Aku Diam Karena Berada di Belakang Layar

Aku tidak sinis kepadamu, hanya saja...
Aku tidak sinis kepadamu, hanya saja…

Aku bukan termasuk orang yang suka mengumbar kata-kata di depan setiap mata. Aku tak suka membela diri untuk mendapatkan sebuah kebenaran. Pantang bagiku menghabiskan ribuan kalimat tanpa guna. Sikap dan perbuatanku lebih bermakna. Maka biarkan aku berdiam diri dengan semua kebisuan ini. Biarkan aku menelusuri jalan pikiranku, mengitari ladang dan ilalang, serta bermain dengan anak petani penggembala kerbau.

Tidak tahukah kamu bahwa pada setiap deret kalimat menghujam pedang menuju detik sekarat. Maka lebih baik berdiam diri di balik kebesaran jiwa yang mulai merasa gerah oleh tutur kata berlebih. Mungkin inilah akibat dari memiliki seorang pemimpin yang masih bermental kacangan. Maunya dipanggil bos tapi pikiran masih ala jongos. Ingin dipanggil sebagai atasan tapi perilaku dan kebiasaan layaknya bawahan.

Aku pun tidak suka menyela setiap orang yang berbicara di hadapanku. Aku tak suka berdebat. Biarlah engkau menikmati posisimu sebagai pemimpin anyaran yang terpesona kilau jabatan. Aku selalu menempatkan diri sebagai sosok yang berperan di belakang layar. Tak perlu ku tunjukkan raut mukaku untuk membuktikan aku ada. Setiap masa akan tertulis sejarah yang akan membawa nama. Biarkan namaku hilang tersembunyi di balik gempita panggung hiburan.


Comments

Satu tanggapan untuk “Aku Diam Karena Berada di Belakang Layar”

  1. Ikhlasnya hati seringkali di salah arti.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *