Olimpiade Matematika dan Al-Quran (OMATIQ) Sanggar Genius Yatim Mandiri datang lagi tahun ini. Hari ini (2/9/2018) telah dilaksanakan seleksi OMATIQ di Sanggar Genius Guwo. Kegiatan ini terbilang terlambat sepekan setelah masa berkabung usai. Wafatnya Pak Ipul pekan lalu sedikit banyak mempengaruhi aktifitas sanggar belajar genius. Sebanyak enam anak didik sanggar genius mengikuti seleksi tingkat sanggar. Mereka tampak sudah terbiasa mengikuti lomba sehingga tidak tampak grogi saat mengerjakan soal tes.
Tes terbagi menjadi dua sesi, yaitu tes matematika dan tes agama. Keduanya dilakukan secara tertulis. Hasil tes ini akan menentukan siapa peserta didik yang akan berlomba di OMATIQ tingkat kabupaten. Selanjutnya, juara OMATIQ tingkat kabupaten akan ikut berlomba di Jakarta. Mereka tampak antusias mengikuti seleksi yang saya gelar tadi pagi di ruang kelas TPQ Al-Mujahiddin. Soal-soal seleksi terbilang sulit karena tidak diajarkan di sekolah formal. Kondisi pendidikan di Indonesia memang belum mengarah pada konsep kompetisi yang berarah dan berkelanjutan. Mereka berusaha memecahkan soal selama satu jam waktu tes dengan susah-payah.
Peserta didik yatim di Guwo yang mengikuti kegiatan tes ini terbilang menurun dibanding tahun lalu. Ada kecenderungan mereka enggan ikut belajar di sanggar genius. Anak-anak yatim itu seolah mengabaikan begitu saja kegiatan belajar di sanggar genius. Program ini dilaksanakan secara gratis dan berkelanjutan untuk mereka. Sebaliknya, anak-anak didik non yatim malah bersemangat belajar meski harus membayar. Anomali yang sungguh tidak menyenangkan karena tidak sesuai harapan. Anak-anak yatim yang terpinggirkan itu harus mendapat porsi lebih dalam pelayanan pendidikan di sanggar genius Yatim Mandiri.
Mendidik anak-anak yatim membutuhkan kesabaran ekstra. Kesabaran itu terutama dibutuhkan dalam rangka mengubah pola pikir anak yatim dan keluarga anak yatim. Anak yatim bukanlah sumber penghasilan dari hasil meminta-minta. Anak yatim bukan obyek untuk dijadikan ladang sumber belas kasihan. Sebaliknya, anak-anak yatim harus dilatih untuk tumbuh secara mandiri dan belajar tidak meminta. Melalui OMATIQ inilah Yayasan Yatim Mandiri berusaha mengangkat mental dan moral anak yatim agar bisa berprestasi lebih tinggi.
Semangat adik-adik! Walau tdk punya ayah kalian harus tetap bergembira dlm belajar.
Pemenang seleksi dari sanggar guwo siapa mas?
Mas Agus harus ekstra sabar saat mengajar anak yatim. Mereka adalah golden tiket ke surga. Semua kenakalan anak yatim inshaallah menjadi berkah.
Guru hebat selalu memberi inspirasi kebaikan. Jangan kasih kendor pak guru!
terimakasih telah membagikan page ini
Babak final kapan dilaksanakan?
Hadiahnya berapa mas? Kelanjutannya gimana?
Kpn babak semifinal tingkat kabupaten Jombang?
Semangat pak guru! Anak-anak yatim harus selalu didampingi. Tuhan selalu memberkati.
Pak Agus adalah pahlawan sejati bagi anak2 yatim di desa. Semoga keberkahan hidup selalu menyertai anda sekeluarga.
Giatlah belajar adik-adikku. Semoga Tuhan memberkatimu.
Good luck kids!
Pendidikan anak yatim adalah modal bagus utk masa depan mereka. Kita tidak boleh membiarkan anak yatim jadi pengemis. Mereka juga berhak jadi juragan.
Bgmn cara pak agus menyiapkan peserta lomba OMATIQ?
Mudah-mudahan anak yatim indonesia tumbuh sehat dan cerdas. Salut utk para pengasuh panti asuhan yg ikhlas merawat mereka.
Good luck anak yatim Indonesia! Semoga sukses.
Inilah saatnya anak yatim berprestasi.
Perjuangan kalian hari ini tidak akan pernah sia-sia. Yakinlah Allah akan membahagiakan hamba yg taat beribadah dan mencari ilmu.
Selamat belajar adik-adik genius…
Semangat anak-anak. Kalian luar biasa.
Aku juga anak yatim. Aku senang mas Agus peduli pada anak yatim.
Semangat terus anak yatim Indonesia. Kalian pasti bisa!