Seni Patrol Modern Mulai Loyo di Bulan Puasa

Sholawat Seribu Rebana dan Musik Patrol di Hari Lahir UNHASY Tebuireng ke-49
Sholawat Seribu Rebana dan Musik Patrol di Hari Lahir UNHASY Tebuireng ke-49

Memasuki pekan kedua bulan Ramadhan 1439 H ini makin terasa khusyu’nya beribadah puasa. Tingkah laku manusia sudah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan berhawa puasa. Saya bisa melihat warung-warung tutup di siang hari dan baru buka di malam hari. Anak-anak pun sepertinya sadar bahwa mereka tidak boleh makan dan minum semaunya. Selanjutnya, para seniman penabuh alat musik patrol juga mampu menempatkan diri dengan benar di tengah kehidupan masyarakat muslim. Mereka bermanfaat dalam hal membangunkan warga untuk makan sahur di pagi hari.

Awalnya saya agak was-was dengan keberadaan grup patrol modern di desa-desa di Kecamatan Mojowarno yang aktif bergerak selama bulan puasa. Masih teringat kejadian tahun lalu saat dua kelompok patrol dari dua desa terlibat aksi tawuran saat mereka sedang beronda di pagi buta. Niat semula membangunkan warga untuk makan sahur berubah jadi tindakan kriminal. Oleh karena itu, dua orang ketua grup patrol di Dusun Guwo telah diundang dalam musyawarah persiapan ibadah Ramadhan akhir bulan Sya’ban lalu. Keberadaan mereka dapat mewakili suara seniman dalam hiruk-pikuk ibadah Ramadhan.

Tidak ada perwakilan kelompok seniman patrol di acara musyawarah itu. Padahal salah satu poin penting keputusan musyawarah adalah mengatur ‘jam tayang’ grup patrol yang berkisar antara pukul 02.00 dini hari sampai 04.00. Dalam prakteknya, para penabuh patrol beronda keliling kampung pada jam 02.00 sampai jam 03.00 saja. Tentu saja durasi penampilan seni jalanan ini lebih pendek daripada tahun lalu yang berlangsung dari jam 01.00 sampai jam 03.40. Ada kesan pemain patrol mulai enggan menabuh lagi. Jangankan bermusik di bulan puasa, pada bulan-bulan biasa pun selama sepuluh bulan terakhir ini mereka sudah tidak terdengar berlatih patrol.

Setiap masa memiliki cerita tersendiri. Maju dan mundurnya kesenian pun turut dipengaruhi oleh kisah hidup manusia yang menjalaninya. Selera masyarakat terus berubah seiring perubahan pola hidup masyarakat. Kesenian patrol modern pun tak luput dari terjangan trend yang bersifat musiman. Masyarakat pun mudah lupa terhadap karya orang lain. Sekarang suka, belum tentu besok masih suka. Seniman harus terus aktif berkarya supaya mampu menarik minat warga. Mari kita lihat perkembangan seni patrol modern. Jika masih disuka warga, itulah bukti seni patrol mendapat hati warga.


Comments

7 tanggapan untuk “Seni Patrol Modern Mulai Loyo di Bulan Puasa”

  1. Avatar Hajid
    Hajid

    Bukan loyo. Mungkin lebih tepat disebut sebagai penghormatan kpd bulan suci.

  2. Avatar Alarik
    Alarik

    Seni patrol punya masa ngetop dan waktu mundur.

  3. Avatar Pitoyo
    Pitoyo

    Namanya saja trend. Pasti ada masa sepi dan rame peminat.

  4. Sepi job. Jadi mereka mulai males.

  5. Avatar Arton
    Arton

    Menghormati bulan puasa itu baik.

  6. Alat patrol nya sdh dijual buat cari makan.

  7. […] yang berbeda pada pelaksanaan puasa di bulan Ramadhan tahun ini. Keberadaan kelompok seniman patrol modern Jombang mulai berkurang pada pelaksanaan kegiatan membangunkan makan sahur. Pada tahun lalu masih […]

Tinggalkan Balasan ke Hajid Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *