Upacara Unan-unan Suku Tengger di Gunung Bromo

Upacara unan-unan adalah tradisi membuat “ayu lumahing bumi” dan “kureping langit”, maksudnya adalah mempercantik permukaan bumi yang berada di bawah langit. Tradisi unan-unan digelar empat sampai lima tahun sekali oleh masyarakat suku Tengger di Gunung Bromo. Upacara ini sering diadakan oleh masyarakat Tengger yang dipimpin oleh seorang dukun atau tetua adat setempat. Warga suku tengger dikenal sangat adalah menjalankan ajaran agama hindu. Mereka adalah para pelarian kerajaan majapahit pada jaman dahulu dan menghasilkan diri untuk membentuk budaya tersendiri yang berbeda dengan kebudayaan jawa pada umumnya.

Setiap desa di lingkungan masyarakat Tengger memiliki seorang dukun. Dukun di masyarakat Tengger adalah seperti halnya pendeta yang memimpin upacara upacara keagamaan. Dukun biasanya dilantik bersamaan dengan pelaksanaan Yadnya Kasada. Masyarakat Tengger dikenal memiliki upacara upacara tradisi dan keagamaan yang cukup banyak diantaranya Yadnya, Karo, Entas-entas, upacara Pujan Mubeng, upacara Tugel Kuncung, upacara Liliwet, dan unan-unan. Berbagai upacara adat masyarakat suku tengger dilaksanakan dengan melakukan pengorbanan dari berubah harga benda, binatang ternak, makanan maupun benda benda lain yang dianggap berharga oleh masyarakat suku tengger. Hal itu menandai bentuk pengorbanan secara ikhlas kepada tuhan yang maha esa.

Upacara adat Unan-unan diwarnai dengan penampilan para penari gadis cilik. Mereka memakai hiasan kepala dan kemben mirip penari Bali. Delapan orang penari cilik melenggak-lenggokkan badan layaknya penari Bali. Kebudayaan Bali rupanya turut mewarnai kehidupan masyarakat Tengger, sama halnya dengan Tari Gandrung yang dilakukan oleh suku Osing di Kabupaten Banyuwangi. Kehadiran musik etnik Bali dalam upacara suku Tengger menambah semarak suasana perayaan hari raya Unan-unan.

Masing-masing upacara tersebut memiliki maksud dan tata cara sendiri-sendiri. Upacara unan-unan adalah upacara yang diselenggarakan secara meriah. Kegiatan adat ini menghasilkan kunjungan wisata budaya yang meriah. Wisatawan lokal dan mancanegara banyak berkunjung ke sana untuk menyaksikan keragaman budaya masyarakat suku Tengger. Wisata adat unan-unan dilaksanakan selain upacara adat kasodo oleh warga suku Tengger. Musik gending-gending Jawa terus diperdengarkan selama perhelatan unan-unan ini. Inilah salah satu bentuk kearifan lokal yang harus kita lestarikan keberadaannya.

Menurut Cucuk Donartono, upacara adat Unan-unan sudah menjadi tradisi bagi masyarakat adat suku Tengger yang tinggal di Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Tradisi Unan-unan dilaksanakan setiap 5 tahun sekali dan jatuh pada bulan November hari Sabtu pon malam Minggu wage. Masyarakat Argosari menggelar perayan hari Unan-unan pada 24 November 2018 tepat pada hari sabtu pon malam minggu wage. Perayaan Unan-Unan diperingati masyarakat Tengger Argosari dengan mempersembahkan seekor kerbau yang sudah disembilih serta sejumlah sesajen lainnya. Ritual hari Raya Unan-unan diawali masyarakat desa Argosari dengan mengarak kerbau dan racutpitara serta gunungan dari desa tempat tinggal mereka menuju Pure Sanggar Agung Argosari.

Budaya masyarakat suku Tengger secara umum memiliki kemiripan dengan kebudayaan masyarakat Jawa. Hal itu disebabkan karena asal usul nenek moyang mereka berasal dari keturunan yang sama, yaitu Kerajaan Majapahit. Meski demikian kebudayaan masyarakat suku Tengger memiliki ciri khusus yang membedakannya dari masyarakat suku Jawa pada umumnya. Warga suku Tengger mempertahankan kebudayaan agama Hindu karena kehidupan mereka cukup terisolir dari kehidupan dunia luar selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Akibat kondisi alam yang sulit dijangkau masyarakat luar maka pengaruh agama Islam kurang masuk ke dalam wilayah pegunungan Tengger. Mari kita lestarikan kearifan lokal masyarakat suku Tengger!


Comments

15 tanggapan untuk “Upacara Unan-unan Suku Tengger di Gunung Bromo”

  1. Alam pegunungan Bromo sangat indah, warganya juga ramah. tak salah kalau kita mau berlibur ke sana setiap tahun.

  2. Avatar Rio Panetta
    Rio Panetta

    Budaya jawa timur sangat beragam. Aku suka berlibur kesana.

  3. Ini bkn soal syirik atau tdk. Klo punya tradisi baik yg dilakukan. Klo nggak suka ya jgn dilakukan. Gitu aja kok repot.

  4. […] yang perlu dipahami oleh setiap wisatawan yang berkunjung kesana. Mari kita kenal lebih dekat ragam budaya Jawa Timur yang tampak pada adat istiadat masyarakat […]

  5. […] Upacara adat larung sembonyo merupakan tradisi yang dilakukan oleh para nelayan di daerah pesisir Pantai Prigi Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur. Dalam tradisi ini masyarakat melarung tumpeng berukuran besar yang berisi nasi kuning ingkung lengkap dengan dibawa ke tengah pantai. Sebelum tumbang dilarungkan atau dihanyutkan di laut warga terlebih dahulu menggelar ritual khusus. […]

  6. Idiiiih…. pake kepala sapi gitu. Ngeri ah!

  7. Avatar Humor Bendol
    Humor Bendol

    5 tahun sekali ya? Lamanya…

  8. Avatar Nine Agency
    Nine Agency

    Review bagus pak.

  9. Avatar logika math
    logika math

    Wong islam ojo melok unan2. Iku sirik.

  10. Nggak semua tradisi layak diikuti. Berpikir waras ajalah bro…

  11. Avatar Jamaluddin
    Jamaluddin

    Bnyk tradisi unik milik kita yg perlu dilestarikan. Jgn sampai budaya kita diakui negara lain.

  12. Tradisi jahiliyah harus dibasmi.

  13. Lama-lama aku baca tulisan di atas kok kayak mirip dengan promosi tradisi orang-orang jahiliyah ya..

  14. Tradisi kafir jgn diikuti…

  15. Kpn ada unan2 lagi?

Tinggalkan Balasan ke Yono Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *