Pasang Surut Kesenian Jombang, Habis Patrol Modern Terbitlah Al-Banjari

Sholawat Seribu Rebana dan Musik Patrol di Hari Lahir UNHASY Tebuireng ke-49
Sholawat Seribu Rebana dan Musik Patrol di Hari Lahir UNHASY Tebuireng ke-49

Selera manusia dalam hal berkesenian selalu berubah seiring dengan perjalanan waktu. Tiga tahun yang lalu Jombang dipenuhi oleh berkembangnya kelompok seniman patrol modern Jombangan. Selama setahun terakhir ini gaung kesenian Patrol Modern di Jombang semakin berkurang hingga pada akhirnya hanya menyisakan beberapa grup Patrol Modern saja. Hal itu tampak pada Perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada karnaval budaya Jombang di bulan Agustus status dan September 2019 kemarin.

Kehadiran kesenian Patrol Modern kiranya tidak didukung oleh pendanaan yang cukup dan pembinaan generasi muda yang berkelanjutan sehingga hal ini memutus rantai pelestarian budaya patrol modern secara perlahan. Selain itu, manajemen organisasi yang buruk ditengarai menjadi faktor penting dibalik bubarnya sebagian besar grup patrol modern di Jombang. Passion berkesenian telah dikotori oleh sejumlah oknum pebisnis yang mengutamakan materi daripada ekspresi diri dalam seni.

Selain seni patrol modern, Kabupaten Jombang juga memiliki kesenian Islami Sholawat Al Banjari. Keberadaan Sholawat Al Banjari telah hadir lebih dulu daripada kesenian patrol moder. Namun meskipun sempat tersisih selama beberapa tahun sejak adanya kesenian Patrol Modern, nyatanya sampai sekarang kesenian Islami Sholawat Al Banjari masih banyak disukai oleh remaja. Anak-anak pun mulai mengikuti pelatihan menabuh alat musik al-banjari. Sebagian diantara mereka memilih posisi vokal sholawat untuk mengekspresikan diri.

Pemukul Alat Musik Banjari di Gebyar Sholawat Murid SD
Pemukul Alat Musik Al Banjari di Acara Gebyar Sholawat Murid SD

Eksistensi kesenian Islami Sholawat Al Banjari tidak terlepas dari dukungan masyarakat yang sering menggunakan jasa grup Sholawat Al Banjari untuk memeriahkan hajatan warga, baik pernikahan maupun khitanan yang digelar secara Islami. Hal ini berbeda dengan fungsi kesenian patrol modern yang umumnya dihadirkan sebagai pembuka acara pesta rakyat maupun hajatan yang tidak bersifat keagamaan. Setiap kelompok masyarakat memiliki cara yang berbeda dalam merayakan sebuah acara kebersamaan.

Mempengaruhi Pendidikan Anak

Pasang surut perkembangan kesenian daerah di Kabupaten Jombang turut mempengaruhi selera anak-anak dan remaja di yang tinggal di kota santri ini. Entah mereka yang terkena pengaruh kebudayaan daerah atau justru tingkah laku mereka yang mempengaruhi selera masyarakat dalam menikmati kebudayaan daerah Jombangan. Kedua hal ini tampaknya memiliki hubungan timbal balik yang saling terkait satu sama lain dan bersifat dinamis.

Masih teringat jelas dalam memori penulis pada pengalaman penulis hidup di desa. Setiap anak pasti bersorak kegirangan saat mendengar suara alat musik Patrol Modern ditabuh oleh para pengamen dalam kurun waktu  tiga tahun lalu. Meskipun jarak lokasi tanggapan kesenian patrol modern dengan rumah mereka cukup jauh namun mereka masih mau menghadiri acara nonton patrol. Hal itu terjadi selama tiga tahun lalu namun sekarang jarang terjadi di masyarakat.

Penampilan kesenian Islami Sholawat Al Banjari memungkinkan setiap warga untuk bisa mendengarkan lagu-lagu Islami yang diiringi dengan tabuhan alat musik Al Banjari yang menyerupai rebana. Lalu muncullah kelompok pecinta sholawat yang tergabung dalam jamaah Sholawat Seribu Rebana di Kabupaten Jombang. Kegiatan Sholawat Seribu Rebana dilaksanakan secara rutin di berbagai kecamatan dan desa di seluruh kabupaten Jombang. Jumlah jamaah Sholawat Seribu Rebana pun mencapai ratusan ribu. Hal inilah yang membentuk dua kelompok utama dari jenis kesenian daerah di Kabupaten Jombang. Satu kelompok mencintai kesenian Patrol Modern dan kelompok lain menyukai Sholawat Al Banjari sebagai bagian dari media ekspresi diri sekaligus kepatuhan dalam beribadah.

Gebyar Sholawat Banjari Pelajar SD Mojowarno Jombang
Gebyar Sholawat Banjari Pelajar SD Mojowarno Jombang

Tidak ada yang perlu dipersoalkan mengapa kesenian patrol modern semakin sedikit peminatnya dan kurang berkembang selama beberapa waktu terakhir ini. Setiap masa memiliki ciri khas tersendiri. Selera masyarakat pun berubah sesuai dengan naluri mereka untuk mendapatkan kesenangan hidup dan kebahagiaan dalam mengisi waktu luang mereka. Jenis sajian musik yang mereka perdengarkan pun telah mengalami personalisasi sehingga setiap orang memiliki referensi jenis musik yang berbeda untuk mendapatkan kesenangan diri.

Apapun jenis kesenian daerah Jombang yang anda sukai, hal itu adalah hak Anda untuk menikmati hasil cipta, karya dan karsa manusia warga Jombang. Namun selama anda bisa melestarikan kebudayaan itu, baik secara ucapan maupun tindakan, maka anda bisa berperan mempertahankan kesenian khas Jombangan itu sehingga tetap lestari dalam aktivitas kehidupan seni dan budaya masyarakat Jombang.


Comments

2 tanggapan untuk “Pasang Surut Kesenian Jombang, Habis Patrol Modern Terbitlah Al-Banjari”

  1. Sekarang ini ada berapa jumlah grup patrol modern Jombang yang masih aktif melakukan latihan? Kalau mas Agus ada info nomor teleponnya tolong dishare sekalian. terima kasih.

  2. Apapun kesenian rakyat yang berkembang di Kabupaten Jombang semuanya harus kita syukuri karena kebudayaan daerah seperti inilah yang mampu memberi ciri khas tersendiri bagi kehidupan warganya.

Tinggalkan Balasan ke Rita Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *