Gambar macam-macam buah segar bervitamin dan anti oksidan baik untuk kesehatan

Perang Rujak Manis Versus Ketupat Lebaran

Apa kabar kawan-kawan blogger Jombang? Semoga Anda selalu bersemangat dalam menjalani aktifitas hari ini dan seterusnya. Kali ini The Jombang Taste berbagi pengalaman Lebaran Idul Fitri tahun 2015 ini. Ada yang sedikit berbeda antara Lebaran Idul Fitri masyarakat desa dan kota. Dimanakah perbedaan itu? Perbedaannya adalah kapan mereka makan ketupat Lebaran.

Orang kota hanya punya sekali Lebaran Idul Fitri, setelah sholat Id makan ketupat lalu selesai. Sedangkan orang desa punya dua kali masa Lebaran Idul Fitri, yaitu saat sholat Id dan lima hari setelah sholat Id atau yang dikenal Riyoyo Kupat. Sejak kecil sampai kemarin saya merayakan Idul Fitri di kampung halaman Kota Jombang pun terjadi begitu. Setelah sholat Id biasanya ada kenduren di masjid. Menu kenduren umumnya nasi putih, nasi kuning, lauk-pauk, sayur, dan buah. Tidak ada ketupat.

Makanan ketupat baru muncul saat Riyoyo Kupat, yaitu Lebaran H+5 sampai H+7. Masyarakat Jombang saat itu sibuk membuat bungkus ketupat dari janur atau daun kelapa muda. Disamping ketupat, ada juga makanan lontong dan lepet. Proses memasaknya lumayan lama. Dari pengamatan saya terhadap Emak di dapur, minimal butuh waktu empat jam untuk menanak ketupat satu dandang. Itupun harus dilakukan dengan pengapian yang lumayan besar.

Saya tidak akan membahas ketupat, lontong dan lepet lebih jauh. Saya justru lebih suka membahas kehadiran rujak manis diantara tumpukan ketupat Lebaran. Bagaimanapun juga, buah dan sayur terlihat lebih menarik di mata saya dibanding makanan berminyak dan pedas. Lagipula, sebagian besar orang-orang yang saya temui sudah jenuh dengan makanan daging-dagingan selama sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan kemarin. Mereka lebih suka rujak manis, iwak klothok sambel pencit, pecel turi sambel kacang, penyet lele sambel tomat, dan makanan yang fresh fresh lainnya.

So, adanya irisan buah pepaya, nanas, bengkoang dan timun di samping ketupat merupakan satu keistimewaan tersendiri untuk saya. Maka tak jarang teman-teman yang datang berkunjung ke rumah bulik saya di Guwo berujar, wah kok jek kober nggawe rujak pas riyoyo kupat ngene iki. Namanya juga variasi hidangan, pasti lebih menarik hal-hal yang unik dan menyehatkan seperti ini. Tertarik pengen coba rujak manis ala Jombangan? Ayo jalan-jalan ke Kota Jombang!


Comments

3 tanggapan untuk “Perang Rujak Manis Versus Ketupat Lebaran”

  1. Avatar Rikza Alfansyah
    Rikza Alfansyah

    Wah, ada ada saja.

  2. Avatar Pius Kilap Bawono
    Pius Kilap Bawono

    Wah, cara makan yg unik.

  3. Kreatif! Kuliner rumahan memang seharusnya unik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *