Musim Hujan Datang, Musim Bolos Berkembang

tempat-wisata-alam-air-terjun-cuban-pitu-di-malang
Sumber foto: teguhtigor.wordpress.com

Cuaca hujan telah mengisi hari-hari di bulan November kemarin. Dan tampaknya kondisi itu tidak akan berubah selama Desember ini. Sesuai prediksi masyarakat, puncak hujan terjadi di penghujung tahun 2016 ini. Keadaan ini banyak mempengaruhi aktifitas belajar murid-murid sekolah. Mereka cenderung sulit berkonsentrasi saat cuaca mendung dan angin bertiup kencang pada pertengahan hari.

Saya bersyukur sekolah tempat saya mengajar relatif aman dari bahaya banjir, sambaran petir, pohon tumbang, maupun berbagai bencana alam lain akibat tingginya curah hujan. Kalaupun beberapa hari lalu sempat dikejutkan robohnya pohon waru di sisi timur sekolah, hal itu tidak mempengaruhi kelancaran aktifitas belajar mengajar.

Dampak musim hujan bagi anak sekolahan yang paling terasa adalah munculnya berbagai macam penyakit khas musim hujan, misalnya diare dan kulit gatal. Semakin hari semakin banyak keluhan siswa minta obat ringan ke kotak P3K. Menurunnya tingkat kebersihan lingkungan tempat tinggal anak ditengarai sebagai pemicu berkembangnya kuman dan bakteri penyebab sakit perut dan gatal-gatal pada kulit.

Kondisi lebih buruk dialami taman pendidikan Al-Quran atau TPQ tempat saya mengajar menjelang Maulid Nabi. Tingkat kehadiran santri menurun hingga lima puluh persen selama musim hujan berlangsung sebulan terakhir. Rendahnya kesadaran orang tua untuk menganjurkan anaknya belajar di TPQ diiringi oleh berkurangnya motivasi belajar para santri mendukung perlambatan proses pendidikan Islami di TPQ. Mereka lebih suka berdiam di rumah saat udara dingin melanda pedesaan.

Meskipun saat ini telah hadir mata pelajaran muatan lokal keagamaan di SD dan SMP, baik sekolah negeri maupun swasta, namun kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang ini tidak serta merta mampu meningkatkan kualitas keimanan peserta didik. Jika ukurannya adalah tingkat partisipasi mengaji di TPQ memang benar meningkat. Namun itu baru nilai kuantitatif di atas kertas. Selebihnya masih perlu usaha ekstra dalam mendidik keagamaan anak.

Musim hujan seharusnya tidak menjadi hambatan bagi pengembangan pendidikan anak. Kalaupun orang tua lebih takut basah oleh air hujan daripada terbakar api neraka, maka pihak yang memerlukan edukasi bukan hanya anak-anak tetapi juga seluruh anggota keluarga. Bolos mengaji bisa ditoleransi jika dalam sebulan dilakukan tidak lebih dari tiga kali. Namun keadaan menjadi lebih memprihatinkan saat kelonggaran aturan TPQ dijadikan alasan pembenaran perilaku tidak terpuji. Semoga tulisan sederhana ini bisa memberi inspirasi untuk Anda.


Comments

4 tanggapan untuk “Musim Hujan Datang, Musim Bolos Berkembang”

  1. Avatar Santri Paculgowang
    Santri Paculgowang

    Pada proses pemberdayaan, salah satu penekanannya adalah pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat, agar individu di dalam masyarakat menjadi lebih berdaya.

  2. Avatar Ustadz Shokib
    Ustadz Shokib

    Selamat berjuang. Semoga ilmunya barokah.

  3. Semoga mas Agus bisa konsisten mengajar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *