Plus Minus Kompetisi Belajar Siswa di Dalam Kelas

Hari Pertama Masuk Sekolah dengan Penghargaan Siswa Teladan Program Ramadhan Muatan Lokal Keagamaan di SDN Latsari Kec Mojowarno Kab Jombang
Hari Pertama Masuk Sekolah dengan Penghargaan Siswa Teladan Program Ramadhan Muatan Lokal Keagamaan di SDN Latsari Kec Mojowarno Kab Jombang

Setiap guru memiliki cara mengajar yang berbeda dalam menghadirkan kegembiraan di kelas pembelajaran. Hari penulis mencoba menerapkan sistem kompetisi dalam membangkitkan semangat belajar siswa. Penulis menggunakan sisa tiga puluh menit di akhir pelajaran untuk membentuk kelompok cerdas cermat. Kelas 5 berisi 28 siswa yang terbagi dalam 3 deret bangku yang masing-masing terdiri dari 9-10 anak. Kelas ini dikenal di kalangan guru sebagai kelas paling sering membuat keributan.

Cerdas cermat materi keagamaan dimulai. Kelompok A, B dan C bersiap dengan kemampuan masing-masing. Setiap kelompok hanya perlu menjawab BENAR atau SALAH. Ternyata cara ini sungguh mengasyikkan. Setiap kelompok tertantang untuk mengalahkan kelompok lain. Jawaban benar dan salah menuai respons dari kelompok lawan. Tak terkira betapa riuh-rendah suasana kelas. Di akhir lomba, kelompok C berhasil mengumpulkan nilai paling banyak. Kelompok A menjadi pengumpul poin terbanyak kedua. Sementara itu kelompok B berada di posisi paling miskin nilai.

Kelompok C tampak bergembira dengan hasil ini. Sementara itu, kelompok A menanggapi hasil lomba dengan mimik muka datar saja. Justru kelompok B yang bereaksi keras terhadap kekalahan ini. Antar anggota kelompok terlibat saling menyalahkan satu sama lain. Suasana makin memanas saat salah satu siswa meluapkan kekesalannya dengan memukul meja. Wah, sungguh keadaan yang sangat tidak diharapkan. Penulis baru sadar ada yang salah dalam proses pembelajaran kali ini.

Sistem kompetisi dalam pelajaran di kelas memiliki sisi baik dan buruk yang harus dipertimbangkan. Memang benar anak-anak cenderung lebih bersemangat belajar saat mengharap sebuah hadiah dan kemenangan. Namun keburukannya adalah muncul tindakan destruktif dalam pembentukan karakter insan kamil. Perlu adanya pembinaan lebih lanjut dalam menerapkan sistem persaingan belajar yang adil atau fairplay. Mendidik adalah memotivasi siswa untuk mencapai cita-citanya, bukan membentuknya berwatak ganas dan suka menyerang lawan. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan Anda dalam mengajar anak-anak. Selamat mendidik!


Comments

12 tanggapan untuk “Plus Minus Kompetisi Belajar Siswa di Dalam Kelas”

  1. Avatar Fachri
    Fachri

    Selamat belajar kakak…

  2. Avatar Elang Perkasa
    Elang Perkasa

    Sekarang bukan waktunya berkompetisi. Sekarang eranya berkolaborasi.

  3. Avatar Greany
    Greany

    Kompetisi is over.

  4. Perlombaan itu bikin semangat. Semangat mas.

  5. Avatar Ardi Pratama
    Ardi Pratama

    Kids jaman now sdh terbiasa berkompetisi mas. Dlm kehidupan nyata pun persaingan anak2 sdh sangat keras.

  6. Avatar Legrand
    Legrand

    Orang yg suka berlomba dgn orang lain biasanya suka menjatuhkan lawan.

  7. Avatar Levitra
    Levitra

    Kompetisi itu bagus utk memacu semangat.

  8. Mengapa harus berkompetisi kalau kita bisa berkolaborasi?

  9. […] murid memiliki minat yang berbeda-beda untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Ada siswa yang bisa bersemangat di setiap mata pelajaran yang diikutinya. Namun ada juga siswa yang moody dan mau belajar hanya pada beberapa pelajaran […]

  10. Avatar Irfan Bimakarya
    Irfan Bimakarya

    Kompetisi itu melelahkan, pak guru…

  11. […] peserta menjadi mati rasa secara perlahan. Mereka memiliki tingkat kepedulian yang rendah akibat siswa dituntut berkompetisi dengan dengan teman […]

  12. Avatar Nanang
    Nanang

    Sekarang bukan jamannya kompetisi. sekarang ini jamannya kolaborasi. daripada bersikap saling mematikan satu sama lain Lebih baik kita bekerja sama untuk menciptakan suatu karya bersama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *