Sore ini pada santri Taman Pendidikan Alquran (TPQ) Al-Mujahidin bertanya kepada penulis apakah akan ada pawai takbir keliling di malam menjelang Hari Raya Idul Adha. Penulis menjelaskan bahwa perayaan Hari Raya Idul Adha tahun 2020 sama seperti Hari Raya Idul Fitri 2020 kemarin, yaitu tanpa pawai takbir keliling. Para pemimpin agama dan tokoh masyarakat sepakat untuk mematuhi himbauan Pemerintah Desa agar tidak mengadakan kegiatan menghimpun masyarakat dalam jumlah lebih dari sepuluh orang di masa pandemi.
Para santri tentu saja kecewa. Mereka sangat berharap bisa mengikuti pawai takbir keliling kampung di malam jelang Hari Raya Idul Adha. Namun apa daya, situasi darurat masih berlaku di seluruh wilayah Kabupaten Jombang mengingat status Jombang sebagai zona merah penyebaran Covid-19. Para orang tua pun menyadari kondisi ini sehingga mereka tidak mempersiapkan diri untuk membuat oncor atau obor dari batang bambu.
Suasana sore hari setelah maghrib di tempat tinggal penulis awalnya sepi. Tidak ada barisan anak-anak yang bersiap takbiran ke masjid. Para orang tua tidak kehabisan akal. Mereka menghibur anak-anak mereka dengan mengajak melakukan kegiatan konvoi miniatur truk. Saat ini setidaknya telah ada sepuluh orang keluarga yang memiliki mainan miniatur truk. Mereka tinggal di sekitar tempat tinggal penulis di Desa Latsari Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang.
Iring-iringan pawai miniatur truk di malam perayaan Hari Raya Idul Adha tahun 2020 dimulai selepas ibadah sholat isya’ berjamaah di masjid dan musholla. Mula-mula hanya ada dua keluarga yang mengikuti pawai miniatur truk. Tak lama kemudian tetangga sekitar rumah ikut bergabung. Sebagian besar diantara warga disini tidak memiliki miniatur truk. Hanya ada beberapa keluarga memilikinya. Kendati demikian, puluhan orang tua sepakat berjalan kaki bersama mengelilingi kampung dengan iringan miniatur truk.
Miniatur truk yang diseret oleh warga memiliki sistem pengeras suara atau sound system. Suara takbir diiringi musik menghentak telah terdengar di salon yang berdiri kokoh di atas bak miniatur truk. Anak-anak pun bersorak gembira. Mereka berarak mengikuti iring-iringan pawai miniatur truk. Tak ada takbir keliling pun tak apa, pikir mereka. Mereka masih bisa bertakbir dengan iringan musik takbiran berirama dangdut koplo.
Pawai miniatur truk berlangsung sekitar setengah jam. Mereka menikmati kemeriahan ini untuk sesaat. Usai melakukan konvoi, para orang tua mengajak anak-anak mereka kembali ke rumah masing-masing. Bagaimana pun juga para orang tua masih menyimpan kekhawatiran terhadap pola pergaulan anak di malam hari pada masa pandemi ini. Mereka membatasi kegiatan anak di malam hari. Sebagian kecil orang tua mengajak anak-anaknya melantunkan takbir melalui pengeras suara di masjid ataupun musholla terdekat dengan rumah.
Bagaimana dengan kegiatan masyarakat di tempat tinggal Anda dalam menyambut hari raya Idul Adha tahun 2020 ini? Apakah mereka juga menggunakan mainan truk miniatur sebagai pengganti kegiatan takbir keliling kampung menjelang hari raya? Silakan berbagi pengalaman pada kolom komentar di bawah ini.
Berapa harga miniatur truk yg ada di video itu bos?
Baguslah jika masyarakat masih memiliki minat untuk mengembangkan kreativitas mereka di bidang otomotif dan bermusik. Paling tidak mereka tidak mengalami tekanan mental karena kondisi pada saat ini sangat menguji kesabaran penduduk di seluruh dunia.