Tepat pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional tanggal 28 Oktober hari ini penulis ingin mengingatkan kembali mengenai pentingnya pendidikan karakter terhadap anak-anak. Menurut Barnawi dan Muhammad Arifin (2017) dalam buku Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter disebutkan bahwa pengertian karakter esensial adalah karakter utama dan pertama yang harus dimiliki setiap individu. Karakter esensial yang dimiliki oleh individu akan membawa implikasi positif bagi terbangunnya karakter yang lain. Karakter esensial dalam Islam mengacu pada sifat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang meliputi sidiq, amanah, fatonah dan tabligh.
Dari karakter esensial ini diharapkan terbentuk sifat peduli terhadap sesama. Dengan watak kepedulian inilah dia tidak memikirkan dirinya sendiri tetapi berfikir bagaimana dapat memberikan sebanyak-banyaknya manfaat bagi lingkungan. Semangat dan karakter ini dikenal dengan nama altruistik. Menurut Saiful Anam, ciri-ciri manusia yang memiliki karakter esensial ada tujuh yaitu:
1. Sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan
Sikap sadar sebagai makhluk muncul ketika ia mampu memahami keberadaan dirinya, keberadaan alam sekitar dan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Konsepsi ini dibangun dari nilai-nilai transendensi. Nilai-nilai transendensi merupakan nilai-nilai kelahiran dari pemahaman akan keberadaan diri yang tidak lepas dari Tuhan pencipta makhluk. Nilai itu dilandasi oleh pemikiran bahwa segala sesuatu harus dijalani dengan niat ibadah.
2. Cinta Tuhan
Orang yang sadar akan keberadaan Tuhan meyakini bahwa ia tidak dapat melakukan apapun tanpa kehendak Tuhan. Keyakinan ini memunculkan rasa cinta kepada Tuhan. Orang yang cinta Tuhan akan menjalankan apapun perintahnya dan menjauhi apapun larangannya. Karena sesuatu datang dari Tuhan dengan usaha yang sungguh-sungguh maka pencapaian akan segala sesuatu tidak murni karena usaha kita. Namun atas kehendak Tuhan atas kesadaran inilah maka kita bisa menghindarkan diri dari sifat sombong dan sejenisnya.
3. Bermoral
Muara moral yang dikembangkan di sini adalah jujur, saling menghormati, tidak sombong, suka membantu dan lain-lain. Semua sikap moral itu merupakan turunan dari manusia yang bermoral. Artinya, peran orang tua sangat dominan dalam penanaman nilai-nilai moral kepada anak sejak kecil. Keteladanan orang tua adalah sebaik-baik pendidikan moral untuk anak.
4. Bijaksana
Karakter ini muncul karena keluasan wawasan seseorang. Dengan keluasan wawasan, ia akan melihat banyaknya perbedaan yang mampu diambil sebagai kekuatan. Karakter bijaksana ini dapat terbentuk dari adanya penanaman nilai-nilai kebhinekaan. Ia menyadari hidup tidak berisi satu warna saja. Ragam latar belakang manusia dapat menghasilkan beragam tingkah laku dengan berbagai motif perilaku tersebut.
5. Pembelajar sejati
Untuk dapat memiliki wawasan yang luas seseorang harus selalu belajar. Seorang pembelajar sejati pada dasarnya termotivasi belajar oleh adanya pemahaman akan luasnya ilmu Tuhan atau nilai transendensi. Selain itu dengan penanaman nilai-nilai kebaikan yang akan semakin bersemangat untuk mengambil kekuatan dari sekian banyak perbedaan agama. Islam mengajarkan bahwa seorang muslim hendaknya menjadi manusia pembelajar.
6. Mandiri
Karakter mandiri muncul dari penanaman nilai-nilai humanisasi dan liberasi. Dengan pemahaman bahwa tiap manusia dan bangsa memiliki potensi dan sama-sama subjek kehidupan, ia tidak akan membenarkan adanya penindasan sesama manusia. Dari pemahaman ini memunculkan sikap mandiri sebagai bangsa dan tidak menggantung kan diri kepada bantuan bangsa lain.
7. Kontributif
Kontributif merupakan cermin seorang pemimpin orang peduli terhadap sesama manusia dan lingkungan alam di sekitarnya. Orang yang berkontribusi senantiasa berupaya agar eksistensi dirinya bermanfaat bagi orang hidup di sekitarnya. Ia Tidak segan meluangkan waktu, menyalurkan tenaga, dan mengeluarkan harta benda yang dimilikinya untuk tujuan kegiatan sosial. Islam mengajarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang berguna bagi orang lain. Dalam dunia filsafat hal ini dikenal dengan istilah altruisme.
Semoga tulisan ini bisa memberi inspirasi kepada anda dalam mendidik putra putri di rumah. Ingatlah bahwa kesuksesan pendidikan memerlukan keterlibatan orangtua. Anda tidak boleh menyerahkan proses pendidikan kepada guru di sekolah secara menyeluruh. Semoga kita diberikan putra-putri yang sholeh dan sholehah.
Tinggalkan Balasan