Etika Berhias Menurut Teladan Nabi Muhammad SAW

Apa kabar blogger Jombang dan semua kawan-kawan pembaca di Indonesia? Semoga kita selalu diberi kesehatan untuk menjalankan aktifitas sehari-hari. Salah satu ibadah yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari adalah cara berpakaian dan berdandan. Terlebih lagi di bulan puasa ini kita harus bisa mengendalikan pandangan mata agar terhindar dari zina mata. Bagaimanapun juga, membentuk akhlaq terpuji adalah kewajiban setiap manusia.

Bagaimanakah etika berhias, bersolek dan berdandan yang sesuai dengan ajaran agama Islam?

Pengertian berhias adalah memperelok diri dengan pakaian atau perhiasan yang indah-indah. Berhias atau berdandan pada dasarnya merupakan naluri alamiah bagi setiap orang yang ingin tampil lebih menarik dalam keadaan-keadaan tertentu. Naluri berhias atau bersolek umumnya lebih kuat dimiliki oleh wanita daripada pria. Saat ini pergaulan anak muda di Indonesia sudah berada dalam tahap mengkhawatirkan. Gaya berdandan mereka pada aneh-aneh dan membuat para orang tua prihatin.

Dalam hadist yang dituturkan oleh Mush’ab bin Syaibah, Nabi Muhammad SAW menekankan 10 hal yang menjadi fitrah manusia, yaitu: mencukur kumis, memotong kuku, mencuci jari jemari, memanjangkan jenggot, bersiwak (gosok gigi), istinsyaq (memasukkan air ke lubang hidung), berkumur, mencabut bulu ketiak, mencukur rambut kemaluan, dan istinjak (membersihkan bekas buang air). Dalam riwayat Abu Hurairah, khitan termasuk fitrah.

Islam memandang penting akhlak berhias dalam tata pergaulan sosial dan dalam kehidupan rumah tangga. Nabi Muhammad SAW pernah berpesan kepada sahabatnya yang berpakaian lusuh dan kotor, “Apabila Allah mengaruniakan kepadamu harta, maka tampakkanlah bekas nikmat dan kemurahan-Nya itu pada dirimu (dengan pakaianmu)”. (HR Abu Dawud). Jadi, berpakaian yang bagus merupakan bagian dari sikap syukur manusia terhadap nikmat pemberian-Nya.

Nabi Muhammad SAW juga pernah menasehati sahabatnya agar berpenampilan yang menarik dan indah dihadapan isteri dan keluarganya. Berhias dengan menggunakan busana dan perhiasan yang indah, modis, dan sesuai dengan tema acara merupakan anjuran agama Islam sepanjang dilakukan dalam batas kewajaran, kesopanan, dan tidak berlebih-lebihan. Jangan sampai kepala sudah dipakaikan kerudung tapi bagian perut dan pusar malah dibiarkan terbuka. Jika kepala sudah dikerudungi, semestinya hati juga ikut dipakaikan kerudung.

Nabi Muhammad SAW adalah contoh yang tepat dalam memaknai etika berhias dan bersolek bagi kaum pria. Beliau selalu tampak bersih dan menarik ketika berada di tengah kaum muslimin atau sedang menerima tamu dari pihak luar Islam. Dalam kehidupan keluarga, Nabi Muhammad SAW juga sering berhias diri untuk para isterinya, sebagaimana mereka berhias untuk Nabi. Para isteri Nabi sering memuji penampilan beliau yang wangi dan menarik serta berpadu dengan sikap-sikap yang sangat mulia, seperti mengasihi dan menyayangi kaum wanita. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan Anda dalam mempelajari agama Islam.


Comments

3 tanggapan untuk “Etika Berhias Menurut Teladan Nabi Muhammad SAW”

  1. Avatar Andi Sukma
    Andi Sukma

    Terima kasih sdh mengingatkan saya.

  2. Bolehkah pakai bulu mata palsu?

  3. Syukron ustadz.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *