
Alhamdulillah tanggal 1 Ramadhan 1439 Hijriyah sudah terlewatkan dengan lancar. Saya tidak menemukan banyak kendala di hari pertama puasa wajib ini. Pagi-pagi saya tetap mengajar di Sanggar Genius Yatim Mandiri. Hari ini hadir enam siswa dari sepuluh siswa yang terdaftar di sanggar. Proses pembelajaran berlangsung seperti biasanya. Mungkin karena masih jam delapan pagi sehingga pikiran anak-anak masih segar.
Usai dari sanggar genius, saya lanjut ke rumah Rafif untuk menyelesaikan sejumlah pelatihan soal ujian kenaikan kelas. Tak lama kemudian saya menyibukkan diri di rumah saja. Saya memeriksa persiapan belanja baju lebaran untuk anak-anak yatim dhuafa. Saya terbantu aplikasi belanja online yang memudahkan saya belanja baju dari rumah saja. Kalau begini baru terasa manfaat online shopping untuk menghemat tenaga.
Belanja perlengkapan ibadah sering saya lakukan, baik untuk kebutuhan saya sendiri maupun untuk anak-anak. Kali ini saya mendapat permintaan spesial dari Bapak. Beliau minta dibelikan kopyah warna hitam untuk dipakai sholat tarawih. Saya pun tanpa bertanya lagi berangkat ke toko busana muslim. Ukuran kopyahnya saya kira-kira saja dua nomor di atas kepala saya. Kopyah sudah saya beli sejak kemarin sore.
Bapak telah memakai kopyah itu sejak kemarin malam yaitu di hari pertama sholat tarawih. Dan tadi malam pun Bapak masih memakai kopyah itu untuk tarawih kedua di masjid. Saya senang Bapak sudah mau sholat lagi di masjid. Mungkin beliau sudah menemukan hidayah yang dicari-cari selama ini.
Emak sering bercerita masa muda Bapak yang sering menghabiskan waktu di masjid. Bapak pada jaman muda terbiasa tidur di masjid dengan teman-teman sebayanya. Bisa dikatakan bahwa bapak adalah remaja masjid yang tekun beribadah dan ringan tangan membantu sesama. Komitmen dan kerja kerasnya dalam bermuamalah tidak perlu dipertanyakan. Saking aktifnya di masjid, Bapak pernah masuk dalam bursa calon Modin di desa tempat tinggal tercinta ini.
Sampai pada suatu ketika Bapak terlalu asyik bekerja dan menafkahi keluarga lalu mulai jarang sholat di masjid. Itu terlalu selama bertahun-tahun. Bapak sibuk mencari uang siang dan malam untuk membiayai hidup istri dan kelima anak-anaknya. Petualangan hidupnya bukan hanya terjadi di desa ini. Kami sekeluarga pernah merantau di desa seberang Sungai Brantas nun jauh disana.
Kini Bapak ditunjuk warga menjadi juru kunci. Tugas Bapak adalah menjaga kebersihan area makam. Hal itu dilakukan dengan tekun. Beliau sangat mencintai pekerjaan ini. Telah banyak pujian diterima dari warga sini untuk Bapak namun tidak membuatnya lalai. Begitupun telah banyak usaha para tukang iri yang menyebar fitnah, namum Bapak terus bekerja tanpa peduli mulut nyinyir.
Bapak kini telah memakai kopyah hitam baru untuk sholat di masjid. Saya tidak tahu dari mana hidayah itu ditemukan. Momen kematian warga yang mana yang telah menyadarkan jiwanya untuk kembali ingat Tuhan. Saya tidak ambil pusing dengan beragam dugaan itu. Saya hanya bisa bersyukur Bapak sudah lebih dekat Allah. Semoga Bapak bisa istiqomah di jalan Allah.
Tinggalkan Balasan