Jangan bergantung kepada manusia. Menggantungkan diri itu pada Tuhan. Itulah pelajaran hidup yang bisa saya ambil saat ini. Sebaik apapun manusia itu, entah bernama keluarga maupun sahabat, mereka tidak akan bisa menjamin kita menjadi apa dan dihargai di masa depan. Terlebih lagi dalam mencari kawan. Jangan terlalu berharap si A akan menjadi kawan sejati hidup Anda. Berhentilah berpikiran si B akan menjadi sahabat terbaik Anda.
Kenapa saya apatis dalama persahabatan? Apakah saya termasuk orang yang pesimis dalam menyikapi hidup? Entahlah. Anda bisa berkomentar apapun terkait pilihan sikap saya yang satu ini. Namun jika saya berkaca pada pengalaman hidup akhir-akhir ini, rasanya terlalu naif kalau Anda menyatakan menemukan teman terbaik pada beberapa bulan saja. Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan. Anda dan dia butuh waktu untuk menguji diri.
Sekali lagi, yang diuji adalah kedua belah pihak, bukan salah satu. Mungkin Anda memang termasuk orang yang loyal dan memegang janji. Tapi belum tentu kawan Anda. Atau bahkan sebaliknya. Kawan Anda sudah berjuang habis-habisan untuk memahami Anda, namun Anda malah menutup diri dari memandang orang lain. Jadi, bersikaplah sewajarnya dalam memandang hidup. Jangan terlalu senang, juga jangan terlalu bersedih ketika menghadapi kenyataan ditinggalkan sahabat Anda.
Semoga artikel ini bisa memberi inspirasi untuk Anda. Enjoy blogging, enjoy writing!
Tinggalkan Balasan