hal yang perlu Anda perhatikan dalam memiliki alat peraga mendongeng adalah hindari menggunakan patung. Patung tidak diperbolehkan dalam Islam. Pakailah boneka yang terbuat dari kain percaya atau boneka biasa yang bisa Anda peroleh di toko anak. Jika tidak ada boneka, membuat gambar hewan-hewan dengan lucu juga bisa Anda lakukan.

Syiar Islam melalui dongeg anak di Kabupaten Jombang
Syiar Islam melalui dongeg anak di Kabupaten Jombang
  1. Memakai model berpakaian Islami yang tepat

Bagaimanakah model berpakaian yang tepat untuk digunakan dalam mendongeng anak Islami? Konsep utamanya adalah menutup aurat. Pendongeng pria lebih baik memakai baju lengan panjang, celana panjang dan tutup kepala (peci atau kopyah). Sedangkan pendongeng wanita memakai baju tertutup dengan model kerudung yang standard. Hindari memakai kerudung dengan aneka tampilan yang terlalu modis. Ingat, Anda sedang mendidik anak-anak melalui keteladanan sikap, bukan sedang fashion show.

Tips memilih pakaian mendongeng anak kedua adalah pilihan warna pakaian. Untuk pendongeng pria (ustadz), warna baju koko putih atau pastel dan celana hitam saya anggap warna netral dan bisa dipakai untuk segala suasana audiens. Sedangkan warna-warna cerah bisa digunakan oleh pendongeng wanita (ustadzah) untuk menyegarkan pandangan sekaligus menghadirkan keceriaan selama jalannya acara.

  1. Memahami dalil-dalil sumber hukum Islam

Setiap perkara dalam Islam telah diatur dalam kitab suci Al-Quran maupun Al-Hadist. Itulah sebabnya setiap pendongeng anak Islami harus tahu dan paham dasar-dasar hukum Islam yang terkait dengan topik permasalahan yang sedang didongengkan. Misalkan sebagai pendongeng anak Islami Anda sedang mengajarkan perilaku menyantuni anak yatim dan fakir miskin, maka Anda bisa menggunakan Al-Quran surat Al-Maa’uun ayat 1 sampai 3 sebagai dasar hukumnya.

Kemudian, bolehkah seorang pendongeng anak Islami menggunakan nilai-nilai kearifan lokal sebagai dasar hukum dalam menyelesaikan masalah dalam cerita dongeng? Boleh, selama hukum tersebut tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Hadist. Kita semua lahir dan besar dalam budaya yang berbeda-beda. Tidak masalah jika adat-istiadat setempat dijadikan pedoman berperilaku. Saya yakin kebijakan universal dapat diterima oleh semua kalangan. Misalnya, anak pintar adalah yang berbakti pada kedua orang tua.

  1. Membaca ayat-ayat suci secara tartil

Kemampuan yang tidak kalah penting berikutnya adalah seorang pendongeng anak Islami harus bisa membawa Al-Quran secara tartil. Ini artinya, Anda harus mampu membaca Al-Quran dengan intonasi jelas, tampak makhroj setiap huruf, dan dengan kecepatan pelan. Saya ulangi, membawa Al-Quran dengan kecepatan pelan. Sekali lagi harap diingat, audiens yang pendongeng hadapi adalah anak-anak, bukan para penghafal Al-Quran.

Haruskah membaca Al-Quran memakai salah satu lagu nahawan, bayati, raz, hijaz, atau sejenisnya? Menurut saya tidak harus. Kalaupun selama ini Anda sudah terbiasa menggunakan nada nahawan, itu bisa dilakukan. Yang terpenting adalah cara membaca Anda saat mendongeng akan menjadi salah satu referensi anak dan akan mereka ingat seumur hidup mereka. Oleh sebab itu, optimalkan bentuk keteladanan ini.

Saya bersyukur sekali saat ini saya sudah mengajar santri selama empat tahun di Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) di tempat tinggal saya. Berbekal pengalaman mengajar anak-anak membawa Al-Quran setiap sore itulah saya mencoba berbagi pengalaman mendongeng anak Islami untuk Anda. Semoga tulisan saya ini bisa bermanfaat untuk Anda. Jika ada kurang lebihnya terkait tips dongeng anak Islami ini silakan meninggalkan pesan kolom komentar.

Enjoy blogging, enjoy writing!


Comments

4 tanggapan untuk “5 Kemampuan Yang Harus Dimiliki Pendongeng Anak Islami”

  1. […] puasa dan Pondok Pesantren Kreatif di Yayasan Yatim Mandiri. Inilah saatnya menunjukkan kemampuan public speaking yang telah saya latih […]

  2. Avatar Thomas Panetta
    Thomas Panetta

    Bener banget! Kalau mau ceramah harus tahu dalilnya. Jangan asal mengarang bebas.

  3. Avatar Welley
    Welley

    Tulisan hasil pengalaman pribadi memang lebih terasa nyawanya.

  4. Bisa saya dapatkan no contavt person nya kah?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *