Curhat Emak-emak Saat Menjadi Guru Dadakan di Masa Pandemi Covid-19

Riza Triani bersama salah satu anak berkebutuhan khusus
Riza Triani bersama salah satu anak berkebutuhan khusus

Kebijakan pembelajaran di rumah (home learning) bagi para pelajar di Kabupaten Jombang telah berlangsung selama dua bulan. Pandemi Covid-19 atau virus corona belum menunjukkan berakhir sejak kebijakan home learning berlaku pada 16 Maret 2020 hingga tulisan ini diterbitkan. Home learning berlaku untuk jenjang pendidikan anak usia dini, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi di Kabupaten Jombang.

Alhasil, para orang tua atau wali murid mau tak mau harus mengambil alih fungsi tugas sebagai guru bagi anak-anak mereka selama belajar di rumah. Tak terbayangkan sebelumnya, ibu-ibu yang biasanya bekerja di dapur dan di sumur kini harus memegang pensil dan buku serta menjelaskan materi pelajaran kepada anak. Sementara itu, para ayah lebih banyak disibukkan bekerja mencari nafkah di luar rumah.

Berbagai respons orang tua muncul menyikapi tugas mereka sebagai guru dadakan di rumah selama pandemi virus corona berlangsung. Berikut ini penulis rangkum beberapa curahan hati (curhat) orang tua dan wali murid sekolah dasar selama menjadi guru dadakan. Komentar di bawah ini telah penulis edit tanpa mengubah maksud pemikiran asli.

Awal-awalnya senang ibunya bisa mendampingi anak belajar bersama sehingga ada ikatan emosional yang bagus. Suatu hal yang baru bagi anak-anak dengan cara belajar online. Lama-lama anaknya mulai bosan soalnya tidak bisa bersosialisasi dan melakukan kegiatan yang menyenangkan bersama teman dan guru di sekolah. Semoga keadaan cepat kembali normal dan dapat kembali ke sekolah. Amiin. (Bunda Ayun)

Susahnya kalau di rumah tidak bisa bertemu teman-teman dan guru-guru. Tapi enaknya kalau belajar di rumah bisa belajar sama orang tua. (Ibu Amel)

Iya menyenangkan awalnya. Kalau kelamaan ya anak-anak tambah malas bangun pagi buat berangkat sekolah. Dan bisa jadi ibunya juga jadi guru beneran nih. Habis duit tiga puluh ribu untuk waktu dua minggu. Kalau buat seminggu lagi cukuplah. Kalau tambah hari lagi wah beli paketan internet lagi deh. Semoga saja bisa kembali sekolah lag seperti biasa. Amin. (Ibu Cintya)

Biasanya sebulan habis pulsa lima puluh ribu. Sekarang hampir seratus ribu per bulan. Ibunya bisa merasakan bagaimana menjadi guru dan lebih tahu lagi perilaku anak ketika belajar di sekolah. Ibunya lebih emosional padahal cuma anak satu. Tidak bisa bayangkan bagaimana rasanya bapak dan ibu guru saat mengajar murid-murid yang begitu banyak. Ternyata menjadi guru itu tidak gampang. Terima kasih banyak bapak dan ibu guru sudah sabar mengajar anak saya. (Setyo Rini)

Karena saya tidak tinggal bersama anak, maka saya hanya bisa memantau dari jauh. Anak saya merasa bosan di rumah. Dia mulai kangen dengan suasana sekolah. Apalagi anak saya moody. Kalau mengerjakan tugas harus berdasarkan mood yang bagus. Kadang harus pakai drama dulu untuk mulai belajar. (Mama Keanu)

Ternyata susah ya jadi Pak guru dan Bu guru di sekolah. Mengajar anak satu saja demikian susah apalagi mengajar anak satu sekolah. Harap kebijakan home learning ini tidak diperpanjang lagi supaya anak-anak bisa segera masuk sekolah. (Bu Evi)

Saat anak-anak belajar secara online di rumah ibunya jadi bisa mengerti susahnya menjelaskan materi yang ada di buku pelajaran. Intinya bapak dan ibu guru sudah begitu telaten membimbing putra putri kami. Terima kasih. (Ibu Asyifa)

Alhamdulillah dengan adanya keadaan ini juga ada sisi baiknya. Anak mulai bisa bertanggung jawab atas pekerjaan rumah yang diberikan Bapak dan Ibu guru. Semua tugas diselesaikan sendiri oleh anak sebab orang tuanya tidak libur kerja. Kecuali kalau ada tugas dalam bentuk vidio memang saya yang mempostingnya. Kebosanan di rumah mulai dirasakan anak. Semoga semua wabah cepat berlalu dan keadaan kembali normal seperti semula. Amiiin. (Bu Mari)

Kuota internet yang 30 GB itu hanya untuk anak-anak yang ikut bimbel online saja kelihatannya. Karena anak ku juga pakai tapi setelah aku cek, masih saja kuotanya tetap 30 GB. Jadi kuota itu tidak bisa dipakai. Tetap semangat untuk para orang tua. Semoga wabah ini cepat selesai dan anak-anak bisa kembali sekolah. Amien. (Bu Vienda)

Sabar dan semangat ibu-ibu itu lho lebih mahal daripada pulsa. (Mama Kalea)

Semangat nggih ibu-ibu semua. Tetaplah bersabar dalam mendampingi kegiatan belajar putra-putrinya di rumah. Semoga putra putri kita mendapat ilmu yang barokah dan bermaanfaat. Mudah-mudahan saat dewasa kelak mereka bisa tumbuh menjadi anak yang sholih dan sholihah. (Umi Syaida)

Awalnya senang. Tapi lama-lama anaknya jadi malas dan tidak mau mengerjakan tugas sesuai batas waktu. (Bu Lina)

Yang jelas, kami sangat berterima kasih kepada bapak dan ibu guru semua yang telaten dan sabar menghadapi anak kami selama ini di sekolah. Jujur saja, belajar online di rumah sungguh menghabiskan kesabaran. Terima kasih banyak bapak dan ibu guru. Semoga Alloh membalas semua jasa para guru. Kami doakan para guru sehat selalu. Aamiin. (Ibu Anas)


Comments

Satu tanggapan untuk “Curhat Emak-emak Saat Menjadi Guru Dadakan di Masa Pandemi Covid-19”

  1. Avatar Emak Blogger
    Emak Blogger

    Semangat emak2! Kalian pasti bisa melalui semua hambatan di masa pandemi ini.

Tinggalkan Balasan ke Emak Blogger Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *