Cerita Rayat Sumatera Selatan: Dongeng Si Pahit Lidah Pangeran Serunting

Cerita Rakyat Banten Legenda Batu Kuwung
Cerita Rakyat Banten Legenda Batu Kuwung

Dongeng rakyat Nusantara adalah bagian dari cerita motivasi yang mampu menginspirasi pembaca untuk berperilaku lebih baik dalam hidupnya. The Jombang Taste menyajikan dongeng Si Pahit Lidah dari Sumatera Selatan, yaitu Serunting dan Aria Tebing. Meski cerita dongeng ini terkesan fiktif namun sarat makna. Selamat membaca.

Pada jaman dahulu terdapat seorang pangeran bernama Serunting. Tubuhnya tinggi besar dan memiliki kesaktian yang hebat. Serunting adalah keturunan raksasa dari daerah Sumidang. Ada satu sifat buruk yang dimilikinya, yaitu selalu iri dengan harta milik orang lain. Rasa iri ini dirasakannya juga kepada saudara iparnya, yaitu adik dan istrinya sendiri yang bemama Aria Tebing. Keduanya bersaudara dan seharusnya hidup berdampingan dengan rukun. Namun kenyataannya Serunting malah sering membuat masalah.

Pertarungan Serunting Dan Aria Tebing

Rasa iri Serunting tersebut berlanjut dengan pertengkaran di antara keduanya. Pertengkaran tersebut berlanjut menjadi permusuhan besar. Penyebabnya adalah mereka memiliki ladang padi bersebelahan yang dipisahkan oleh pepohonan. Di bawah pepohonan itu ditumbuhi cendawan. Cendawan yang menghadap ladang Aria Tebing tumbuh menjadi logam emas, sedangkan cendawan yang menghadap ladang Serunting tumbuh menjadi tanaman yang tidak berguna.

Serunting menuduh Aria Tebing telah menggunakan ilmunya untuk mengubah cendawan miliknya menjadi tumbuhan ilalang. Aria Tebing tidak terima oleh ucapan Serunting itu. Pada suatu hari, terjadilah perkelahian sengit antara Serunting dan Aria Tebing. Karena Serunting lebih sakti, Arya Tebing terdesak dan hampir terbunuh. Namun, Aria Tebing berhasil melarikan diri. Aria Tebing penasaran dengan kesaktian Serunting. Ia ingin memberi pelajaran kepada Serunting yang sombong dan tukang iri dengki itu.

Maka Aria Tebing kemudian menemui dan membujuk kakak kandungnya, yaitu istri dari Serunting, untuk memberitahukan rahasia kesaktian Serunting. Tanpa merasa curiga, kakaknya memberi tahu kelemahan Serunting. Setelah mendengar rahasia kesaktian Serunting, Aria Tebing kembali menantang Serunting. Serunting menerima tantangan itu. Ketika perkelahian berada pada puncaknya, Aria Tebing hampir saja dikalahkan.

Pada saat terdesak itulah, Aria Tebing teringat pada ucapan kakaknya mengenai kelemahan kesaktian Serunting. Aria Tebing melihat ilalang yang bergetar tak jauh dari tempatnya bertarung melawan Serunting. Segera ia menancapkan tombaknya pada ilalang yang bergetar itu. Serunting langsung terjatuh dan terluka parah. Serunting kaget, karena adik iparnya dapat mengetahui rahasia kesaktiannya itu, padahal hanya istrinya yang tahu.

Serunting Bertapa Mencari Ilmu

Serunting sakit hati karena rahasia kesaktiannya sudah dibocorkan oleh istrinya. Merasa dikhianati istrinya, ia pun pergi mengembara. Serunting pergi bertapa ke Gunung Siguntang. Oleh Dewa Mahameru, ia dijanjikan kekuatan gaib. Kesaktian itu berupa kemampuan lidahnya mengubah sesuatu sesuai yang diinginkannya. Selanjutnya, ia berniat kembali ke kampungnya di daerah Sumidang.

Dalam perjalanan pulang tersebut, ia menguji kesaktiannya. Di tepi Danau Ranau, dijumpainya hamparan pohon-pohon tebu yang sudah menguning. Serunting pun berkata, “Jadilah batu.” Maka benarlah, tanaman itu berubah menjadi batu. Ia dendam pada setiap orang yang ada di desanya. la pun mengutuk setiap orang yang dijumpainya di tepian Sungai Jambi menjadi batu.

Sejak saat itu, Serunting mendapat julukan si Pahit Lidah. Setelah sekian lama berjalan dari satu daerah ke daerah lainnya, si Pahit Lidah pun sadar atas kesalahannya. Ia merasa sendiri dan kesepian karena tidak ada satupun orang yang mau berkawan dengannya. Setiap orang yang dijumpainya selalu menjauh. Serunting ingin menebus segala kesalahan yang dilakukannya di masa lalu dengan melakukan kebaikan kepada masyarakat.

Tak lama kemudian ia mengubah Bukit Serut yang gundul menjadi hutan kayu yang rimbun. Penduduk setempat senang dan menikmati hasil hutan yang melimpah. Penduduk pun mulai menyukai perilaku baik Serunting ini. Seruntinng kini telah menjadi orang baik dan mau membantu orang lain. Walaupun kata-kata yang keluar dari mulutnya telah berbuah manis, Serunting tetap dijuluki sebagai si Pahit Lidah.

Amanat cerita dongeng Si Pahit Lidah adalah hati yang terkotori oleh rasa iri dan dengki dapat menjerumuskan manusia melakukan kejahatan. Selain itu, orang yang sombong dan iri dengki biasanya dijauhi orang dan tidak akan memiliki kawan.

Semoga kita dapat mengambil hikmah dari cerita rakyat Sumatera Selatan ini. Nantikan kelanjutan seri cerita rakyat Nusantara hanya di blog The Jombang Taste!

Daftar Pustaka:

Rahimsyah, MB. 2007. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara Lengkap dari 33 Provinsi. Bintang Usaha Jaya, Surabaya.


Comments

2 tanggapan untuk “Cerita Rayat Sumatera Selatan: Dongeng Si Pahit Lidah Pangeran Serunting”

  1. Avatar Joko Santoso
    Joko Santoso

    makanya hati-hati saat berbicara. jangan sampai melukai orang lain.

    1. kalau nggak bisa berkata baik mendingan diam saja.

Tinggalkan Balasan ke Joko Santoso Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *