Salah satu pertanyaan mendasar yang sering ditanyakan oleh kawan-kawan sesama profesi guru adalah mengenai kedekatan guru dengan muridnya. Bolehkah guru bersahabat secara baik dengan muridnya?
Pertimbangan kedekatan guru dengan murid bisa dilandasi oleh persamaan jenis kelamin. Guru perempuan sebaiknya dekat dengan murid perempuan. Begitu juga sebaliknya, guru laki-laki juga harus dekat dengan murid laki-laki. Kedekatan itu bisa memunculkan rasa saling percaya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Kesamaan jenis kelamin akan mempermudah proses transfer informasi dan pengalaman, misalnya murid perempuan tidak akan ragu untuk menceritakan pengalaman menstruasi pertama kali yang dialaminya di hadapan guru perempuan. Sebaliknya, murid laki-laki mungkin akan lebih leluasa bercerita pengalaman mimpi basah kepada guru laki-laki.
Bagaimanapun juga anak-anak zaman sekarang membutuhkan seseorang yang bisa mereka percayai ketika mereka mendapatkan masalah dan ingin mendapatkan solusi segera. Aktivitas mencurahkan isi hati (curhat) seorang siswa kepada guru merupakan bentuk kedekatan dan kepercayaan murid dengan gurunya. Hal ini dapat terjadi karena mereka tidak mendapatkan perhatian dari orang tua mereka di rumah sehingga guru menjadi tempat pelarian karena seringnya berinteraksi di sekolah.
Meski guru dan murid dapat berteman secara akrab namun keduanya harus memiliki batas yang jelas tentang keakraban itu. Hal ini bukan hanya berlaku untuk guru laki-laki dengan murid perempuan, bahkan dengan sesama jenis kelamin pun guru laki-laki harus tetap memiliki batasan untuk berteman dengan murid laki-laki. Batasan-batasan itulah yang tidak akan mengurangi nilai hormat murid terhadap gurunya.
Bagaimana menentukan batasan pergaulan guru dengan murid? Anda tentu tahu batas privasi guru dan murid. Tidak semua jenis permasalahan murid dapat dibantu oleh guru. Demikian juga dengan kepribadian guru tidak semuanya harus ditunjukkan secara asli di hadapan murid. Guru harus bisa memilih jenis pembicaraan dan menempatkan diri secara tempat tepat di hadapan siswanya.
Seringkali terjadi peristiwa murid tidak berlaku hormat kepada gurunya. Perilaku tidak hormat itu bukan karena murid tidak tahu tata krama, tetapi boleh jadi guru terlalu memberi ruang bagi siswa untuk memasuki kehidupan privasi guru sehingga batas persahabatan di antara keduanya terkaburkan. Sebagai seorang guru, sedekat apapun pertemanan anda dengan murid, Anda harus tetap menjaga jarak pada wilayah tertentu. Cara itu harus dikendalikan supaya murid tetap memiliki rasa hormat kepada anda. Semoga tulisan ini bisa memberi inspirasi untuk Anda.
Tinggalkan Balasan ke Cucu Hermawan Batalkan balasan