Menelusuri Sejarah dan Asal Usul Seni Musik Daerah Jombang

Contoh alat musik tradisional Jawa berupa patrol tradisional kenthongan
Contoh alat musik tradisional Jawa berupa patrol tradisional kenthongan

Apa kabar sobat blogger Jombang? Salah satu pengisi semarak kehidupan adalah seni musik daerah. Musik daerah hadir sangat dekat di sekitar kita. Bahkan, Anda mungkin berinteraksi dengan musik daerah setiap hari namun Anda tidak menyadarinya. Anda tentu mengenal seni musik patrol modern, seni musik cokekan, seni pertunjukan ludruk, seni pertunjukan lerok, seni kuda lumping, bantengan, dan beragam seni budaya khas Jombang lainnya. Lalu, apakah pengertian seni musik daerah?

Menurut MGMP Seni Budaya Kabupaten Jombang, untuk mendefinisikan seni musik daerah, kata seni musik daerah dibagi menjadi dua, yaitu seni musik dan daerah. Seni musik merupakan salah satu cabang seni pertunjukan yang menggunakan suara manusia dan atau instrumen sebagai media utamanya. Jadi, musik bukan hanya berkenaan dengan alat-alat musik yang ditabuh pemain musik tetapi juga suara penabuhnya. Sedangkan daerah dapat dipahami sebagai tempat dimana musik tersebut lahir, hidup dan berkembang. Misalkan, daerah Tapanuli, daerah Batak, daerah Lombok, dan lain-lain.

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku dan budaya. Dalam konteks budaya, terdapat banyak bentuk-bentuk tradisi sebagai kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Tradisi tersebut berperan sebagai kebiasaan turun-temurun yang pelaksanaannya melibatkan banyak perabot yang berfungsi sebagai kebutuhan primer maupun pelengkap dalam tradisi mereka. Salah satu perabot di dalamnya adalah seni musik daerah. Contoh sederhana penggunaan perabot dalam tradisi masyarakat adalah penggunaan musik tanjidor dalam hajatan masyarakat Betawi.

Sebagai bagian dari tradisi, kehidupan seni musik daerah berbaur menyatu dengan kehidupan masyarakat pendukungnya. Sehingga dinamika kehidupan masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap eksistensinya. Hal ini sangat dimungkinkan rnengingat seni musik daerah berpijak dari akar daerah dimana mereka lahir, hidup, dan berkembang. Misalkan, kepercayaan masyarakat Jawa terhadap anak ontang-anting atau anak tunggal harus diruwat melalui upacara adat ngruwat dengan cara melaksanakan pagelaran seni wayang kulit. Ngruwat sudah menjadi kebutuhan masyarakat Jawa sehingga penggunaan alat-alat musik daerah pun menjadi kebutuhan utama.

Cara Memahami Seni Musik Daerah

Masih menurut MGMP Seni Budaya Kabupaten Jombang, bagi masyarakat, substansi dan pernik-pernik yang terdapat di dalam suatu bentuk seni musik daerah dapat digunakan untuk memahami bentuk musik daerah yang dijumpainya. Proses pemahaman dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu audio dan audio-visual. Memahami seni musik daerah secara audio dilakukan dengan cara mendengarkan suara instrumen, vokal, atau campuran melalui radio, tape recorder, dan lainnya. Proses pemahaman ini lebih menekankan pada rangsang pendengaran dengan indera telinga sebagai sumber utama kegiatan. Ketajaman kemampuan pendengaran berperan penting dalam kegiatan ini.

Sedangkan memahami seni musik daerah secara audio-visual dilakukan tidak hanya dengan cara mendengarkan saja, melainkan harus dengan melihat. Proses pemahaman ini melibatkan dua indera sebagai sumber utama kegiatan, yaitu telinga dan mata. Hasil pengamatannya menjadi lebih lengkap dan terpadu karena disamping menikmati sebuah sajian musik daerah, seorang audien dapat pula mengetahui teknik permainan dan bentuk instrumennya. Lebih menarik lagi, audien dapat meniru cara memainkan alat musik daerah dengan cara menyaksikan secara langsung pertunjukan seni musik daerah.

Bahkan dalam tataran yang lebih tinggi, seorang audien dapat pula membedakan masing-masing teknik dan bentuk instrumennya melalui pengamatan audio-visual. Seni musik daerah merupakan suatu cabang seni yang kompleks. Banyak unsur-unsur terdapat di dalamnya dan saling bahu membahu untuk membentuk satu kesatuan demi terwujudnya sebuah sajian yang harmonis, enak didengar, dan dipandang. Suara, gerak tari, kostum, dan kerjasama para seniman berpadu secara harmonis dalam pentas seni musik daerah.

