Tragedi Tugu Tani, Tidak Semua Freelancer Seperti Afriani Susanti

Akibat Meremehkan Masalah Sepele
Akibat Meremehkan Masalah Sepele

Hai blogger pembaca The Jombang Taste! Perhatian masyarakat Indonesia beberapa tahun lalu tertuju kepada peristiwa Tragedi Tugu Tani. Masih ingat kan dengan peristiwa kecelakaan maut yang menewaskan 9 orang dan melukai beberapa orang lainnya itu?

Polisi mendapatkan fakta bahwa pengendara mobil tengah berada dalam pengaruh obat terlarang saat kejadian berlangsung. Lebih mengecewakan lagi bahwa pelaku pengendara mobil maut, Afriyani Susanti, seolah merasa tidak bersalah karena telah menghilangkan 9 nyawa manusia. Baru belakangan ini pelaku menyatakan permohonan maaf kepada keluarga korban.

Sikap prihatin, kritikan dan hujatan datang dari masyarakat Indonesia atas aksi brutal wanita bertubuh gemuk tersebut. Bahkan terdapat sekelompok pengguna internet di halaman Facebook yang menuntut hukuman mati untuk Afriyani yang berprofesi sebagai freelancer bisnis entertainment. Tak pelak lagi, Tragedi Tugu Tani menimbulkan persepsi negatif di kalangan masyarakat terhadap profesi freelancer atau pekerja lepas. Mereka beranggapan bahwa freelancer tak ubahnya dengan karakter Afriani yang memiliki penghasilan tidak menentu tetapi doyan mabuk, dugem dan konsumsi narkoba.

Pada dasarnya, profesi freelancer tak ubahnya dengan profesi lain. Ada yang mampu menjalankan pola hidup sehat dan menghindarkan diri dari narkoba. Namun ada pula yang terpengaruh lingkungan hedonis dan terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Sisi negatif lain yang diberikan kepada pekerja freelancer adalah mengenai penghasilan yang tidak tetap. Freelancer yang fulltime maupun part time memang tidak terikat kontrak dalam bekerja. Meski demikian, pada umumnya mereka memiliki cadangan dana untuk mengamankan kebutuhan finansial mereka.

Menyamaratakan semua freelancer berperilaku seperti Afriyani Susanti bukanlah pemikiran yang tepat. Produktifitas bekerja, motivasi diri dan tingkah laku setiap freelancer berbeda. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kondisi perekonomian saat ini dan impian-impian yang ingin mereka wujudkan di masa depan. Kita tetap berharap bahwa tidak akan ada lagi Tragedi Tugu Tani berikutnya sehingga tidak merugikan berbagai pihak. Dengan demikian setiap freelancer bisa bekerja dengan nyaman tanpa pandangan negatif karena khawatir menganggu aktifitas masyarakat sekitar.

Bagaimana dengan tanggapan Anda terhadap profesi freelancer? Apakah lingkungan tempat tinggal Anda memberi label buruk terhadap pekerja lepas? Silakan berbagi pengalaman di kolom komentar.


Comments

Satu tanggapan untuk “Tragedi Tugu Tani, Tidak Semua Freelancer Seperti Afriani Susanti”

  1. Avatar Dasmanto Deri
    Dasmanto Deri

    Artikel yg sangat mendidik para pekerja lepas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *