Cerita Rakyat Bangka Belitung: Dongeng Penyumpit Baik Hati dan Pak Raje

Cerita Rakyat Sulawesi Utara Dongeng Sigarlaki dan Limbat dari Tondano
Cerita Rakyat Sulawesi Utara Dongeng Sigarlaki dan Limbat dari Tondano

Cerita rakyat di Indonesia memiliki nilai-nilai moral yang patut kita renungkan kebenarannya. Melalui artikel The Jombang Taste ini kita akan mempelajari amanat cerita dongeng Penyumpit dan Pak Raje dari Provinsi Bangka Belitung. Seringkali kita menemui kejanggalan dalam cerita karena ada peristiwa yang terkesan imajinatif. Tidak masalah. Meski cerita dongeng Nusantara hanyalah fiktif belaka namun bisa membantu para orang tua dalam mendidik putra-putrinya. Selamat membaca.

Dikisahkan pada jaman dahulu kala di Bangka terdapat seorang pemuda sebatang kara. Namanya adalah Penyumpit. la tinggal di sebuah rumah kecil peninggalan orang tuanya. Ketika masih hidup, ayah Penyumpit sering berutang kepada seorang kepala desa yang bernama Pak Raje. Pak Raje adalah orang yang kaya-raya namun jahat dan licik. Pak Raje dikenal sangat pelit dan tidak mau berbagi kekayaan dengan orang miskin.

Ayah Penyumpit terjerat lintah darah. Utang-utang ayah Penyumpit tidak pernah lunas karena Pak Raje selalu melipatgandakannya. Walau kedua orang tua Penyumpit sudah meninggal dunia namun utang-utang ayahnya oleh Pak Raje tidak dianggap lunas.

Penyumpit harus membayar utang ayahnya dengan cara menjaga sawah milik Pak Raje. Pak Raje memiliki sawah yang padinya sudah mulai menguning. Penyumpit harus menjaganya siang dan malam dari hewan liar yang kemungkinan merusaknya.

Penyumpit Bertugas Menjaga Sawah

“Hai Penyumpit, berhati-hatilah engkau saat menjaga sawahku. Jika sampai sawahku rusak, aku akan mendendamu untuk ganti rugi kerusak sawahku. Dan kamu harus membayar semua kerusakan itu.” Demikian Pak Raje berpesan sebelum Penyumpit berangkat ke sawah.

“Baiklah, Pak Raje. Saya akan melaksanakan tugas ini sebaik-baiknya,” jawab Penyumpit dengan sopan.

Pak Raje tahu, kemungkinan besar sawahnya tetap akan rusak karena dimasuki babi-babi hutan di malam hari. Ia tersenyum simpul. Ia berpikir kali ini Penyumpit pasti tidak akan mampu melawan keganasan babi hutan yang sering merusak tanaman penduduk saat malam tiba.

Jika tugas yang satu sudah selesai dikerjakan Penyumpit, maka Pak Raje akan memberi Penyumpit tugas yang baru. Seterusnya tugas Penyumpit tidak pernah habis dan cukup berat. Jika siang ia harus menuai padi yang siap panen. Jika malam ia harus menjaga sawah agar tidak dirusak babi hutan. Tujuh hari sudah Penyumpit melaksanakan tugasnya dengan baik.

Pak Raje heran mengapa sampai tujuh hari berlangsung, Penyumpit masih saja sigap menjaga sawahnya. Pada hari kedelapan ketika sedang Penyumpit duduk di dangau mengawasi sawah Pak Raje, tampak sesosok babi hutan rnemasuki wilayah persawahan Pak Raje. Dengan cekatan Penyumpit melemparkan tombak yang ia bawa ke arah babi hutan. Dari kejauhan terdengar pekik kesakitan babi hutan. Ternyata, mata tombak Penyumpit mengenai kaki babi hutan. Penyumpit cepat berlari ke arah babi hutan yang terluka.

Penyumpit Bertemu Putri Malam

Penyumpit terus mengejar babi hutan. Namun, babi hutan tersebut sudah hilang dari pandangannya. Hanya ada tetesan darah dari tubuh babi hutan itu yang berceceran di sepanjang jalan. Penyumpit mengikuti jejak tetesan darah itu hingga ke dalam hutan. la ingin mengetahui letak persembunyian para babi hutan.

Setelah beberapa lama masuk hutan, Penyumpit menemukan babi hutan yang dikerjarnya tadi. Ia mengamati dengan seksama. Alangkah terkejutnya ia saat mengetahui babi itu berubah menjadi putri cantik. la pun terdiam beberapa saat seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Wahai putri yang cantik, kaukah babi yang terluka tadi?” tanya Penyumpit dengan penuh rasa ingin tahu.

“Benar. Akulah yang tadi menjelma menjadi seekor babi,” jawab sang putri.

“Namaku Putri Malam,” lanjut gadis cantik itu sambil merintih kesakitan.

“Maafkan aku Putri. Tanpa sengaja aku telah melukaimu. Mari aku bantu mengobati luka di kakimu,” ucap Penyumpit menawarkan diri untuk membantu.

Secara hati-hati dan perlahan Penyumpit membersihkan luka di kaki Putri Malam. Penyumpit membantu menghentikan darah yang mengalir di kaki Putri Malam. la menggunakan tumbuhan yang ada di sekitar hutan dan berkhasiat sebagai obat untuk menyembuhkan luka sang putri.

Obat itu mujarab. Keesokan harinya, Putri Malam sudah bisa berjalan kembali. Sebagai tanda terima kasih atas pertolongan Penyumpit, ia memberikan beberapa bungkusan yang berisi kunyit, buah nyatoh, daun simpur, dan buah jering kepada Penyumpit.

“Kamu baru boleh membuka bungkusan ini setelah tiba di rumah,” pesan Putri Malam kepada Penyumpit.

Penyumpit akhirnya bergegas meninggalkan hutan dan kembali ke rumah dan mematuhi pesan Putri Malam. Setibanya di rumah, ia segera membuka bungkusan tadi. Betapa terkejutnya ia, ternyata bungkusan yang berisi rempah-rempah itu berubah menjadi emas, berlian, permata, dan intan. Harta itu dijual Penyumpit ke pasar dan uang hasil penjualannya digunakan untuk membangun rumah yang besar. Si Penyumpit kini menjadi orang yang kaya raya.

Merasa sudah memiliki uang yang cukup untuk membayar hutang, Penyumpit lantas pergi ke rumah Pak Raje untuk membayar semua utang-utang almarhum ayahnya. Selain itu, ia berharap dengan terbayarnya hutang itu berarti juga terbebas dari tindakan sewenang-wenang Pak Raje yang mempekerjannya siang dan malam.

“Dengan ini saya bayar semua utang almarhum saya. Ini uangnya,” ujar Penyumpit kepada Pak Raje.

Pak Raje menerima uang Penyumpit dengan pandangan mata tidak percaya. Pak Raje tak habis pikir melihat Penyumpit dapat melunasi utang-utang almarhum ayahnya yang berjumlah besar.

“Hai Penyumpit, dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak ini? Jangan-jangan kamu telah mencuri. Aku tidak mau menerima harta haram,” ucap Pak Raje menyangsikan uang pemberian Penyumpit.

“Maaf Tuan, saya tidak pernah mencuri harta siapa pun. Uang ini saya dapatkan dengan halal. Ada seorang putri cantik yang baik hati memberikan ini semua kepada saya,” Penyumpit menjelaskan kepada Pak Raje.

“Putri siapa?” tanya Pak Raje penasaran.

Penyumpit kemudian menjelaskan peristiwa malam itu. la mengatakan semuanya kepada Pak Raje sampai dia mendapatkan bungkusan dari Putri Malam yang isinya telah berubah menjadi barang-barang berharga. Rupanya Pak Raje tertarik untuk mendapatkan harta dengan cara yang mudah. Pak Raje berpikir jika Penyumpit yang miskin saja dapat memiliki harta begitu banyak, pasti dirinya yang kaya bisa mendapat lebih banyak lagi.

Pak Raje Menerima Hukuman

Diam-diam Pak Raje memiliki niat ingin meniru apa yang pernah dilakukan Penyumpit. la ingin menjaga sawahnya dan kemudian menombak babi hutan yang masuk ke sawah Pak Raje lalu mengikuti babi yang terluka dan masuk ke dalam hutan. Di dalam hutan ia mengobati babi hutan yang terluka. Sesudah itu dia akan mendapat harta berlimpah. Belum apa-apa dia sudah berkhayal yang bukan-bukan.

Malam itu Pak Raje melaksanakan keinginannya bertemu Putri Malam. Selepas senja muncul, Pak Raje mulai menjaga sawahnya. Tapi karena tidak terbiasa berjaga malam, ia pun mengantuk dan tertidur pulas. Pada saat ia tertidur itulah puluhan babi hutan bertubuh besar menyerangnya bertubi-tubi. Ada yang menyeruduknya dari samping dan ada pula yang menginjak-injak tubuh Pak Raje. Pak Raje mati mengenaskan dengan tubuh sobek-sobek di sana-sini.

Esok harinya berita kematian Pak Raje tersebar ke seluruh kampung. Sebagai pemimpin desa, kematian Pak Raje tentu saja mendapat perhatian penduduk setempat. Putri tertua Pak Raje menyampaikan kejadian itu kepada Penyumpit. Penyumpit terkejut mendengar kabar Pak Raje mati secara mengenaskan karena mengikuti jejaknya menombak babi hutan. Penyumpit pun datang melayat ke rumah Pak Raje. Di sana, ia melihat tubuh Pak Raje yang sudah tidak utuh lagi.

Meskipun Pak Raje selalu berbuat jahat kepada Penyumpit, namun Penyumpit tak pernah dendam kepadanya. Dengan niat baik Penyumpit berusaha monolong Pak Raje dengan mengucapkan doa dan mantra khusus untuk memohon kehidupan kembali Pak Raje kepada para Dewa. Ajaib! Doa Penyumpit terkabulkan.

Tubuh Pak Raje menyatu dengan sendirinya. Luka-luka Pak Raje pun sembuh dan ia hidup kembali. Pak Raje merasa malu kepada Penyumpit karena ia selalu berbuat jahat.

“Hai Penyumpit yang baik budi, maafkan atas segala kesalahanku. Aku telah berbuat salah kepadamu dan keluargamu. Sebagai rasa terima kasihku kepadamu, kamu ku nikahkan dengan anakku,” ucap Pak Raje pada Penyumpit.

Beberapa hari kemudian Penyumpit menikah dengan anak perempuan Pak Raje. Sekarang Penyumpit menjadi orang kaya-raya. la hidup bahagia dengan istrinya. Pak Raje pun menjadi orang yang baik hati dan dan tidak sombong. Ketika usianya semakin lanjut Pak Raje meminta si Penyumpit menjabat sebagai kepala desa menggantikan kedudukannya.

Amanat cerita dongeng Penyumpit dan Pak Raje ini adalah orang yang berbuat jahat suatu saat pasti mendapatkan balasan yang setimpal. Amanat cerita yang kedua adalah memaafkan tidak lantas menjadikanmu lebih rendah dari orang yang kamu maafkan. Justru dengan saling maaf memaafkan hidup kita jadi lebih bahagia.

Semoga cerita rakyat ini bisa memberi manfaat bagi Anda. Nantikan seri cerita rakyat Nusantara hanya di blog The Jombang Taste!

Daftar Pustaka:

Rahimsyah, MB. 2007. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara Lengkap dari 33 Provinsi. Bintang Usaha Jaya, Surabaya.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *