Sejarah dan Asal-usul Desa Mojowarno di Jombang Jawa Timur

Desa Mojowarno terletak di Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. Desa ini memiliki sejarah panjang yang telah dimulai sejak zaman kerajaan Majapahit.

Menurut catatan sejarah, dahulu Desa Mojowarno merupakan wilayah yang cukup strategis dalam pemerintahan kerajaan Majapahit. Desa ini merupakan pusat penyimpanan hasil bumi dan logistik untuk pasukan kerajaan.

Pada masa kolonial Belanda, Desa Mojowarno menjadi salah satu wilayah yang menyediakan bahan baku untuk keperluan industri rokok. Kebun tembakau di desa ini menjadi primadona dan menjadi sumber penghasilan utama warga.

Setelah Indonesia merdeka, Desa Mojowarno terus berkembang dan memperluas sektor ekonominya. Warga desa beragam berprofesi sebagai petani, pedagang atau wiraswasta. Hingga saat ini, Desa Mojowarno menjadi salah satu sentra perternakan sapi potong dan ternak ayam. Selain itu, pariwisata juga berkembang di desa ini dengan adanya banyak objek wisata seperti air terjun dan agro wisata.

Dengan sejarah yang panjang dan kaya, Desa Mojowarno menjadi salah satu desa yang cukup terkenal di Kabupaten Jombang. Keindahan alam dan kultur masyarakatnya menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke desa ini.

Penyebaran Agama Kristen di Mojowarno

Sejarah penyebaran agama Kristen di Mojowarno, Jombang, Jawa Timur bermula pada abad ke-19. Pada tahun 1815, seorang misionaris Belanda bernama Johannes van der Kemp datang ke Jawa dan menyebarkan agama Kristen di sana. Ia mendirikan gereja di daerah Surabaya pada tahun 1823 dan kemudian mengirim sejumlah misionaris lainnya ke daerah-daerah lain di Jawa, termasuk Mojowarno.

Pada awalnya, misionaris-misionaris ini menghadapi banyak kesulitan dalam menyebarkan agama Kristen di Mojowarno, terutama karena mayoritas penduduk setempat masih memeluk agama Hindu dan Islam. Namun, mereka terus bekerja keras dan akhirnya berhasil mengkonversi sejumlah orang di daerah tersebut menjadi Kristen.

Gereja tertua di Jawa Timur berada di Mojowarno, yaitu Gereja Santo Petrus Mojowarno atau yang dikenal juga dengan sebutan Gereja Tua Mojowarno. Gereja yang dibangun pada abad ke-16 ini memiliki arsitektur bergaya Baroque atau arsitektur Eropa, dan menjadi saksi sejarah perjalanan agama Katolik di Jawa Timur.

Saat ini, agama Kristen telah menjadi salah satu agama yang diakui secara resmi di Mojowarno, dengan banyak gereja dan umat Kristen yang aktif di sana. Meskipun demikian, hubungan antara umat Kristen dan umat Muslim di Mojowarno umumnya cukup harmonis, dan mereka hidup berdampingan dengan damai.

Tradisi Unduh-unduh di Mojowarno Jombang

Tradisi Unduh-unduhan di Mojowarno Jombang adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh penduduk setempat dalam merayakan kemenangan atau memperingati hari besar agama. Tradisi ini biasanya dilakukan selama beberapa hari dan diwarnai pertunjukan wayang kulit dan kesenian daerah.

Pada masa lalu, para pemuda akan berkumpul di lapangan atau jalan-jalan desa dengan membawa lampu lampion yang sudah dihias dan diisi dengan minyak kelapa atau minyak tanah. Sambil berjalan, mereka akan mengunduh-unduh lampu tersebut dengan cara memainkan tali yang terhubung dengan lampion.

Tradisi ini dapat dijadikan sebagai ajang silaturahmi antar warga dan juga dianggap sebagai sarana untuk mengusir jin-jin jahat yang mungkin berkeliaran di lingkungan sekitarnya. Selain itu, tradisi ini juga sebagai bentuk pengenalan kepada generasi muda akan kearifan lokal dan budaya daerah mereka.

Sejarah Pasar Mojowarno Tempo Dulu

Pasar Mojowarno adalah sebuah pasar tradisional yang terletak di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Pasar ini memiliki sejarah panjang sebagai pusat perdagangan dan ekonomi di wilayah tersebut.

Menurut catatan sejarah, Pasar Mojowarno telah ada sejak abad ke-17 dan dulunya merupakan tempat perdagangan yang ramai. Pasar ini menjadi pusat perdagangan kopi, kayu jati, dan gula kelapa yang diekspor ke berbagai negara seperti Belanda, Inggris, dan Perancis.

Pasar Mojowarno juga menjadi pusat perdagangan bagi petani dan pedagang dari berbagai daerah sekitar. Berbagai hasil pertanian seperti padi, sayur-sayuran, buah-buahan, dan bahan makanan lainnya diperdagangkan di pasar ini.

Dalam sejarahnya, Pasar Mojowarno pernah mengalami masa-masa sulit pada masa penjajahan Belanda dan juga selama Perang Dunia II. Namun, pasar ini tetap menjadi pusat perdagangan dan ekonomi yang penting bagi masyarakat setempat.

Saat ini, Pasar Mojowarno masih berfungsi sebagai pusat perdagangan dan ekonomi yang penting di Kabupaten Jombang. Pasar ini menawarkan berbagai macam barang dagangan dari hasil pertanian, pertukangan, hingga kebutuhan sehari-hari. Meskipun pasar modern telah berkembang dan bersaing dengan Pasar Mojowarno, pasar ini tetap memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat setempat sebagai bagian dari sejarah dan tradisi kota tersebut.

Dalan Dagangan Reborn

Masyarakat sekitar Pasar Mojowarno memiliki kepedulian pada pelestarian warisan budaya jaman dulu. Hal ini tampak pada pemugaran sejumlah kawasan bersejarah di Mojowarno. Dalan Dagangan adalah salah satu ikon baru Mojowarno. Penulis berkesempatan menemui Sutrisno, salah satu penggiat konsep Dalan Dagangan Reborn. Pada awal 2021 beliau bercerita kisah masa lalu Mojowarno sebagai pusat ekonomi, khususnya wilayah sekitar Pasar Mojowarno sebagai tempat persinggahan para pedagang dari arah Surabaya ke Kediri ataupun sebaliknya.

Saat ini Dalan Dagangan Reborn telah mampu menyentuh kaum milenial muda melalui beragam aktifitas. Penulis pernah mengikuti kegiatan nonton bareng di akhir pekan bersama warga sekitar Pasar Mojowarno di Dalan Dagangan. Jalan desa diubah menjadi bioskop layar tancap yang mengingatkan penulis pada kegiatan hiburan rakyat tempo dulu. Tembok di sekeliling Dalan Dagangan pun telah dihias sedemikian kreatif dan indah oleh seniman lokal. Tema The City of Tolerance digaungkan untuk menghadirkan suasana guyup-rukun warga sekitar.

Aktifitas pedagang kaki lima pun tak kalah sibuknya. Bu Minul, penjual gorengan di Dalan Dagangan aktif berjualan setiap pagi. Kegiatan perdagangan makin ramai disana pada bulan puasa. Aneka jajanan rakyat dan olahan makanan khas Jawa terpajang di lapak-lapak warga. Suasana terasa makin syahdu saat dimainkan gamelan oleh seniman lokal. Pertunjukan seni musik secara live ini merupakan nilai tambah pada setiap pengunjung yang ingin menikmati jajanan rakyat di Dalan Dagangan Mojowarno.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *