
Dari berbagai sumber disebutkan bahwa Sunan Bonang memiliki nama asli Syekh Maulana Makdum Ibrahim. Sunan Bonang merupakan putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati yang sering disebut Nyai Ageng Manila. Ada yang menyatakan bahwa Dewi Condrowati adalah salah satu putra Prabu Kertabumi (Prabu Brawijaya) dari Kerajaan Majapahit. Dengan demikian, Raden Makdum adalah salah seorang Pangeran Majapahit karena ibunya adalah putri Raja Majapahit dan ayahnya adalah menantu Raja Majapahit.
Pada artikel sebelumnya mengenai sejarah Sunan Giri dan Pesantren Giri Kedaton, kita telah membaca penjelasan bahwa semasa muda Raden Makdum dan Raden Paku berguru ke negeri Pasai, Aceh, untuk memperdalam wawasan agama Islam. Melalui pengembaraan ke Pasai, Raden Makdum Ibrahim memperoleh banyak pengalaman berharga mengenai praktek ajaran agama Islam di tengah-tengah masyarakat.
Sunan Bonang Dan Suluk Wujil
Setelah kembali ke Pesantren Ampel Denta di Surabaya, Raden Makdum Ibrahim diutus oleh Sunan Ampel untuk berdakwah di daerah Lasem dan Rembang (Jawa Tengah) hingga ke Tuban dan Sempadan, Surabaya (Jawa Timur). Sunan Bonang sangat toleransi terhadap keberadaan budaya lokal dalam proses syiar agama Islam. Budaya asli tidak dihilangkan dalam masyarakat, hanya diberi pengaruh ajaran agama Islam sehingga proses dakwah berlangsung secara damai dan hampir tidak menimbulkan konflik.
Salah satu metode dakawah yang digunakan oleh Sunan Bonang adalah melalui seni sastra. Sunan Bonang menciptakan suluk wujil. Suluk adalah karya sastra yang berisi ajaran tasawuf mengenai keesaan dan keberadaan Allah SWT. Tasawuf merupakan cara pengajaran agama Islam yang disesuaikan dengan kearifan budaya setempat. Suluk hasil karya Sunan Bonang adalah Suluk Wujil. Suluk Wujil berisi wejangan Sunan Bonang kepada abdinya yang bernama Wujil. Wujil sendiri merupakan seseorang yang berusaha mencapai keluhuran budi meski bentuk tubuhnya tidak normal.
Kontroversi Makam Sunan Bonang
Sunan Bonang wafat pada tahun 1525. Terdapat perbedaan versi mengenai tempat pemakanan Sunan Bonang karena murid Sunan Bonang saling berebut ingin memakamkan di beberapa lokasi. Saat ini terdapat tiga makam Sunan Bonang, yaitu di kota Tuban, di pulau Bawean, dan di daerah Rembang. Namun makam Sunan Bonang yang dianggap asli adalah yang berada di kota Tuban. Makam Sunan Bonang yang berada di kota Tuban terletak tepat di belakang Masjid Agung Tuban, sebelah barat alun-alun kota Tuban.
Makan Sunan Bonang ramai dikunjungi oleh para peziarah dari seluruh tanah air. Ratusan pedagang kaki lima memanfaatkan kunjungan tersebut dengan menjual beragam makanan dan kerajinan tangan khas Tuban. Misalnya minuman legen, buah siwalan, manik-manik, dan lain-lain. Setelah melakukan ziarah, biasanya para pengunjung akan menyempatkan diri menikmati pemandangan indah Masjid Agung Tuban dari alun-alun kota Tuban. Masjid yang telah direnovasi tersebut terlihat indah dan berwarna-warni.
Demikian artikel singkat yang membahas sejarah Sunan Bonang dalam melakukan syiar agama Islam di kota Tuban. Semoga artikel ini bisa berguna untuk menambah pengetahuan Anda mengenai kekayaan budaya Indonesia.
10 tanggapan untuk “Sejarah Sunan Bonang Menyebarkan Islam di Kota Tuban”
[…] tempat wisata di Tuban yang banyak dikunjungi masyarakat muslim adalah Makam Sunan Bonang. Saat ini Makam Sunan Bonang tampil lebih ciamik. Lokasi pasar kerajinan rakyat di pintu masuk tertata rapi. Kondisi ini lebih […]
Kisah yg bagus mas. Thanks.
Tokoh hebat perlu diketahui.
Kisah ini apakah diajarkan di sekolah?
Penyebaran agama Islam di Pulau Jawa memang umumnya dimulai dari daerah pesisir pantai. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa para pedagang pada zaman dahulu menggunakan transportasi laut untuk berkunjung dari satu daerah ke daerah yang lain dan pantai. Daerah Tuban merupakan salah satu wilayah yang cukup historis karena di sana banyak pedagang muslim yang menyebarkan agama dan berlanjut ke beberapa daerah di pulau Jawa.
Kota Tuban biasanya dikenal sebagai penghasil semen tapi wisata religi juga berkembang dengan pesat karena kreativitas pemerintah daerah tersebut.
Sunan Bonang adalah Kyai sekaligus sastrawan. karya-karyanya sangat legendaris dalam perkembangan budaya sastra di pulau Jawa.
Apakah ada peninggalan sejarah sunan bonang yg brbntuk rumah?
Sifat mulia beliau hrs kita contoh.
Tuban keren dan hebat!