Sholawat Seribu Rebana dan Musik Patrol di Hari Lahir UNHASY Tebuireng ke-49
Sholawat Seribu Rebana dan Musik Patrol di Hari Lahir UNHASY Tebuireng ke-49

Kearifan Lokal Seni Musik Daerah

Ketergantungan antara unsur yang satu dengan lainnya menjadi sesuatu yang penting dalam sebuah penyajian seni musik daerah. Suatu sajian musik akan berkurang kualitasnya apabila unsur-unsur yang ada di dalamnya kurang maksimal dalam bekerja sama. Itulah sebabnya dalam bentuk-bentuk musik daerah penyajiannya cenderung bersifat kolektivitas atau dilakukan secara berkelompok. Sangat jarang kita jumpai seni musik daerah ditampilkan secara tunggal atau solo karena fungsi lain dari seni musik daerah adalah untuk memperkuat semangat kebersamaan antar warga.

Nilai kebersamaan sebagai perwujudan sifat gotong-royong menjadi bagian yang tidak terpisahkan, meskipun unsur individualismse sebagai bagian dari karakter instrumen selalu mewarnai pola-pola permainannya. Pada prinsipnya instrumen-instrumen dalam seni musik daerah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan musikal terhadap lagu atau gending yang disajikan. Namun demikian, karena sangat kental unsur kedaerahannya, maka keanekaragaman bentuk instrumen yang terdapat dalam setiap bentuk musik daerah dapat pula menjadi salah satu atribut daerah setempat. Sehingga beberapa instrumen musik identik dengan daerah asalnya.

Contoh perkembangan seni musik daerah yang saat ini sedang trend di Kabupaten Jombang adalah seni patrol modern. Sepuluh tahun lalu masyarakat Jombang mengenal patrol sebagai bagian dari aktifitas ronda malam untuk menjaga keamanan di desa-desa. Namun berbeda halnya ketika tiga tahun lalu sekelompok seniman muda di Dusun Mlaten Desa Menganto Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang berkreasi mengubah patrol bukan hanya kentongan dan penabuhnya, namun hadir pula beragam instrumen musik modern. Saat ini seni musik patrol modern telah berkembang menjadi salah satu pertunjukan rakyat yang menghibur sekaligus penarik massa.

Dalam konteks penggunaan alat musik modern, disamping sebagai unsur pembentuk musikalitas, instrumen juga berperan sebagai unsur non musikalitas yang kehadirannya lebih mengarah pada bentuk bukan pada fungsinya. Unsur non musikalitas dalam seni musik daerah lebih berfungsi kepada identitas daerah dari daerah dimana mereka hidup. Hal ini terlihat dari bahasa dan kostum yang menyertai sebuah sajian musik daerah.

Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa daerah merupakan alat komunikasi masyarakat dalam menjalani aktifitasnya. Meskipun sudah ada pembakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional sebagaimana tertuang dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, namun kehidupan bahasa daerah sebagai media utama pergaulan antar masyarakat masih sangat dominan.

Dialek-dialek sebagai ciri masyarakat daerah tertentu masih banyak dijumpai. Hal ini berimbas pula ke dalam syair-syair lagu daerah. Banyak syair-syair dengan menggunakan bahasa daerah setempat, misalnya untuk daerah Jawa Barat menggunakan bahasa Sunda, daerah Bali menggunakan bahasa daerah Bali, Daerah lstimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan bahasa Jawa khas mereka, dan lain sebagainya. Semoga artikel ini bisa menginspirasi Anda untuk lebih mencintai kebudayaan daerah sebagai akar dari kebudayaan nasional.


Comments

7 tanggapan untuk “Menelusuri Sejarah dan Asal Usul Seni Musik Daerah Jombang”

  1. makin cinta aja nih sama keragaman negara indonesia…

  2. Kesenian yang sekarang sudah jarang untuk ditemui :'(

  3. wah, kesenian yang seperti itu harus di jaga nih, agar tidak sampai punah

  4. Avatar Den Abi
    Den Abi

    Jombang is my love city.

  5. Avatar Garten
    Garten

    Kesenian modern menguasai kids jaman now via smartphone.

  6. Apakah di mojowarno msh ada sanggar tari?

  7. Apakah ada buku yabg membahas kesenian musik daerah jombang? Tolong beritahu saya judulnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *