Kenali 5 Faktor Penghambat Mahasiswa Sukses Mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN)

Teruslah berdakwah sampai Allah berkata saatnya pulang.
Teruslah berdakwah sampai Allah berkata saatnya pulang.

Kuliah Kerja Nyata (KKN) idealnya mampu memberikan pengalaman yang berharga bagi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. KKN juga diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi kehidupan masyarakat di lokasi kegiatan. Namun seringkali terjadi kedua belah pihak, baik mahasiswa maupun masyarakat, tidak mampu bersinergi saling menguntungkan. Melalui artikel The Jombang Taste ini penulis berbagi pengalaman mengikuti KKN Terpadu di Desa Asemgede Kecamatan Ngusikan Kabupaten Jombang pada Juli-Agustus 2016 lalu.. 

Halangan sukses KKN bisa berasal dari dari diri mahasiswa maupun dari luar mahasiswa. Namun, berdasarkan pengalaman penulis, hambatan mahasiswa bisa sukses menjalankan program-program KKN lebih banyak disebabkan faktor non fisik. Mungkin saja ada mahasiswa yang memang lemah secara fisik dan wilayah kegiatan KKN yang bergunung-gunung. Abaikan dulu sifat antipati sebagian penduduk lokal serta adat-istiadat lokal yang kurang permisif terhadap pembaruan. Penulis akan bahas beberapa hambatan mental dan personal yang sering menghinggapi mahasiswa peserta KKN.

Program Pendidikan Mahasiswa KKNT UNHASY Untuk PAUD Asemgede Jombang
Program Pendidikan Mahasiswa KKNT UNHASY Untuk PAUD Asemgede Jombang

Pertama, tidak memiliki cukup ilmu agama

Sepintar apapun Anda, kalau Anda tidak bisa mengaji kitab suci, tidak bisa memimpin kegiatan ibadah, dan tidak mampu diajak bertukar pikiran masalah agama, maka Anda gagal merebut hati masyarakat desa. Hal ini tidak berlaku bila lokasi KKN Anda di pusat kota. Aktifitas sosial masyarakat desa kental dengan kehidupan agama. Menguasai ilmu agama adalah kewajiban mahasiswa peserta KKN jika ingin diterima sebagai bagian dari masyarakat di tempat tujuan.

Masyarakat biasanya akan meminta peserta KKN untuk menjadi pemimpin kegiatan ibadah di desa, baik berupa sholat lima waktu, jamaah diba’an, jamaah yasin, khotmil quran, dan lain-lain. Apapun jurusan atau program studi yang sedang Anda tekuni, mereka akan beranggapan Anda mampu memimpin masyarakat dalam hal peribadatan. Sebagai timbal-baliknya, Anda memiliki kewajiban untuk menjawab kepercayaan itu dengan melaksanakan sebaik mungkin. Berat? Awalnya mungkin berat. Berikutnya Anda akan terbiasa menjadi pemimpin yang sebenarnya.

Kedua, tidak bisa berbicara di depan publik

Kemampuan public speaking berperan penting dalam bersosial dengan masyarakat desa. Bukan hanya saat dilaksanakan rapat warga, tetapi juga saat berinteraksi dengan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Kuncinya: berbicaralah dalam bahasa mereka, hiduplah 24 jam bersama mereka, dan hormati kebiasaan hidup mereka. Hindari bergaya sok kekota-kotaan dengan berbicara bahasa Indonesia seharian penuh di saat Anda tinggal di lingkungan desa masyarakat Jawa.

Pemilihan kosakata, intonasi, nada suara, dan bahasa tubuh berpengaruh terhadap efektifitas komunikasi antara mahasiswa peserta KKN dan masyarakat tujuan. Inilah saatnya Anda mempraktekkan semua kemampuan yang Anda miliki. Beruntunglah bagi mahasiswa yang terbiasa aktif dalam organisasi mahasiswa (ormawa), baik melalui Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), maupun kelompok ekstrakurikuler mahasiswa.

Mendidik Anak Gunung Melalui Rumah Baca Asemgede
Mendidik Anak Gunung Melalui Rumah Baca Asemgede

Ketiga, kurang pergaulan

Kegiatan KKN akan menjadi siksaan berat bagi mahasiswa yang kurang pergaulan alias kuper. Berkenalan dengan orang-orang baru membutuhkan keberanian tersendiri. Mahasiswa peserta KKN harus berpikiran terbuka saat berkenalan dengan orang-orang baru. Anda tidak tahu siapa saja tokoh kunci kesuksesan KKN sampai Anda telah mengenalnya secara personal. Oleh karena itu, perbanyak kenalan dengan warga baru di lokasi kegiatan KKN.

Aktif berkenalan dengan penduduk lokal bukan berarti Anda bebas berperilaku layaknya Anda tinggal di rumah. Setiap mahasiswa peserta KKN harus memperhatikan adat-istiadat yang berlaku di wilayah setempat. Pergaulan antara remaja putra dan putri harus dijaga sedemikian rupa agar tidak terdapat miskomunikasi atau salah paham. Selain itu, benturan kepentingan antar warga tentu akan mewarnai aktifitas KKN. Bersikaplah netral dan jangan ikut masuk di dalam konflik warga.

Keempat, cinta lokasi

Jatuh cinta itu tidak pernah salah. Namun jatuh cinta bisa jadi masalah kalau terjadinya di waktu dan tempat yang tidak tepat. Salah satu biang kerok kegagalan KKN adalah cinta lokasi, baik cinta terhadap sesama mahasiswa peserta KKN maupun jatuh cinta kepada penduduk setempat. Saat cinta melanda, pikiran tidak bisa normal dan penilaian tidak bisa obyektif. Akibatnya, Anda tidak bisa menjalankan program-program KKN dengan cermat dan tepat sasaran.

Bagaimana jika Anda terlanjur jatuh cinta pada penduduk lokal? Tahan ekspresi cinta Anda sampai selesai pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata. Bersikaplah sewajarnya kepada lawan jenis. Hal ini penting dilakukan agar masyarakat tidak menganggap kegiatan KKN sebagai ajang biro jodoh. Walaupun sebenarnya Anda memang jomblo akut, jangan tunjukkan kalau Anda sedang menaruh hati pada anak Pak Lurah. Percayalah, jodoh tidak akan tertukar.

Jalan Sehat Mahasiswa KKNT UNHASY Bersama Warga Desa Asemgede Jombang
Jalan Sehat Mahasiswa KKNT UNHASY Bersama Warga Desa Asemgede Jombang

Lima, kegiatan tergantung ketua kelompok

Percayalah, kesuksesan KKN ditentukan oleh semua pihak. Mulai dari ketua kelompok, sekretaris, bendahara, juru masak di rumah kontrakan, bagian pengiriman surat proposal, hingga anggota tukang PDKT anak Pak RT. Jangan menggantungkan semua kepada ketua kelompok. Setangguh dan sepintar apapun ketua kelompok KKN, dia tetap manusia yang punya keterbatasan. Berinisiatiflah mengambil tindakan dan jangan menunggu komando ketua. Jalankan program pendidikan KKN, program agama KKN, dan beragam program pendukung KKN lain secara tim.

Pembagian tugas masing-masing mahasiswa peserta KKN akan memudahkan kinerja kelompok. Biarkan setiap anggota kelompok berkreasi menurut kemampuannya. Jangan pernah berpikiran bahwa kelompok KKN dimiliki satu atau dua orang saja. KKN adalah tempat Anda menempa diri menjadi manusia yang seutuhnya di masyarakat. Belajar dari kehidupan masyarakat setempat akan mencerdaskan akal, iman dan perilaku Anda.

Demikian ulasan singkat beberapa faktor penghambat kesuksesan KKN. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk Anda. Sampai jumpa di artikel The Jombang Taste berikutnya. Artikel ini bersifat subyektif dari pengalaman pribadi penulis dan mungkin berbeda sudut pandang dengan penulis lainnya. Silakan berbagi pengalaman mengikuti KKN melalui kolom komentar.


Comments

12 tanggapan untuk “Kenali 5 Faktor Penghambat Mahasiswa Sukses Mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN)”

  1. Avatar Husna
    Husna

    Tips yang bagus. Makasih kak.

  2. Avatar Tomi Purba
    Tomi Purba

    Cinlok KKN bisa naik pelaminan loh. Sekalian ajang biro jodoh.

  3. Avatar Gusti Mahendra
    Gusti Mahendra

    Remaja kuper susah maju.

  4. Avatar Ferry Joshua
    Ferry Joshua

    Buang egoisme. Saatnya menyatu dengan warga.

  5. Avatar Joko Kowitz
    Joko Kowitz

    Anak muda harus berani memimpin warga. Semangat!

  6. Avatar Muhsin Kasmin
    Muhsin Kasmin

    Opini yg menarik. Tulisan ini layak dibaca para mahasiswa.

  7. Avatar Robert Garten
    Robert Garten

    Demam panggung adalah masalah klasik berbicara di depan umum.

  8. […] Desa Asemgede adalah Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang dibentuk oleh mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata Terpadu UNHASY Tebuireng tidak berlanjut pada tahap pemberdayaan. Posdaya tidak berkembang karena […]

  9. Trima kasih artikelnya kak. Sangat inspiratif.

  10. Tips yg bermanfaat. Thanks mas.

  11. Avatar Rio Panetta
    Rio Panetta

    Mas Agus memang top kalo bicara ilmu hubungan masyarakat.

  12. Avatar Salma
    Salma

    Tips yg bagus mas. Terima ksh sdh berbagi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *