Hiruk-pikuk Vaksinasi Difteri di Sekolah Dasar

Hari ini, Kamis 8 Februari 2018 dilaksanakan vaksinasi difteri terhadap 117 orang siswa SDN Latsari. Dua orang tenaga medis dari Puskesmas Pembantu Latsari hadir di sekolah tersebut. Berita rencana imunisasi difteri ternyata sudah bocor terlebih dulu kepada para murid. Beberapa orang siswa tidak masuk karena sengaja menghindari imunisasi. Sementara itu beberapa siswa lainnya kabur dari kelas karena takut disuntik dokter. Beruntunglah beberapa orang tua tanggap dan menunggu anak-anak mereka dari luar kelas. Cara ini terbilang ampuh karena mereka gagal melarikan diri dari kelas.

Suasana gaduh sudah terjadi sejak sebelum bel masuk berbunyi. Para siswa bertanya-tanya benarkah hari ini ada vaksinasi. Penulis menjawab pertanyaan tersebut dengan senyuman saja. Bahkan ketika penulis mengisi kegiatan belajar mengajar jam pertama di kelas tiga, rencana itu tidak pernah penulis bahas dengan para siswa. Baru ketika jam delapan lewat sepuluh menit ada dua dokter lewat depan kelas, maka seketika itu juga suasana kelas menjadi gaduh. Masing-masing siswa histeris menahan rasa takut. Usai menunggu setengah jam dari kelas satu dan kelas dua, siswa kelas tiga pun mendapat giliran disuntik.

Siswa kelas tiga tidak membuat banyak ulah. Mereka patuh kepada para dokter dan hampir tidak melakukan perlawanan. Siswa yang melakukan kegaduhan justru berasal dari kelas lima dan enam. Mereka membuat keramaian entah karena takut disuntik atau sekedar mencari perhatian orang-orang di sekitarnya. Apapun alasan mereka, asal mereka patuh dan mau disuntik itu sudah bagus. Wabah difteri telah menjadi kejadian luar biasa di Indonesia akhir-akhir ini. Vaksinasi ini dilaksanakan untuk penduduk Indonesia usia 1 tahun sampai 19 tahun.

Awal mula dilaksanakannya imunisasi ini adalah banyaknya kejadian anak-anak dan remaja yang terjangkit penyakit difteri setelah mereka mengkonsumsi makanan yang dibeli secara sembarangan. Difteri ditengarai muncul dari kurangnya penjual menjaga kebersihan makanan yang dijual. Upaya pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan makanan dan melakukan imunisasi kepada anak-anak. Semoga kegiatan ini bisa membawa dampak positif dalam usaha menjaga kesehatan anak-anak.


Comments

10 tanggapan untuk “Hiruk-pikuk Vaksinasi Difteri di Sekolah Dasar”

  1. Klo gurunya sabar muridnya bisa tenang. Semangat ya pak.

  2. Jadi ingat masa kecilku dulu juga gitu. Kalo mau disuntik pasti kabur duluan.

  3. Jangan takut nak. Sakitnya sedikit tapi manfaatnya bisa sehat lama.

  4. […] anak-anak untuk lebih mencintai kebersihan dan kesehatan diri bukanlah perkara mudah. Anak-anak memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Tidak hanya sekedar […]

  5. Avatar Kezia
    Kezia

    Kasian gurunya ditendang pas anunya. Hihihihi….

  6. Avatar Hafidz
    Hafidz

    Itu mah blm seberapa. Ada juga lho pelajar SMK yg ngamuk saat disuntik.

  7. Avatar Alif
    Alif

    Wah seru juga ya ngajar anak kecil.

  8. Avatar Bidan Desa
    Bidan Desa

    Jangan takut nak. Biar sakit sebentar nanti juga sehat selamanya.

  9. Avatar Nyonya Bima
    Nyonya Bima

    Saya buka YouTube ada banyak sekali cerita-cerita lucu mengenai vaksinasi Difteri di sekolah…. baik Sekolah Dasar, sekolah menengah pertama, maupun Sekolah Menengah Atas….
    rata-rata anak Indonesia takut dengan jarum suntik.

  10. Avatar Xin Wen
    Xin Wen

    Sabar nak. Sakitnya cuma sebentar. Entar juga enak.

Tinggalkan Balasan ke Xin Wen Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *