Analisis Produksi Dalam Pandangan Ekonomi Mikro Islami

Islamic Quotes

Islamic Quotes

Dari sudut pandang fungsional, produksi atau proses pabrikasi (manufacturing) merupakan suatu aktivitas fungsional yang dilakukan oleh setiap perusahaan untuk menciptakan suatu barang atau jasa sehingga dapat mencapai nilai tambah (value added). Dari fungsinya demikian, produksi meliputi aktivitas produksi sebagai berikut; apa yang diproduksi, berapa kuantitas produksi, kapan produksi dilakukan, mengapa suatu produk diproduksi, bagaimana proses produksi dilakukan dan siapa yang memproduksi.

Dengan demikian masalah barang apa yang harus diproduksi (what), berapa jumlahnya (how much), bagaimana memproduksi (how), untuk siapa produksi tersebut (for whom), yang merupakan pertanyaan umum dalam teori produksi tentu saja merujuk pada motifasi-motifasi Islam dalam produksi.

menurut Muhammad Abdul Mannan[1], berdasarkan pertimbangan kemashlahatan (altruistic considerations) perilaku produksi tidak hanya menyandarkan pada kondisi permintaan pasar (given demand conditions). Karena kurva permintaan pasar tidak cukup memberikan data untuk sebuah perusahaan mengambil keputusan. Dalam system konvensional, perusahaan diberikan kebebasan untuk berproduksi, namun cenderung lebih terkonsentrasi pada output yang memang menjadi permintaan pasar (effective demand), dimana kebutuhan riil dari masyarakat tidak dapat begitu saja mempengaruhi prioritas produksi sebuah perusahaan.

Analisi produksi dalam teori produksi Islami tidak bisa dilepaskan dari perilaku produsen Islami yang telah kita bahas pada diskusi pekan lalu. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk giat berusaha memenuhi kebutuhan hidup dengan cara mengolah bumi beserta isinya secara bijak dan memperhatikan aspek keadilan sosial. Perdagangan adalah salah satu jenis mata pencaharian yang banyak diterapkan dalam perekonomian Islam. Islam tidak melarang umatnya untuk mengambil keuntungan dari aktifitas perdagangan. Selisih antara biaya produksi dan harga jual barang merupakan kompensasi dari pertukaran manfaat antara penjual dan pembeli.

Produksi barang dan jasa dalam ekonomi Islam diusahakan agar dapat memenuhi aspek maqashid syariah. Lima tujuan maqashid syariah adalah terpeliharanya agama, jiwa, akal, keluarga, dan harta. Oleh karena itu, analisis produksi dalam ekonomi mikro Islami ditekankan pada upaya menghadirkan manfaat bagi masyarakat, dilaksanakan dengan dasar penghematan biaya-biaya produksi untuk pemenuhan kebutuhan hidup dengan tetap memperhatikan aspek keadilan sosial bagi masyarakat sekitar lokasi produksi barang, serta mampu memberikan rahmat bagi lingkungan sekitarnya.

Islam juga mengajarkan untuk tidak membuang-buang harta benda secara sia-sia (mubadzir). Dalam hal ini, analisis teori produksi dalam pembahasan ekonomi mikro Islami tidak menghendaki adanya kehilangan biaya produksi yang tidak penting. Aspek penghematan biaya produksi merupakan bagian penting dari konsep kemaslahatan masyarakat. Biaya produksi yang bersifat mubadzir seharusnya dapat dialihkan para pos pengeluaran lain untuk mencapai keberkahan, misalkan pembayaran zakat dan infaq untuk mewujudkan keadilan sosial.

Tujuan produksi menurut ekonomi Islam adalah mencapai kemaslahatan masyarakat dan menghindarkan diri dari kemudharatan. Sehingga bisa kita tarik kesimpulan bahwa dalam analisis produksi tidak hanya mengejar keuntungan dunia semata namun tetap memperhatikan aspek kemaslahatan masyarakat dengan cara memberikan manfaat sebanyak mungkin kepada pembeli dengan memberikan barang yang menyehatkan, halal, dan bermanfaat.

Memang diakui pula bahwa dalam Islam orientasi keuntungan menjadi salah satu tujuan dari aktifitas produksi, namun rambu-rambu syariah membuat corak prilaku produksi tidak seperti yang dibangun system konvensional. Perilaku produksi yang ada pada konvensional terfokus pada maksimalisasi keuntungan (profit oriented). Boleh saja pada suatu kondisi (pada satu pilihan output dengan konsekwensi harga tertentu) oleh konvensional dinilai tidak optimal, tapi berdasarkan nilai kemashlahatan baik bagi perusahaan maupun lingkungannya (pertimbangan kebutuhan masyarakat, kemandirian negara dll), hal ini dapat di katakan optimal.

Menurut Mannan, keseimbangan output sebuah perusahaan hendaknya lebih luas, sebagai perwujudan perhatian perusahaan terhadap kondisi pasar. Pendapat ini didukung oleh M.M. Metwally, bahwa fungsi kepuasan perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh variable tingkat keuntungan (level of profits) tapi juga oleh variable pengeluaran yang bersifat charity atau good deeds.

Demikian pula menurut Ghazali bahwa dalam perilaku produksi dan konsumsi bertujuan mencapai posisi muzakki dengan berusaha mendapatkan harta sebanyak yang kita mampu, namun tetap membelanjakannya di jalan Allah SWT. Ini dilakukan dengan semangat hidup hemat dan tidak bermewah-mewah. Dengan kata lain perilaku produksi dan konsumsi adalah perilaku yang bertujuan menjauhi posisi fakir, sesuai dengan peringatan Rasulullah SAW bahwa kefakiran mendekatkan manusia pada kekufuran.

Aktifitas produksi tidak luput dari kerjasama dengan berbagai mitra produksi, yaitu pemasuk barang (supplier), sumber daya manusia, dan peran serta teknologi. Islam tidak menghalangi manusia untuk memanfaatkan semua hal tersebut selama penggunaannya tidak bertentangan dengan hukum-hukum syara’. Pemanfaatan teknologi dalam produksi sangat vital. Teknologi tepat guna membantu para produsen menghemat biaya produksi sehingga dapat meningkatkan keuntungan (laba) usaha.

Biaya yang dikeluarkan oleh seorang pengusaha muslim untuk mencapai maslahah dihasilkan oleh penjumlahan tambahan biaya bagi unit terakhir dan tambahan pengeluaran dalam memperoleh berkah. Ketika nilai tambahan dari hasil produksi unit terakhir tepat sama dengan jumlah biaya produksi dan pengeluaran untuk memperoleh berkah dalam memproduksi unit tersebut, maka hal ini berarti bahwa nilai tambah pendapatan dari hasil produksi unit terakhir hanya mampu menutup biaya produksi dan pengeluaran untuk memperoleh berkah. Dalam kondisi seperti ini adalah posisi maslahah maksimum bagi produsen.

[1] M.A. Mannan, “The Behaviour of The Firm and Its Objective in an Islamic Framework”, Readings in Microeconomics: An Islamic Perspektif, Longman Malaysia (1992), hlm. 120-130

Referensi: Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islam Edisi Ketiga, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.


Comments

Satu tanggapan untuk “Analisis Produksi Dalam Pandangan Ekonomi Mikro Islami”

  1. […] satu negara maju dalam finansial Islam. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan dunia finansial dan investasi Islam di Malaysia, sekaligus didukung oleh komitmen dari pemimpin negara baik secara politik, sosial, […]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *