Kebiasaan Bertanam Petani Indonesia Jaman Dulu dan Perbedaannya dengan Petani Jaman Sekarang

Wisata Banyu Mili di Carang Wulung Wonosalam Jadi Obyek Wisata Terbaru dan Kekinian di Jombang

Kebiasaan bertanam para petani Indonesia jaman dulu sungguh menarik disimak. Jika hendak bertanam padi, pematang-pematang perlu diperbaiki. Hal ini penting untuk mengatur pengairan. Tetapi untuk tanaman lain, perlu pula diperhatikan saluran pembuangan atau drainase. Mencangkul tanah dimaksudkan untuk membalik-balik tanah. Sambil lalu membenamkan abu atau sisa-sisa tanaman yang masuk dalam tanah.

Selain itu, tanah perlu dipecah-pecah hingga menjadi lebih gembur serta mudah dikerjakan lebih lanjut. Misalnya diratakan atau dibuat bedeng-bedeng bagi tanaman yang memerlukan bedeng-bedeng. Untuk tanaman jagung dan kecang-kacangan, biji-bijinya ditanam langsung, tanpa memerlukan pesemaian. Lubang-lubang untuk menanamnya dibuat dengan panja, yaitu tongkat yang ujungnya runcing.

Lubang-lubang itu dibuat dengan jarak yang tertentu, diatur dalam deretan-deretan. Dengan demikian, jika biji-biji itu telah tumbuh akan menjadi deretan-deretan yang rapi. Hal ini akan sangat memudahkan pada waktu menyiangi rumput yang hidup di sela-sela tanaman. Untuk penanaman padi di sawah, agak lain cara pengerjaannya. Sawah untuk menanam padi adalah tanah pertanian yang basah. Artinya, memerlukan air yang banyak untuk menggenanginya.

Menggemburkan Tanah

Untuk petak-petak sawah yang luas, pekerjaan mencangkul dapat diganti dengan cara membajak. Selain meringankan tenaga, juga meringankan biaya. Dengan dibajak, tanah juga dibalik-balik. Sekaligus untuk membenamkan sisa-sisa tanaman ke dalam tanah. Setelah tanah dibajak, lalu tanah diratakan dan dihaluskan butiran-butirannya. Untuk ini digunakan garu atau sikat tanah.

Tanah di dalam sebuah petak sawah, harus rata benar permukaannya. Ini penting sekali untuk meratakan pengairannya. Setelah tanah itu cukup halus dan rata, tanah dibiarkan satu dua hari agar cukup mendapat udara dan sinar matahari. Setelah itu, tanah digenangi air sambil dilakukan penyemaian.

Setelah bibit padi berumur 25-40 hari, bibit tersebut dipindahkan ke dalam petak-petak sawah yang telah disiapkan. Cara menanamnya juga harus rapi berderet-deret dengan jarak tertentu. Jarak antara tanaman yang satu dengan yang lain harus dipertimbangkan. Sebab tanaman itu perlu ruang untuk membentuk rumpun. Sedangkan besar-kecilnya rumpun ini pada setiap jenis padi agak berlainan.

Jarak dan deretan-deretan tanaman ini sangat diperlukan. Selain rapi dan teratur, juga sangat memudahkan pekerjaan-pekerjaan berikutnya. Misalnya pada waktu pemberian pupuk ataupun pada waktu menyiangi. Ruang tumbuh tanaman pun cukup tersedia hingga setiap tanaman mendapat zat-zat makanan-nya secara rata. Udara dan sinar matahari juga lebih mudah masuk di sela-sela tanaman.

Pemindahan Bibit

Waktu untuk memindahkan bibit tanaman juga harus dipilih setepat-tepatnya. Pemindahan pada waktu sore hari akan diikuti malam yang sejuk dan lembab. Sehingga akar-akar tanaman yang baru dipindahkan sempat mengambil makanan dari dalam tanah.

Pemindahan di waktu pagi dapat menyebabkan tanaman yang baru dipindah terlalu cepat terkena sinar matahari sebelum sempat akar-akarnya mengambil makanan dari dalam tanah. Kondisi ini menyebabkan tanaman mudah menjadi layu. Kalau mungkin, pemindahan ini baik juga dilakukan pada waktu sehabis hujan.

Tidak semua tanaman muda dapat tumbuh baik. Kadang-kadang diperlukan penyulaman untuk menghindari agar tanaman sulaman tidak tumbuh terbelakang, maka bibit tanaman sulaman lebih baik dipilihkan yang agak lebih lanjut umurnya. Apabila perlu, tanaman lainnya dipangkas, agar hidupnya dapat bersamaan.

Rumput dan tanaman pengganggu lainnya yang ada di sekitar bibit tanaman perlu disiangi. Tanaman pengganggu ini ikut menghisap garam-garam mineral makanan tanaman pokok. Tentu saja ini akan mengurangi jatah bagi tanaman pokok. Menyiangi rumput-rumputan itu sebaiknya dilakukan sementara rumput-rumputan itu masih muda. Biarkanlah rumput-rumput itu setelah dicabuti sampai dengan akar-akar-nya, mengering di tanah itu, agar dapat pula membusuk menjadi bunga tanah.

tempat-wisata-alam-air-terjun-cuban-pitu-di-malang
Sumber foto: teguhtigor.wordpress.com

Sistem Pengairan

Baik tanaman di sawah maupun tanaman yang ada di ladang, semuanya membutuhkan air. Apalagi padi yang pada kejadiannya memang merupakan tumbuhan rawa. Ia sangat banyak memerlukan air. Tanaman yang kekurangan air akan merana hidupnya. Tetapi, tidak semua tanaman membutuhkan air yang sama jumlahnya. Kebutuhan air berbeda-beda pada beberapa jenis tanaman tertentu.

Air diperlukan untuk melarutkan garam-garam mineral yang ada di dalam tanah, agar mudah diserap oleh tumbuhan. Jika air kurang, garam-garam yang terlarut juga kurang. Tumbuhan akan kekurangan makanan yang dapat dihisapnya. Mengairi tanah, baik ladang maupun sawah, harus dijaga agar air tidak meluap. Sebaiknya, air dimasukkan ke dalam setiap petak melalui parit-parit yang teratur. Kemudian air itu dibuang melalui parit-parit pembuangan.

Tanah garapan yang tertimpa hujan lebat biasanya menjadi padat. Kondisi tanah seperti ini harus digemburkan kembali agar air dan udara dapat lebih mudah masuk ke dalam tanah. Pekerjaan ini disebut membunbun. Kegiatan ini dapat pula dilakukan sekaligus dengan cara membuang atau mencabuti rumput-rumputan.

Tanah yang telah digemburkan, memudahkan susunan akar berkembang dengan baik. Lebih baik lagi, jika membunbun ini dilakukan sambil menimbuni batang-batang tanaman sedikit di atas pangkal batang. Dengan demikian, tanaman itu akan lebih kokoh tertanam di tanah.

Pemupukan Tanaman

Guna pemupukan adalah untuk menambah zat-zat makanan kepada tanaman. Sekaligus untuk memperbaiki susunan tanah. Tanah yang terus-menerus ditanami tanpa diberi pemupukan, maka kesuburan tanah itu makin lama makin berkurang. Tentu saja ini akan mengurangi hasil panenan.

Pupuk yang digunakan, dapat berupa pupuk alam atau pupuk buatan. Yang termasuk pupuk alam contohnya adalah pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau. Kini, lebih banyak digunakan pupuk buatan untuk menyuburkan tanah. Ada beberapa macam pupuk buatan. Masing-masing khusus mengutamakan kandungan garam mineral yang tertentu. Misalnya, Urea dan ZA mengutamakan kandungan Nitrogen, DS (dubbel superposfat) serta TS (tripel superposfat) mengutamakan kandungan posfor. ZK dan K-nitrat mengutamakan kandungan kalium.

Pupuk kandang berasal dari kotoran hewan ternak, yaitu lembu, kerbau, kambing, kuda atau ayam. Pupuk kompos dibuat dari campuran sampah dan rumput-rumput serta sisa-sisa tanaman yang dibusukkan. Baik pupuk kandang maupun kompos, harus diperam yang cukup lama sebelum dipergunakan. Biarkan dulu mereka ini membusuk benar, agar unsur-unsur yang nantinya dibutuhkan oleh tumbuhan, terurai terlebih dulu.

Contoh pupuk hijau adalah tumbuhan hidup, seperti daun Turi, daun Orok-orok, daun Dadap serta daun Sengon. Tumbuhan pupuk hijau ini dapat menyumbangkan zat makanan yang dibutuhkan oleh tumbuhan lain, terutama nitrogen. Tanaman pupuk hijau ini ditanam di tepi-tepi pematang. Sewaktu-waktu, ranting-ranting yang berdaun masih muda dipangkas, agar lekas membusuk menjadi kompos.

Tumbuhan lain yang dapat dipergunakan sebagai pupuk hijau ialah tumbuhan jenis kacang-kacangan. Agar panenan berhasil baik, selain pemeliharaan tanah beserta tanamannya, juga perlu diperhatikan pemberantasan hama. Sebaiknya untuk pemberantasan hama yang baik jangan sampai merugikan tanaman itu sendiri. Tanyakanlah hal ini kepada Dinas Pertanian setempat tentu akan dilayani dengan memuaskan.

Proses Memanen

Akhirnya, tiba waktunya untuk dipungut hasil tanaman. Tiap-tiap tanaman mempunyai ciri-ciri tersendiri saat yang tepat untuk dipungut hasilnya. Misalnya, tanaman berbuah atau berbiji; ini mudah dilihat, yaitu setelah buah-buahnya masak; sayuran daun-daunan; dipungut sebelum tanaman itu berbunga; sayuran buah; dipungut hasilnya sebelum buahnya terlalu tua.

Beberapa tanaman hanya dapat dipungut panenannya sekali saja. Misalnya: padi, jagung, kedelai dan sebagainya; ketiga tanaman ini mudah ditentukan waktu panenannya. Tetapi ada juga tanaman yang hanya dipungut panennya sekali saja, sedangkan saat panenannya tidak begitu jelas. Misalnya ketela pohon, ubi jalar, kentang dan sebagainya.

Tanaman menahun dapat memberikan hasil sampai beberapa kali. Misalnya buah-buahan: pepaya, jeruk, rambutan, mangga dan sebagainya. Begitu pula tanaman usaha seperti: teh, kopi, serta kelapa. Waktu panen pun dapat dilakukan secara diatur.


Comments

11 tanggapan untuk “Kebiasaan Bertanam Petani Indonesia Jaman Dulu dan Perbedaannya dengan Petani Jaman Sekarang”

  1. Lengkap sekali Mas penjelasannya. Saya jadi mengetahui proses-proses bertanam para petani di Indoneisa. Saya jadi tahu proses menggemburkan tanah, pemindahan bibit, sistem pengairan, dan proses memanen

  2. Avatar Geoffani
    Geoffani

    Petani jaman now suka yg instan dan malas mengikuti proses.

  3. Avatar Siagian
    Siagian

    Artikel yg informatif mas. Thanks.

  4. lahan pertanian saya di supermarket. tinggal panen saat ada duit. wkwkwkwk.

  5. anak muda jaman now nggak suka bertani di sawah. bertaninya di pasar saham.

  6. Avatar Mizanudin
    Mizanudin

    Bertani tdk selalu berkubang dgn lumpur. Petani ganteng pun ada juga.

  7. Petani pintar akan menggunakan pikirannya utk mengakali alam.

  8. Wong yen gelem urip makmur, dadio petani nang ndeso.

  9. Iklim telah berubah secara bertahap. Cuaca sulit diprediksi jd tdk mudah bertani.

  10. Sawah jaman now tdk harus kepanasan

  11. Thanks infonya. Sangat membantu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *