Apa kabar sobat pembaca The Jombang Taste? Penulis hadir kembali menyapa Anda dengan ulasan wisata budaya Madura. Akhir November 2018 lalu penulis berkesempatan jalan-jalan ke Pulau Madura. Saat itulah penulis banyak mengenal ragam budaya Madura yang unik dan menarik untuk dibahas disini. Penulis telah mewawancarai sejumlah tokoh masyarakat Madura untuk menggali informasi budaya Madura mengenai upacara adat rokat sumur. Cerita mereka menggambarkan pentingnya sumber air bagi kehidupan warga Pulau Madura. Tahu sendirilah, sumber air di Pulau Madura sangat terbatas. Selain itu, penulis juga membandingkan informasi tersebut dengan literatur di perpustakaan. Ternyata upacara adat Madura ini cukup unik dan bisa menjadi daya tarik wisata budaya Nusantara.
Upacara adat rokat sumur merupakan upacara tradisi yang dilakukan suku Madura di Kota Bangkalan. Tradisi ini diselenggarakan warga untuk mensyukuri keberadaan sumur sebagai sumber mata air yang telah memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat petani. Upacara adat rokat sumur somber brumbung dilaksanakan oleh masyarakat Kampung Lubuk Petemon Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan Provinsi Jawa Timur. Masyarakat setempat mempercayai bahwa selain sebagai sumber pengairan sawah, air sumur dipercaya bisa menyembuhkan penyakit dan juga bisa memudahkan jodoh bagi orang yang memanfaatkan air tersebut.
Menurut Yodi Kurniadi (2017), dalam upacara adat rokat sumur sumber Brumbung masyarakat setempat membawa tumpeng 5 warna dan buah-buahan untuk sesaji. Mereka membawa semua bahan makanan itu sebagai salah satu bentuk sedekah bumi. Mereka bersiap melakukan pawai massa sambil membawa makanan sedekah. Kemudian suara lantunan ayat-ayat suci Al-Quran mengiringi langkah mereka menuju lokasi sumur yang dipercaya masyarakat setempat membawa berkah bagi kehidupan. Iring-iringan warga Burneh ini menghasilkan keramaian dan daya tarik wisata budaya Madura.
Lokasi sumur berada di tengah area lumbung padi kampung yang sebagian besar lahan di kampung itu merupakan persawahan. Upacara adat suku Madura ini dilakukan warga Burneh setiap memasuki bulan Safar. Safar adalah bulan kedua kalender Hijriyah. Mereka mengadakan ritual adat di sumur secara bergotong-royong. Dengan adanya upacara rokat sumur diharapkan masyarakat Burneh menjadi lebih peduli untuk menjaga kelestarian mata air. Keterikatan warga desa dengan alam sangat erat. Mereka sadar tidak bisa hidup nyaman dan aman jika warga tidak mau menjaga kelestarian alam.
Pada upacara adat rokat sumur somber brumbung terdapat sajian tumpeng 5 warna. Ragam kuliner Madura yang tampak antara lain ayam bakar, nasi kuning, sate kambing, dan lain-lain. Tumpeng 5 warna merupakan bentuk rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah kepada masyarakat. Sebelum sesaji diarak ke lokasi sumur barisan pembawa sesaji harus diatur dahulu supaya tertib. Peserta kegiatan ini mengitari sumur sebanyak 3 kali. Setelah itu makanan sedekah dibagikan kepada penduduk yang hadir di lokasi kegiatan. Selain itu, ayam putih dan seekor kambing turut dikorbankan dalam ritual adat Madura itu. Hal ini mempunyai makna sebagai bentuk rasa syukur dengan disembelihnya dua hewan tersebut. Penyembelihan hewan itu bukan untuk tujuan sesaji kepada makhluk halus, tetapi daging sembelihan hewan untuk dibagikan kepada warga sekitar lokasi.
Demikian ulasan penulis mengenai upacara adat suku Madura di Burneh, Bangkalan. Tradisi suku Madura ini memuat ajaran agama Islam dalam hal bersedekah dan menjalin kerukunan dengan sesama warga muslim. Selain itu, tradisi rokat sumur somber brumbung ini mengajarkan kita untuk selalu peduli pada kelestarian alam sekitar. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan Anda betapa kaya budaya Nusantara dan betapa banyak kearifan lokal yang patut kita tiru dari kehidupan masyarakat desa. Sudah semestinya kita jaga dan kita lestarikan bersama budaya daerah di sekitar kita. Mari jalan-jalan menjelajahi beragam tempat wisata di Pulau Madura!
Tinggalkan Balasan