Manusia hidup di dunia ini tentu mempunyai cita-cita, demikian Suhadi (2008) berujar dalam buku Memenangkan Lomba Mengarang. Sebab cita-cita itu merupakan garam yang menyebabkan hidup ini lebih bergairah. Demi cita-citanya, manusia berdaya upaya sepenuh tenaga untuk dapat mencapai cita-cita tersebut. Kita akui juga, di dalam hidup ini cita-cita seseorang merupakan daya penunjang semangat hidup yang bergelora. Motivasi kehidupan manusia tumbuh seiring dengan kuatnya visualisasi tujuan hidupnya.
Dengan cita-cita yang ingin dicapai, maka manusia mampu lari seperti kuda binal yang penuh energi. Kita hidup di negara Pancasila. Kita percaya di dalam hidup kita ini ada kekuatan dahsyat dari luar diri kita. Kekuatan itu adalah kodrati Tuhan Yang Maha Esa. Manusia berusaha, namun, Tuhan juga yang memberi ketentuan. Kita semua memiliki agama. Agama dan kehidupan spiritual adalah sumber motivasi kehidupan yang tidak ada batasnya. Kekuatan rohani manusia mampu melesat lebih jauh dan lebih hebat daripada kekuatan jasmaninya.
Dari kenyataan ini maka timbal suatu semboyan yang terkenal, yaitu ora et labora. Kita harus giat bekerja dan rajin berdoa. Lahiriah kita bekerja, batiniah kita selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar cita-cita kita dikabulkan-Nya. Berkarya dan berdoa sudah merupakan gaya hidup manusia Indonesia sehari-hari. Tidak ada satu pekerjaan pun bagi orang Indonesia yang tidak disertai suatu doa. Sejak masih sekolah di taman kanak-kanak pun kita diajarkan untuk memulai segala aktifitas dengan berdoa. Demikian juga bagi setiap penulis. Segenap aksi menulis juga diawali dengan berdoa kepada Tuhan.
Hendaknya mengarang merupakan salah satu cita-cita hidup kita. Dengan demikian maka mengarang akan mendapatkan dorongan batin yang kuat. Kalau Anda telah mempunyai cita-cita mengarang, maka sudah barang tentu akan diperjuangkan dengan sepenuh tenaga. Berbaring, bangun, duduk atau berjalan hendaknya cita-cita itu terpikirkan agar tercapai. Setiap hal sederhana yang Anda lihat, Anda dengar, Anda bau, dan Anda rasakan mampu menjadi ide menulis yang hebat.
Di balik itu, mengarang pun merupakan alas untuk mencapai cita-cita manusia. Kalau Anda bercita-cita ingin menjadi raja atau presiden, maka sudah dapat ditebak bahwa cita-cita ini kecil sekali kemungkinan tercapai. Maka melalui karangan dan karya tulisla Anda akan dapat menjadi raja atau presiden, walaupun raja atau presiden tersebut hanya dalam cerita karangan Anda belaka. Walaupun hanya menjadi presiden dalam khayal cerita namun sudah kesampaian. Itulah hubungan antara mengarang dan cita-cita yang berkait sesamanya.
Untuk mewujudkan semua hal tersebut, Anda harus mengetahui unsur-unsur karangan. Mengarang merupakan suatu keseluruhan yang utuh. Dari yang utuh itu tentu terdapat unsur-unsur. Di antaranya ialah kematangan memilih tema yang tepat. Dengan tema yang mantap karangan terasa amat menarik. Anda membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk terus berlatih dan mengasah kemampuan menulis. Mungkin saja Anda akan bosan menjalani rutinitas menulis yang monoton. Maka sesekali biarkan Anda melepas segala beban hidup dengan cara mengunjungi tempat-tempat baru yang inspiratif. Jangan menjadikan hidup berat untuk dijalani.
Disamping itu unsur yang penting dalam menulis adalah pemilihan kalimat yang efektif dan efisien. Pemilihan kata secara tepat dan disusun menjadi kalimat yang segar sungguh akan menghidupkan karangan. Tema yang tepat dengan pemilihan kalimat yang segar harus digarap lewat organisasi penulisan yang baik. Demikian juga sumber materi merupakan unsur karangan yang tidak boleh diabaikan. Mula-mula Anda mungkin akan kebingungan memilih tema tulisan dan gaya bahasa penulisan. Tidak masalah. Teruslah menulis sampai Anda menemukan gaya menulis Anda sendiri. Ingatlah bahwa setiap manusia terlahir ke dunia dibekali dengan bakat unik. Tugas Anda adalah memunculkan bakat itu sehingga bermanfaat secara optimal. Selamat menulis!
Daftar Pustaka:
Suhadi. 2008. Memenangkan Lomba Mengarang. Balai Pustaka: Jakarta
Tinggalkan Balasan