Tinjauan Penentu Kekayaan Suatu Negara Menurut Ekonomi Mikro Islami

Inflation Cartoon

Inflation Cartoon

Bagaimana ekonomi Islam meninjau ukuran kekayaan suatu negara? Abdurrahman Ibnu Khaldun[1] alias Abu Zayd, ulama terkemuka kelahiran Tunisia (1332) dan wafat di Kairo (1406) menegaskan bahwa kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di negara tersebut. Kekayaan suatu negara ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat produksi domestik dan necara pembayaran yang positif dari negara tersebut.

Tingkat Produksi Domestik

Dapat saja satu negara mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi bila hal itu bukan merupakan refleksi pesatnya pertumbuhan sektor produksi (baik barang maupun jasa), maka uang yang melimpah itu tidak ada nilainya. Sektor produksilah yang menjadi motor pembangunan, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan pekerja, dan menimbulkan permintaan atas faktor produksi lainnya.

Gambar 6.14 Fungsi Produksi Dalam Pandangan Ekonomi Mikro Islami

Dalam teori ekonomi kemampuan untuk memproduksi sesuatu digambarkan oleh grafik. Misalnya orang memiliki pilihan untuk memproduksi dua jenis barang, yaitu beras dan jagung dengan sumber daya yang dimilikinya. Sumbu X menggambarkan kemampuan memproduksi beras, sedang sumbu Y untuk jagung. Kurva possible production frontier (PPF) menggambarkan tingkat produksi maksimal yang mungkin dicapai dengan sumber daya yang dimiliki. Semakin besar PPF berarti semakin tinggi tingkat produksinya, semakin tinggi tingkat kekayaan negara tersebut.

Neraca Pembayaran Positif

Ibnu Khaldun juga menegaskan bahwa necara pembayaran yang positif akan meningkatkan kekayaan negara tersebut. Hal ini disebabkan neraca pembayaran yang positif menggambarkan dua hal:

  1. Tingkat produksi negara tersebut untuk suatu jenis komoditas lebih tinggi daripada tingkat permintaan domestik negara tersebut, atau supply lebih besar dibanding demand, sehingga memungkinkan negara tersebut melakukan ekspor;
  2. Tingkat efisiensi produksi negara tersebut lebih tinggi dibandingkan negara lain. Dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi maka komoditas suatu negara mampu masuk ke negara lain dengan harga yang lebih kompetitif.

Gambar 6.15 Fungsi Produksi Dalam Pandangan Ekonomi Mikro Islami

Dalam level makro bahasan kita adalah kemampuan produksi suatu negara, sedangkan dalam level mikro bahasan kita adalah kemampuan produksi suatu pro¬dusen. Secara grafis, pendapat Ibnu Khaldun ini dapat digambarkan dengan tingkat utilitas yang berada di luar PPE Ini berarti negara yang melakukan perdagangan internasional akan menikmati tingkat kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan tidak melakukan perdagangan.

Dalam ilmu ekonomi, konsep ini dikenal sebagai gain from trade. Tanpa adanya perdagangan, maka tingkat kesejahteraan tertinggi dicapai ketika kurva utilitas bersinggungan dengan PPF, yaitu pada titik autarky Pau (titik memenuhi kebutuhan sendiri). Sedangkan adanya perdagangan akan mendorong kurva utilitas ke tingkat yang lebih tinggi yang tidak mungkin dicapai oleh PPF.

Pada titik autarky, relative price antara beras dan jagung digambarkan oleh garis harga (price line) Pau. Sekarang katakanlah produsen ini mempunyai tingkat efisiensi yang relatif lebih tinggi dalam memproduksi beras dari produsen lain. Maka is akan mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk memproduksi beras, sehingga jumlah beras yang diproduksinya naik menjadi Qb2, dan jumlah jagung yang diproduksinya turun menjadi q2. Kelebihan produksi beras ini diperdagangkan dengan harga yang berlaku yaitu Pp. Dengan price line yang baru ini, produsen dapat menaikkan utilitasnya.

[1] ”Franz Rosenthal, Ibn Khaldun: The Muqaddimah, An Introduction to Histrory, (London: Routledge & Kegan Paul, 1967). Lihat pula versi aslinya Ibnu Khaldun. (n.d.). Mugaddimah. Cairo: Al-Maktabah al-Tijariyah al-Kubra

Referensi: Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islam Edisi Ketiga, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *