Hidupku Terkekang diantara Laptop dan Pulpen

Suatu pagi yang cerah di sebuah kota kecil yang sederhana, hiduplah seorang gadis bernama Intan. Intan adalah gadis biasa yang memikul peranan luar biasa. Ia merupakan seorang penulis lepas yang mengais rejeki antara pulpen dan laptop.

Setiap harinya, Intan mengarungi dunia fiksi dan mengelaborasi kata-kata indah untuk menghidupi keluarganya. Meski pekerjaan ini terkadang menekan, Intan tegar menjalani kehidupannya dengan tegap dan penuh dedikasi.

Internet menjadi jendela dunia bagi Intan dan laptopnya menjadi sahabat setianya untuk istirahat dan bekerja. Lewat jendela dunia tersebutlah Intan menemukan klien-klien yang membutuhkan jasa kepiawaiannya dalam mengolah kata.

Selain itu, ia juga memiliki pulayangannya. Pulpen yang setia menemani Intan merangkai kata-kata indah pada kertas dalam keheningan malam. Kagumnya, bahkan di usianya yang masih muda, Intan mampu menghasilkan karya tulis yang fenomenal.

Namun, hidup Intan tidak selamanya indah. Ia sering merasa terantara dunia nyata dan fantasi. Cinta yang baginya adalah sesuatu yang jauh dari jangkauan, lantaran ia tidak memiliki waktu untuk menjalin hubungan atau mencari teman baru di dunia luar.

Suatu hari, saat sedang asyik menulis di laptopnya, tiba-tiba saja layar laptop mulai berkedip dan tampilan layar menjadi hitam. Intan panik. Tidak ada barang berharga lain di hidupnya selain laptop dan pulpen yang ia andalkan. Intan mencoba berbagai cara untuk memperbaiki laptopnya, namun usahanya sia-sia.

Intan merasa dunianya runtuh seketika. Dalam keputusasaannya, ia meraih pulpen kesayangannya dan mencoba untuk menenangkan diri dengan menggambar sketsa di kertas. Namun, tiba-tiba saja tangannya berhenti; pulpen itu tidak bisa menulis lagi.

Hidup Intan bagaikan terhenti dalam kurungan laptop dan pulpen. Ia merasa terisolasi dan terkekang oleh pekerjaannya sendiri. Dalam kesedihan, Intan mencurahkan isi hatinya pada secarik kertas.

Entah bagaimana, seolah ada yang mendengar isak tangisnya, tiba-tiba saja ada pesan masuk di ponsel miliknya. Saat ia membuka pesan tersebut, ia terkejut! Seorang klien lamanya menghubunginya untuk menanyakan pekerjaan yang harusnya dikirimkan hari itu.

Merasa tak sanggup untuk menjelaskan keadaannya, Intan memohon maaf dan mengutarakan jujur tentang kegagalan laptop dan pulpen kesayangannya. Sang klien merasa kasihan dengan keadaan Intan dan menawarkan bantuan untuk memperbaiki laptopnya.

Ternyata, saat Intan membawa laptopnya ke tukang service, ia mengenal orang baik yang juga menjadi penulis. Intan dan penulis itu kemudian menjalin tali persahabatan. Perlahan tapi pasti, melalui hubungan ini Intan menyadari bahwa ia tak perlu merasa terkekang oleh dunia fiksi yang selama ini diciptakannya.

Intan menyadari bahwa tak hanya melalui laptop dan pulpen, ia juga bisa menjungan dan menciptakan cerita di dunia nyata. Kehidupan Intan tak lagi merasa terkekang dalam dunia fiksi semata, tetapi telah belajar untuk mencintai dunia nyata dan menjalin hubungan yang sebenarnya.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *