Sepandai-pandainya tupai melompat, satu saat akan menginjak tanah juga. Sepintar-pintarnya manusia menyembunyikan perasaannya, satu ketika akan terbuka juga tabir yang selama ini menutupinya. Ada masa dimana semua manusia mencapai titik jenuh sehingga semua unek-unek hati menuntut untuk ditumpahkan.
Lelah hati yang tak terlihat oleh pandanganmu. Andai saja dapat kau merasakan betapa payahnya jiwa ini memperjuangkan kebahagiaan untukmu. Segala cara telah ku tempuh agar aku bisa mempertahankanmu disini. Tak ku pedulikan apapun komentar orang lain tentang kita berdua. Telah ku pertaruhkan segala reputasiku untuk membawamu tetap disisiku.
Namun hati tetaplah hati. Sampai kapanpun hati tidak akan bisa disamakan dengan batu cadas. Aku tetaplah manusia yang memiliki keterbatasan diri. Aku tak bisa selamanya menjagamu. Aku tak mampu seterusnya menyertai bayang-bayangmu. Karena hidup terus berjalan. Masa dan antara terus beriringan dalam lingkaran waktu.
Meski kini semua tampak samar dalam kegelapan, ku harap tidak ada lagi jarak antara kita berdua. Aku tahu aku tidak ada artinya bagimu. Bahkan engkau terlalu sulit untuk ku rengkuh. Namun aku akan tetap menjadi seseorang spesial yang dikirim langit untuk menjagamu. Semua sesuai ucapanmu:
“Aku bersyukur karena dimanapun aku berada, selalu ada orang yang mengasihiku dengan tulus, walau aku tidak pernah memintanya.”
Ya, akulah orang itu. Aku dan kamu telah melalui banyak fase kehidupan selama ini. Kita tertawa dan berduka bersama. Itu semua bukanlah tanpa arti. Aku selalu mengingat kebersamaan yang terjadi antara kita berdua. Hati ini lelah bukan untuk mengharap kepergianmu. Aku diam bukan untuk mengaburkan isi hati. Biarkan waktu yang menguasai janji kehidupan.
Dan waktu telah menjawab semua tanya di hati. Setiap pertemuan menghasilkan perpisahan. Kita melangkah dengan jalan hidup masing-masing. Tidak pernah terlintas dalam benakku semua akan terjadi secepat ini. Dalam setiap doaku ada harapan untukmu. Ku memelukmu dari jauh lewat lantunan doa dan setiap sujudku. Semoga apa yang sudah kita alami bersama mampu menjadikan kita insan kamil menuju ketakwaan kepada-Nya.
Tinggalkan Balasan