Sejarah Metode Pendidikan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang

Sejarah Metode Pendidikan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang
Sejarah Metode Pendidikan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang

Pembahasan pemikiran tokoh-tokoh pesantren selalu menarik untuk disimak. Mereka memiliki cara-cara yang kreatif dan berani namun tetap memegang teguh ajaran agama ketika melakukan kegiatan berdakwah menyiarkan agama. Para pemikir pesantren di Indonesia tersebar mulai dari Sabang sampai Merauke. Namun kebanyakan mereka menyebarkan agama di Tanah Jawa. Salah satu pusat dakwah Islam di Indonesia adalah Kabupaten Jombang, khususnya Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.

Pondok Pesantren Tebuireng terletak di Tebuireng Desa Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Tapi anehnya, yang lebih terkenal bukanlah nama Cukir, tapi nama Tebuireng. Pondok Pesantren Tebuireng Jombang adalah salah satu kiblat pondok pesantren salafiyah di Pulau Jawa, bahkan di seluruh Indonesia. Pondok Pesantren Tebuireng Jombang telah melahirkan organisasi Nahdlatul Ulama atau NU yang menjadi ormas Islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia. Organsiasi NU melahirkan banyak tokoh muslim yang mewarnai perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Metode Sorogan dan Bandongan

Pondok Pesantren Tebuireng Jombang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tahun 1324 Hijriyah, atau kalau menurut penanggalan umum tahun 1899 Masehi. Pondok Pesantren Tebuireng Jombang memusatkan kegiatan akademiknya pada bidang agama, terutama mata pelajaran Al-Hadist. Pada saat Pondok Pesantren Tebuireng Jombang didirikan, belum banyak pesantren di Indonesia yang mempelajari Al-Hadist. Maka, Pondok Pesantren Tebuireng Jombang di bawah asuhan KH. Hasyim Asy’ari tercatat sebagai pesantren pertama yang mengajarkan mata pelajaran Al-Hadist.

Pondok Pesantren Tebuireng Jombang menerapkan sistem pengajaran sorogan atau bandongan sejak awal berdiri tahun 1899 sampai dengan tahun 1916. Metode sorogan adalah cara pengajaran yang banyak dipakai oleh para ulama pada masa dulu untuk mengajarkan ilmu agama kepada para santri. Barulah pada tahun 1916, Pondok Pesantren Tebuireng Jombang mulai menggunakan metode musyawarah dalam kegiatan belajar mengajar kepada para santri. Mengapa metode musyawarah digunakan oleh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang?

Metode Musyawarah

Pondok Pesantren Tebuireng Jombang menerapkan metode musyawarah, khususnya kepada santri senior agar pengetahuan mereka lebih dalam dan menumbuhkan sikap kritis ketika hidup di masyarakat. Sikap kritis diperlukan karena hukum Islam bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan umat, bukan hukum yang membelenggu masyarakat menuju perbaikan hidup. Setiap santri diberikan kebebasan dalam mengajukan argumen terhadap suatu masalah yang diajukan. Selanjutnya, mereka diperbolehkan berdebat dengan syarat memiliki rujukan dari berbagai sumber fiqih.

Metode musyawarah yang dijalankan oleh KH. Hasyim Asy’ari dalam mendidikan santri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang terbukti sangat efektif dalam proses belajar mengajar para santri. Metode ini efektif dalam menghasilkan santri berpikiran maju dan handal berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak santri lulusan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang menjadi ulama dan memimpin pesantren. Diantaranya adalah:

  1. KH. Manaf Abdul Karim di Pesantren Lirboyo Kediri
  2. KH. As’ad Syamsul Arifin di Pesantren Asembagus Situbondo
  3. KH. Zubair di Pesantren Reksosari Salatiga
  4. KH. Abbas di Pesantren Buntet Cirebon
  5. KH. Hamim Jazuli di Ploso Kediri.

Mata Pelajaran Umum

Pembaharuan metode pendidikan yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang juga datang dari putra KH. Hasyim Asy’ari, yaitu Wahid Hasyim. Juga ada KH. Muhammad Ilyas, murid beliau yang turut memberi andil bagi perubahan metode pendidikan di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Perubahan-perubahan di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang merupakan hal yang aneh ketika itu. Sehingga masyarakat banyak yang pro dan kontra untuk mendidik putra mereka di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.

KH. Hasyim Asy’ari memiliki menantu KH. Ma’sum. KH. Ma’sum dan Wahid Hasyim mulai memasukkan sistem pendidikan madrasah ke Pondok Pesantren Tebuireng Jombang sejak tahun 1916. Kemudian pada tahun 1919 Pondok Pesantren Tebuireng Jombang menambahkan mata pelajaran matematika, bahasa Indonesia, dan ilmu bumi. Bukan hanya itu, pada tahun 1926 Pondok Pesantren Tebuireng Jombang juga memasukkan pelajaran bahasa Belanda sebagai pengetahuan umum di madrasah.


Comments

5 tanggapan untuk “Sejarah Metode Pendidikan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang”

  1. Avatar Husna
    Husna

    Kak, tolong muat juga profil PP Tambakberas ya. Makasih.

  2. […] tidak lagi memerlukan musyawarah. Beragam latar belakang dan kepentingan individu melahirkan perbedaan pemikiran. Tujuan musyawarah untuk mencari penyelesaian masalah hanya melahirkan masalah baru karena beragam […]

  3. Avatar Budhi Wardhana
    Budhi Wardhana

    Sungguh saya kangen liburan ke Jombang.

  4. Ponpes Tebuireng adalah rumah keduaku.

  5. Tebuireng adalah pusat pemikiran kota Jombang. Masyarakatnya agamis dan toleran terhadap keragaman budaya Jombangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *