Pengaruh Budaya Majapahit pada Perkembangan Budaya Jombangan

Penari Cilik Seni Tari Remo Boletan Gagrak Anyar Khas Jombangan
Kerajaan Majapahit, yang menjadi salah satu kerajaan terbesar dan paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia, telah meninggalkan jejak budaya yang luas dan mendalam di berbagai daerah, termasuk di Jombang, Jawa Timur. Pengaruh Majapahit dalam perkembangan budaya Jombangan bisa dilihat dari berbagai aspek seperti seni, arsitektur, agama, dan kebiasaan sosial yang masih terus diwariskan hingga zaman modern.

Arsitektur dan Arkeologi

Majapahit dikenal dengan arsitektur khas Hindu-Buddha yang mencakup candi, gapura, dan pendopo yang menjadi ciri khas. Di Jombang, pengaruh ini terlihat dalam bentuk-bentuk bangunan dan temuan arkeologis. Misalnya, Candi Penataran di Blitar, yang tidak jauh dari Jombangan, adalah salah satu peninggalan penting yang menggambarkan kemegahan Majapahit. Meskipun tidak ada candi besar di Jombangan sendiri, pengaruh arsitektur Majapahit bisa dilihat dalam bentuk-bentuk bangunan tradisional seperti pendopo yang sering digunakan untuk pertemuan atau upacara adat.
Selain itu, banyak temuan arkeologis seperti arca dan prasasti yang menunjukkan bahwa wilayah ini pernah berada di bawah pengaruh Majapahit. Prasasti-prasasti seperti Prasasti Waringin Pitu yang menceritakan tentang administrasi pemerintahan Majapahit memberikan bukti langsung akan kuatnya pengaruh ini.

Budaya dan Seni

Budaya Majapahit juga sangat berpengaruh dalam bidang seni, khususnya sastra dan seni pertunjukan. Di Jombang, kesenian tradisional seperti wayang kulit dan gamelan masih ditekuni dan dipelihara hingga sekarang. Pengaruh Majapahit pada wayang kulit terlihat dalam cerita-cerita yang diadaptasi dari cerita-cerita Mahabharata dan Ramayana, yang adalah bagian dari warisan budaya Hindu-Buddha. Dalam gamelan, komposisi yang diwariskan dari masa Majapahit masih dimainkan, meski dengan sedikit modifikasi sesuai dengan perkembangan zaman.

Literatur Majapahit seperti “Nagarakretagama” dan “Sutasoma” juga memberikan landasan untuk nilai-nilai dan etika yang dianut oleh masyarakat Jombang. “Bhinneka Tunggal Ika” (Berbeda tetapi Satu), semboyan yang diambil dari “Sutasoma”, mencerminkan toleransi agama dan keberagaman etnis yang masih dijunjung tinggi di daerah ini.

Agama dan Spiritualitas

Majapahit dikenal dengan keberagaman agama di mana Hindu dan Buddha berkembang berdampingan. Pengaruh ini tercermin dalam praktik keagamaan di Jombangan, di mana meskipun mayoritas penduduk kini beragama Islam, tetap ada tradisi dan ritual yang bercampur dengan elemen Hindu-Buddha. Misalnya, upacara “sedekah bumi” yang sering dilakukan untuk memohon kesuburan tanah dan kesejahteraan, memiliki akar dari tradisi Hindu yang dianut oleh Majapahit.

Pengaruh spiritual Majapahit juga dapat dilihat dalam bentuk kepercayaan lokal seperti “Kejawen” yang memadukan unsur-unsur Hindu, Buddha, dan animisme leluhur. Banyak dari kepercayaan ini yang masih dipertahankan oleh masyarakat Jombang, meskipun dalam bentuk yang telah disesuaikan dengan ajaran Islam.

Kebiasaan Sosial dan Struktur Masyarakat

Majapahit memiliki sistem kasta yang cukup ketat, tetapi di Jombang, sistem ini telah berkembang menjadi lebih fleksibel. Namun, pengaruh lama tetap terasa dalam bagaimana masyarakat menghargai hierarki dan kesopanan dalam interaksi sosial. Tradisi seperti “slametan” (syukuran) yang sering diadakan untuk berbagai acara dari kelahiran hingga kematian, menggambarkan nilai-nilai komunal dan kebersamaan yang diwarisi dari masa Majapahit.

Struktur masyarakat di Jombang juga mencerminkan pengaruh Majapahit dalam hal pemerintahan desa dan kepemimpinan lokal. Konsep “lumbung desa” atau penyimpanan hasil panen bersama untuk kepentingan komunal adalah praktik yang memiliki akar dari sistem pemerintahan Majapahit yang menekankan pada kesejahteraan bersama.

Pengaruh Ekonomi

Pada masa kejayaannya, Majapahit adalah pusat perdagangan maritim, dan Jombang, meskipun tidak langsung di pantai, menerima manfaat dari jalur perdagangan ini. Pengaruh ini masih terlihat dalam cara masyarakat Jombang menghargai hasil bumi dan keterampilan perdagangan. Pasar tradisional di Jombang masih menggunakan sistem tawar-menawar yang mungkin telah dipengaruhi oleh sistem perdagangan Majapahit yang dinamis.

Selain itu, keahlian dalam pertanian yang diwariskan dari Majapahit memainkan peran penting dalam ekonomi lokal. Sistem irigasi yang efektif, yang mungkin diadopsi dari teknik Majapahit, mendukung pertanian yang produktif di daerah ini.

Pendidikan dan Pengetahuan

Majapahit mendorong pendidikan melalui pendirian sekolah-sekolah agama dan pusat-pusat studi. Meskipun tidak ada bukti langsung dari sekolah-sekolah ini di Jombang, pengaruh dalam bentuk penghormatan terhadap pendidikan masih kuat. Nilai-nilai seperti penghargaan terhadap ilmu pengetahuan dan keterampilan intelektual bisa ditelusuri kembali ke tradisi Majapahit yang menghargai para sarjana dan penulis.
Pengaruh budaya Majapahit di Jombang adalah bukti dari sebuah peradaban yang bertahan melalui waktu, mengadaptasi diri dengan perubahan zaman namun tetap mempertahankan esensi dari warisan budaya yang kaya. Dari arsitektur hingga etika sosial, dari agama hingga kebiasaan harian, jejak Majapahit di Jombang menunjukkan bagaimana sebuah kerajaan kuno bisa membentuk identitas budaya suatu daerah hingga abad ke-21. Pengaruh ini tidak hanya memperkaya budaya lokal tetapi juga menjadi pengingat akan kebesaran dan keberagaman masa lalu yang perlu dihargai dan dilestarikan oleh generasi masa kini dan yang akan datang.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *