Setiap guru memiliki cara mengajar yang berbeda dalam menghadirkan kegembiraan di kelas pembelajaran. Hari penulis mencoba menerapkan sistem kompetisi dalam membangkitkan semangat belajar siswa. Penulis menggunakan sisa tiga puluh menit di akhir pelajaran untuk membentuk kelompok cerdas cermat. Kelas 5 berisi 28 siswa yang terbagi dalam 3 deret bangku yang masing-masing terdiri dari 9-10 anak. Kelas ini dikenal di kalangan guru sebagai kelas paling sering membuat keributan.
Cerdas cermat materi keagamaan dimulai. Kelompok A, B dan C bersiap dengan kemampuan masing-masing. Setiap kelompok hanya perlu menjawab BENAR atau SALAH. Ternyata cara ini sungguh mengasyikkan. Setiap kelompok tertantang untuk mengalahkan kelompok lain. Jawaban benar dan salah menuai respons dari kelompok lawan. Tak terkira betapa riuh-rendah suasana kelas. Di akhir lomba, kelompok C berhasil mengumpulkan nilai paling banyak. Kelompok A menjadi pengumpul poin terbanyak kedua. Sementara itu kelompok B berada di posisi paling miskin nilai.
Kelompok C tampak bergembira dengan hasil ini. Sementara itu, kelompok A menanggapi hasil lomba dengan mimik muka datar saja. Justru kelompok B yang bereaksi keras terhadap kekalahan ini. Antar anggota kelompok terlibat saling menyalahkan satu sama lain. Suasana makin memanas saat salah satu siswa meluapkan kekesalannya dengan memukul meja. Wah, sungguh keadaan yang sangat tidak diharapkan. Penulis baru sadar ada yang salah dalam proses pembelajaran kali ini.
Sistem kompetisi dalam pelajaran di kelas memiliki sisi baik dan buruk yang harus dipertimbangkan. Memang benar anak-anak cenderung lebih bersemangat belajar saat mengharap sebuah hadiah dan kemenangan. Namun keburukannya adalah muncul tindakan destruktif dalam pembentukan karakter insan kamil. Perlu adanya pembinaan lebih lanjut dalam menerapkan sistem persaingan belajar yang adil atau fairplay. Mendidik adalah memotivasi siswa untuk mencapai cita-citanya, bukan membentuknya berwatak ganas dan suka menyerang lawan. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan Anda dalam mengajar anak-anak. Selamat mendidik!
Tinggalkan Balasan ke Irfan Bimakarya Batalkan balasan