Takdir Membawa Langkahku ke Tebuireng

image

Saya tidak pernah berpikir akan menjadi bagian dari sejarah pendidikan berbasis pesantren di Tebuireng. Kawasan sakral produsen kyai dan cendekiawan muslim itu dulu hanya bisa saya pandangi dari jauh. Untuk sekedar bermain kesana pun saya takut. Seperti ada ribuan malaikat yang memagari Tebuireng dari langkah-langkah kemaksiatan. No place for guilty person. Pondok Pesantren Tebuireng terlihat angker dalam pandangan Agus kecil yang hidupnya kelilingi kaum Islam Abangan.

Roda kehidupan terus berputar. Meski puluhan tahun saya berkelana antar kota dalam propinsi laksana bis Akas, takdir membawa saya kembali ke kota kelahiran. Tebuireng saat ini menjadi tempat berkarir saya sekaligus madrasah mencari ilmu. Saya ingin menjadi bagian dari cerita sukses para negarawan Indonesia yang lahir dari kawah candradimuka Tebuireng. Disinilah tempat menempa diri untuk menjadi muslim yang mampu menghadirkan kemaslahatan bagi umat.

Pondok Pesantren Tebuireng dan sekitarnya sekarang menjadi rumah kedua bagi saya. Saya memiliki minat dan semangat yang besar untuk berkiprah disini. Tempat inilah yang mampu menghadirkan getar-getar di hati manakala saya melewati dari sisi timur jalan raya. Setiap kali mata memandang pilar-pilar Masjid MU, setiap kali bangunan itu mengokohkan langkah saya dalam menapaki kehidupan. Mungkin inilah kesempatan kedua yang telah diberikan Allah kepada saya. Saya ingin menebus kegagalan saya di masa lalu dengan mengabdikan diri disini.

Semoga terinspirasi. Enjoy blogging, enjoy writing!


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *