Misteri Kebun Angker

Di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang anak kecil bernama Rino yang tinggal bersama orang tuanya. Rumah mereka berada di pinggir desa dan tepat di belakang rumahnya terdapat kebun yang luas. Satu hal yang paling disukai Rino adalah bermain di kebun tersebut, meskipun orang tua dan tetangganya sering mengingatkan termasuk Pak Camat desa, soal misteri dan kengerian di kebun.

“Rino, kamu harus berhati-hati saat bermain di kebun ya. Beberapa anak yang bermain di sana tidak pernah kembali,” ujar Pak Camat dengan wajah serius.

Rino hanya tertawa, ia tidak percaya pada omongan Pak Camat dan tetangganya. Menurutnya, itu hanya dongeng untuk menakuti anak-anak.

Esok hari, Rino kembali ke kebun untuk bermain bersama teman-temannya yaitu Budi dan Andi. “Jangan dengarkan omongan Pak Camat, teman-teman. Yuk kita bermain di kebun dan kita akan memecahkan misteri ini!” seru Rino semangat.

Ketiganya pun dengan berani memasuki kebun angker itu. Entah apa yang ada di benak mereka yang masih berusia sembilan tahun ini. Jalan setapak di kebun itu sudah ditumbuhi rerumputan liar. Ada ungkapan yang mengatakan, “walau semak akar tidak sekalyan menemukan air,” ungkapan tersebut harus mereka buktikan.

Di tengah perjalanan mereka, Rino melihat sebuah pohon yang aneh. “Lihat itu teman-teman, ada pohon yang mencurigakan,” ujar Rino sambil menunjuk ke arah pohon. “What if, di pohon inilah para anak kecil itu menghilang?” sambung Rino.

Mereka pun berjalan mendekati pohon tersebut. Sesampainya di depan pohon, Rino merasa ada getaran pada tubuhnya. “Apa yang kalian rasakan?” tanya Rino pada teman-temannya.

“Hatiku berdegup kencang, rasanya sangat menegangkan,” kata Budi.

“Aku merasa ada sesuatu yang mencekam di tempat ini,” tambah Andi dengan suara gemetar.

Tiba-tiba, terdengar suara-anak-anak tertawa di sekitar kebun itu. Rino, Budi, dan Andi mulai merasa ketakutan. Langit yang tadinya cerah kini berubah gelap dan angin berhembus kencang.

“Coba kita cari asal suara itu,” ujar Rino berusaha tegar.

Namun ketika mereka ingin mencari sumber suara, Andi tiba-tiba hilang dari pandangan mereka. “Andi! Kemana kau Andi?” teriak Budi panik.

Suasana kian mencekam, satu per satu teman-teman Rino menghilang. Kini, hanya Rino dan Budi yang tersisa. “Kita harus keluar dari kebun ini sebelum kita menghilang juga!” seru Budi ketakutan.

Rino yang takut dan putus asa berlari keluar kebun sambil menangis. “Mama, Papa! Teman-temanku menghilang!” Rino berteriak memanggil orang tuanya.

Warga desa yang mendengar teriakan Rino lantas berkerumun. Mereka menghentikan semua aktivitas mereka dan merasa prihatin atas nasib Rino.

Sejak kejadian itu, misteri kehilangan anak-anak di kebun angker tak pernah terpecahkan. Rino berjanji pada dirinya sendiri bahawa ia tidak akan pernah bermain di kebun itu lagi. Namun, suara tawa anak-anak yang misterius masih sering terdengar di kebun angker tersebut, membuat warga desa semakin yakin bahwa kebun itu adalah tempat kutukan.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *