Tradisi Jawa Menghitung Hari Baik Berdasarkan Weton Seseorang

Sejarah Teknologi dan Kesenian Masa Majapahit

Apa kabar kawan-kawan blogger Jombang? The Jombang Taste kembali membahas sejarah Kerajaan Majapahit. Keagungan karya arsitektural masa Majapahit yang dapat disaksikan kini tidak lain merupakan cerminan dari kemampuan mewujudkan simbol dan spirit religius dewa-dewi melalui perpaduan keunggulan teknologi rancang bangun dan kesenian. Sosoknya hadir dalam percandian yang dipersembahkan sebagai pendharmaan bagi raja, titisan Sang Dewa yang mangkat.

Buku Mengenal Kepurbakalaan Majapahit di Daerah Trowulan yang ditulis oleh tiga sejarahwan Drs. I Made Kusumajaya, S.Si., Drs. Aris Soviyani, M. Hum., dan Wicaksono Dwi Nugroho, M. Hum menyebutkan bahwa Kitab Negarakertagama menyebutkan terdapat 27 buah percandian di Kerajaan Majapahit, tetapi hanya beberapa diantaranya yang masih dapat kita kenali saat ini seperti Candi Singosari, Candi Kidal, Candi Jago, Candi Jawi, Candi Simping dan Bhayalango.

Ciri yang menyertai percandian Majapahit adalah kaki candi yang tinggi bertingkat dengan tubuh candi dibalut bingkai melingkar dan atap candi yang tinggi menyita pandangan. Penampilan secara kasat mata ini membedakan candi-candi peninggalan Majapahit dengan candi-candi di Jawa Tengah yang umumnya berbentuk gemuk. Selain itu, kita juga mengenal arsitektur Majapahit dari bangunan profan, bangunan yang bukan bersifat religius, misalnya bangunan gapura Wringin Lawang, pertirtaan Candi Tikus dan kolam Segaran.

Selain dari sumber dalam negeri, sejarah seni bangunan Majapahit juga digali dari berita luar negeri. Potret arsitektur perkotaan Majapahit selintas tergambar dari sebuah kesaksian musafir Cina Ma Huan, penulis Kitab Ying-Yai Sheng-Lan. Majapahit atau Man-Che-Po-i digambarkan sebagai tempat tinggal raja yang dikelilingi tembok bata. Keraton tampak seperti rumah bertingkat dan atapnya terbuat dari kayu tipis yang disusun seperti ubin keramik (sirap).

Lantai bangunan Majapahit terbuat dari papan yang ditutupi anyaman tikar pandan atau rotan. Rumah penduduk biasa umumnya beratap jerami. Mereka memiliki peti dari batu yang dipakai untuk menyimpan harta benda milik pribadi. Seni arsitektur ini lazim ditemukan dalam pemukiman masyarakat Jawa sampai saat ini. Jika kita berkunjung ke pedesaan di Mojokerto, Jombang dan sekitarnya, bentuk bangunan yang digambarkan Ma Huan memang benar demikian adanya.

Kemudian berdasarkan berbagai sumber seperti relief candi di Jawa Timur dan miniatur rumah terakota, maka dapat diperkirakan bentuk arsitektur bangunan rumah tinggal pada masa Majapahit. Pada masa awal diperkirakan konstruksi bangunan terbuat dari kayu yang berdiri di atas batur. Di dalam rumah tersebut belum terdapat pembatas ruangan secara permanen. Penutup atapnya genteng. Bangunan seperti ini mungkin digunakan sebagai pendopo atau bale, tempat istirahat dan tidur. Pada masa akhir Majapahit, rumah tinggal sudah memiliki pembatas.

Sholawat Seribu Rebana dan Musik Patrol di Hari Lahir UNHASY Tebuireng ke-49
Sholawat Seribu Rebana dan Musik Patrol di Hari Lahir UNHASY Tebuireng ke-49

Berdasarkan berbagai sumber tertulis didapatkan pula gambaran mengenai tata ruang perkotaan Majapahit. Kota Majapahit berorientasi ke utara. Semua bagian penting berada di utara termasuk keraton. Pemukiman rakyat berada di sebelah selatan. Pola kota terbagi menjadi sembilan zona yang dibatasi oleh jalan-jalan yang berpotongan. Tempat tinggal raja terletak di tengah, sedangkan bangunan suci berada di sebelah barat daya kota.

Namur demikian, hanya dengan pengujian arkeologis kita dapat memastikan apakah pola seperti ini yang digunakan pada masa Majapahit. Di Situs Trowulan juga ditemukan pula jenis-jenis barang yang terbuat dari lempung bakar atau terakota dalam jumlah yang sangat melimpah. Dapat disimpulkan bahwa ketika itu terakota sangat berperan dalam kehidupan penduduk kota. Sebagian besar alat-alat rumah tangga masyarakat Majapahit terbuat dari bahan tanah liat yang dibakar.

Terakota Majapahit dari Situs Trowulan amat kaya ragamnya, di antaranya seperti unsur bangunan (bata, genteng, jobong sumur, pipa saluran), wadah (periuk, pasu, kendi, tempayan, jambangan), hiasan (hiasan pilar bangunan, boneka, vas bunga), ritus religi (sesaji, meterai) dan alat kebutuhan praktis lainnya seperti timbangan dan lampu (clupak).

Sebagian besar terakota ini diduga merupakan buatan setempat karena ditemukan alat produksinya yang berupa pelandas. Selain terakota, di Situs Trowulan banyak ditemukan juga berbagai benda yang terbuat dari bahan logam dan batu seperti genta, guci amerta dan arca, yang telah memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Kita dapat menyaksikan berbagai tinggalan masa Majapahit di Koleksi Pusat Informasi Majapahit atau lebih dikenal Museum Trowulan. Mari lestarikan kekayaan budaya Nusantara!


Comments

3 tanggapan untuk “Sejarah Teknologi dan Kesenian Masa Majapahit”

  1. […] Pendopo Agung termasuk wilayah Dusun Nglinguk, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Nama Pendopo Agung diberikan pada situs ini karena pada saat ini telah berdiri pendopo yang […]

  2. […] Segaran merupakan salah satu dari 32 waduk atau kolam kuno Majapahit yang masih dapat disaksikan sekarang ini. Orang yang pertama kali menemukan kolam ini adalah Ir. […]

  3. Avatar TJT Nosuch
    TJT Nosuch

    Saya percaya bahwa kebudayaan Atlantis di masa lalu adalah Indonesia masa sekarang. Kemajuan teknologi orang-orang suku Jawa telah menjadi bukti bahwa bekas bekas kerajaan Atlantis masih ada di sini di Pulau Jawa. Semoga penduduk Dunia makin terbuka mata mereka akan fakta ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *