Keunikan Ritual Pementasan Kesenian Besutan Dari Kabupaten Jombang

Sugeng enjang warga Jombang dan semua blogger Indonesia! Pada artikel sebelumnya blog The Jombang Taste telah membahas asal usul kesenian tradisional Besutan. Ternyata ada satu fakta unik yang mengiringi pembukaan pementasan seni teater tradisional Besutan dari Kabupaten Jombang. Apakah keunikan tersebut? Ikuti ceritanya di bawah ini.

Sebelum memulai pertunjukan teater rakyat Besutan, selalu diawali dengan semacam ritual yang berfungsi sebagai intro. Ritual ini menggambarkan bahwa Besut melambangkan masyarakat yang hidupnya terbelenggu, terjajah, terkebiri, dibutakan, dan hanya boleh berjalan menurut apa kata penguasa.

Karena setting teater ini mengambil masa pendudukan Jepang sebelum kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, maka penguasa waktu itu adalah Jepang. Sebagian pelaku seni berpendapat bahwa penjajah yang dimaksud adalah Belanda. Mungkin disini terdapat silang pendapat antara pendudukan Jepang atau Belanda. Yang pasti, karakter Besut merupakan perjuangan melawan penjajahan bangsa asing.

Cerita kesenian Besutan membawa pesan moral dan kritikan kepada para penjajah yang menjadikan rakyat Indonesia bodoh dan miskin. Ritual kesenian tradisional Besutan dari Kabupaten Jombang selalu dimulai dengan Pembawa Obor yang berjalan dengan penuh waspada. Pembawa Obor berjalan dengan hati-hati dan terus mengendalikan langkah Besut yang ada di belakangnya.

Lambang Perjuangan Rakyat Indonesia

Besut yang matanya terpejam (dilarang banyak tahu), mulutnya tersumbat susur (dilarang berpendapat), dan berjalan ngesot (merayap) mengikuti kemana obor bergerak. Besut selalu sigap menanti setiap peluang untuk merebut obor yang menyala di tangan Pembawa Obor. Pada satu kesempatan, Besut meloncat berdiri dan tangannya berusaha merebut pegangan obor.

Besut menyemprotkan susur di mulutnya dengan sekuat tenaga ke arah nyala obor hingga padam. Setelah nyala api obor padam, mendadak matanya terbuka. Mulutnya pun bebas dan langsung menari dengan heroik. Setelah menari, Besut melanjutkan adegan pementasan dengan kidungan khas Jombang. Dari situlah teater tradisional Jombang ini baru masuk ke dalam lakon yang akan diangkat.

Ritual sebelum pementasan kesenian Besutan dari Jombang ini terkesan unik. Busana yang dipakai oleh Besut sangat sederhana. Tubuhnya dibalut kain putih yang melambangkan kebersihan jiwa dan raga. Tali lawe melilit di perutnya melambangkan kesatuan yang kuat. Besut menggunakan tutup kepala berwarna merah yang melambangkan keberanian tinggi.

Sedangkan busana yang dipakai oleh Rusmini merupakan busana tradisional khas Kabupaten Jombang. Rusmini menggunakan kain jarik, kebaya dan kerudung lepas. Man Gondo, paman Rusmini, berbusana Jawa Timur-an. Sedangkan Sumo Gambar berbusana ala pria Madura. Pemilihan busana para lakon dalam pementasan kesenian tradisional Besutan ini menjadi pakem sekaligus keunikan pentas.

Demikian cerita singkat keunikan ritual yang dilakukan para seniman ketika melakukan openning (pembukaan) seni teater tradisional Besutan dari Jombang. Selain Besutan masih ada beberapa kesenian lain yang akan saya bahas. Jangan lewatkan kisah selanjutnya hanya di blog The Jombang Taste. Mari kenali budaya negeri sendiri!

Referensi: Medali MGMP Kabupaten Jombang


Comments

5 tanggapan untuk “Keunikan Ritual Pementasan Kesenian Besutan Dari Kabupaten Jombang”

  1. […] berbatasan alam dengan Kabupaten Mojokerto, Lamongan, Nganjuk, dan Kediri. Asal usul terjadinya Kabupaten Jombang tidak terlepas dari legenda pertarungan Kebo Kicak dan Surontanu. Wilayah pertarungan dua manusia […]

  2. Avatar Blog Sejarah
    Blog Sejarah

    Bagus mas. Terima kasih.

  3. Lebih unik lagi karena ada waria dlm pentas ludruk. Bikin acara jadi heboh cyiiiin….

  4. Apakah skrg besutan masih ada?

  5. Avatar Teachman
    Teachman

    Syukron kak…

Tinggalkan Balasan ke Blog Sejarah Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *